Kamis, 23 Februari 2012

ASKEP DGN FLU BABI

ASKEP DGN FLU BABI
BAB I PENDAHULUAN Penyakit virus influensa babi pertama dikenal sejak tahun 1918, pada saat itu didunia sedang terdapat wabah penyakit influensa secara pandemik pada manusia yang menelan korban sekitar 21 juta orang meninggal dunia (HAMPSON, 1996). Kasus tersebut terjadi pada akhir musim panas. Pada tahun yang sama dilaporkan terjadi wabah penyakit epizootik pada babi di Amerika tengah bagian utara yang mempunyai kesamaan gejala klinis dan patologi dengan influensa pada manusia. Karena kejadian penyakit ini muncul bersamaan dengan kejadian penyakit epidemik pada manusia, maka penyakit ini disebut flu pada babi. Para ahli kesehatan hewan berpendapat bahwa penyakit babi ini ditularkan dari manusia. Selain di negara Amerika Serikat, wabah influensa babi dilaporkan terjadi di berbagai negara Canada, Amerika Selatan, Asia dan Afrika pada permulaan tahun 1968 (FENNER et al., 1987). Sementara itu, di Eropa influensa babi diketahui pada tahun 1950-an, melanda negara Cekoslovakia, Inggris dan Jerman Barat. Setelah itu, virus menghilang untuk sementara waktu sampai muncul kembali wabah tahun 1976 di bagian Itali, yang kemudian menyebar ke Belgia dan bagian selatan Perancis pada tahun 1979. Sejak itu dengan cepat penyakit menyebar ke negara Eropa yang lain. Pada awal tahun 1976 di Amerika Serikat terjadi suatu peristiwa yang sangat menarik yaitu ditemukannya virus influensa babi yang dapat diisolasi dari manusia, selanjutnya dapat terungkap bahwa apabila manusia berhubungan dengan babi sakit, maka akan dapat menjadi terinfeksi dan menderita penyakit pernafasanakut (O’BRIAN et al., 1977; ROTA et al., 1989). Penyakit yang disebabkan oleh virus klasik influensa babi serotipe H1N1 merupakan penyakit pernafasan pada babi yang sangat signifikan di Amerika utara, hampir seluruh Eropa dan Asia bagian barat, wabah umumnya terjadi pada musim gugur atau musim dingin. Penyakit tersebut secara klinis tidak terdeteksi di Inggris hingga tahun 1986. Sementara itu, di Australia belum pernah dilaporkan adanya penyakit baik secara klinis maupun serologis. Dalam waktu 60 tahunan influensa babi tidak (EASTERDAY, 1986). Karena penyakit pernafasan babi selain disebabkan oleh virus influensa A juga disebabkan oleh agen lainnya maka istilah influensa babi diubah menjadi Enzootic pneumonia. Kerugian yang disebabkan penyakitpernafasan sudah banyak dilaporkan, virus flu babi merupakan penyakit yang memicu gejala gejala atau sindrom penyakit pernafasan komplex. virus flu babi sebagai penyebab pertama dicirikan dengan adanya kematian yang rendah, derajat kesakitan tinggi dan kejadiannya sangat sebentar, jadi virus flu babi dapat dikatakan sebagai pemicu adanya infeksibakteri sekunder.Kerugian ekonomis yang terjadi dikarenakan infeksi virus influensa yang terus kembali berulang dan karena gejala klinis yang tidak terlihat akibat adanya respon kekebalan beberapa babi yang akan menjadi sakit kronis. Pada kelompok ternak dengan kondisi baik akan terlihat babi kerdil oleh karena laju pertumbuhan bobot badan yang lama sehingga terlambat untuk dijual. Dilaporkan juga adanya kenaikan kematian anak babi, fertilitas menurun, terjadi abortus pada kebuntingan tua yang dapat diikuti wabah penyakit pada kelompok ternak yang tidak kebal. Masuknya influenza babi di Indonesia harus diwaspadai terutama dengan telah merebaknya kasus avian influenza (AI) pada unggas yang disebabkan oleh H5N1 sejak bulan Agustus tahun 2003, yang didahului dengan dilaporkannya influensa pada itik di Indonesia (RONOHARDJO P., 1983; RONOHARDJO et al., 1985; RONOHARDJO, etal., 1986). EPIDEMIOLOGI Penyebaran virus influensa dari babi ke babi dapat melalui kontak moncong babi, melalui udara atau droplet. Faktor cuaca dan stres akan mempercepat penularan. Virus tidak akan tahan lama di udara terbuka. Penyakit bisa saja bertahan lama pada babi breeder atau babi anakan. Kekebalan maternal dapat terlihat sampai 4 bulan tetapi mungkin tidak dapat mencegah infeksi, kekebalan tersebut dapat menghalangi timbulnya kekebalan aktif. Transmisi inter spesies dapat terjadi, sub tipe H1N1 mempunyai kesanggupan menulari antara spesies terutama babi, bebek, kalkun dan manusia, demikian juga sub tipe H3N2 yang merupakan sub tipe lain dari influensa A. H1N1, H1N2 dan H3N2 merupakan ke 3 subtipe virus influenza yang umum ditemukan pada babi yang mewabah di Amerika Utara (WEBBY et al., 2000; ROTA et al., 2000; LANDOLT et al., 2003), tetapi pernah juga sub tipe H4N6 diisolasi dari babi yang terkena pneumonia di Canada (KARASIN et al., 2000). Manusia dapat terkena penyakit influensa secara klinis dan menularkannya pada babi. Kasus infeksi sudah dilaporkan pada pekerja di kandang babi di Eropa dan di Amerika. Beberapa kasus infeksi juga terbukti disebabkan oleh sero tipe asal manusia. Penyakit pada manusia umumnya terjadi pada kondisi musim dingin. Transmisi kepada babi yang dikandangkan atau hampir diruangan terbuka dapat melalui udara seperti pada kejadian di Perancis dan beberapa wabah penyakit di Inggris. Babi sebagai karier penyakit klasik di Denmark, Jepang, Italy dan kemungkinan Inggris telah dilaporkan. Kasus zoonosis yang dilaporkan menimpa wanita umur 32 tahun, pada bulan September 1988, orang tersebut dirawat di rumah sakit akibat pnemonia dan akhirnya meninggal 8 hari kemudian. Dari hasil pemeriksaan ditemukan virus influensa patogen yang secara antigenik berhubungan dengan virus influensa babi (ROTA et al., 1989, WELLS et al.,1991). Lokakarya Nasional Penyakit Zoonosis104. Setelah diselidiki ternyata pasien tersebut 4 hari sebelum sakit mengunjungi pameran babi. Sementara itu, hasil pengujian HI pada orangyang datang pada pameran babi tersebut menunjukkan sebanyak 19 orang dari 25 orang (76%) mempunyai titer antibodi ≥20 terhadap flu babi. Walaupun disini tidak terjadi wabah penyakit, namun terdapat petunjuk adanya penularan virus (WELLS et al., 1991). BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Swine influensa swine (flu, hog flu, pig flu) atau influensa babi adalah penyakit saluran pernafasan akut pada babi yang disebabkan oleh virus influensa tipe A. Gejala klinis penyakit ini terlihat secara mendadak, yaitu berupa batuk, dispnu, demam dan sangat lemah. Penyakit ini dengan sangat cepat menyebar ke dalam kelompok ternak dalam waktu 1 minggu, umumnya penyakit ini dapat sembuh dengan cepat kecuali bila terjadi komplikasi dengan bronchopneumonia, akan berakibat pada kematian (FENNER et al., 1987). B. Patofisiologi Pada penyakit influensa babi klasik, virus masuk melalui saluran pernafasan atas kemungkinan lewat udara. Virus menempel pada trachea dan bronchi dan berkembang secara cepat yaitu dari 2 jam dalam sel epithel bronchial hingga 24 jam pos infeksi. Hampir seluruh sel terinfeksi virus dan menimbulkan eksudat pada bronchiol. Infeksi dengan cepat menghilang pada hari ke 9 (ANON., 1991). Lesi akibat infeksi sekunder dapat terjadi pada paruparu karena aliran eksudat yang berlebihan dari bronkhi. Lesi ini akan hilang secara cepat tanpa meninggalkan adanya kerusakan. Kontradiksi ini berbeda dengan lesi pneumonia enzootica babi yang dapat bertahan lama. Pneumonia sekunder biasanya karena serbuan Pasteurella multocida, terjadi pada beberapa kasus dan merupakan penyebab kematian. (BLOOD and RADOSTITS, 1989) C.PENYEBAB Penyebab influensa yang ditemukan pada babi, bersamaan dengan penyakit yang langsung menyerang manusia. Pertama kali, virus influensa babi diisolasi tahun 1930, sudah banyak aspek dari penyakit tersebut yang diungkapkan, antara lain meliputi tanda klinis, lesi, imunitas, transmisi, adaptasi virus terhadap hewan percobaan dan hubungan antigenik dengan virus influensa lainnya serta kejadian penyakit di alam. Penyebab penyakit saluran pernafasan pada babi adalah virus influensa tipe A yang termasuk Famili Orthomyxoviridae. Virus ini erat kaitannya dengan penyebab swine influenza, equine influenza dan avian influenza (fowl plaque) (PALSE and YOUNG, 1992). Ukuran virus tersebut berdiameter 80- 120 nm. Selain influensa A, terdapat influensa B dan C yang juga sudah dapat diisolasi dari babi. Sedangkan 2 tipe virus influensa pada manusia adalah tipe A dan B. Kedua tipe ini diketahui sangat progresif dalam perubahan antigenik yang sangat dramatik sekali (antigenik shift). Pergeseran antigenik tersebut sangat berhubungan dengan sifat penularan secara pandemik dan keganasan penyakit. Hal ini dapat terjadi seperti adanya genetik reassortment antara bangsa burung dan manusia.. Ketiga tipe virus yaitu influensa A, B, C adalah virus yang mempunyai bentuk yang sama dibawah mikroskop elektron dan hanya berbeda dalam hal kekebalannya saja. Ketiga tipe virus tersebut mempunyai RNA dengan sumbu protein dan permukaan virionnya diselubungi oleh semacam paku yang mengandung antigen haemagglutinin (H) dan enzim neuraminidase (N). Peranan haemagglutinin adalah sebagai alat melekat virion pada sel dan menyebabkan terjadinya aglutinasi sel darah merah, sedangkan enzim neurominidase bertanggung jawab terhadap elusi, terlepasnya virus dari sel darah merah dan juga mempunyai peranan dalam melepaskan virus dari sel yang terinfeksi. Antibodi terhadap haemaglutinin berperan dalam mencegah infeksi ulang oleh virus yang mengandung haemaglutinin yang sama. Antibodi juga terbentuk terhadap antigen neurominidase, tetapi tidak berperan dalam pencegahan infeksi. Influensa babi yang terjadi di Amerika Serikat disebabkan oleh influensa A H1N1, sedangkan di banyak negara Eropa termasuk Inggris, Jepang dan Asia Tenggara disebabkan oleh influensa A H3N2. Banyak isolat babi H3N2 dari Eropa yang mempunyai hubungan antigenik sangat dekat dengan A/Port Chalmers/1/73 strain asal manusia. Peristiwa rekombinan dapat terjadi, seperti H1N2 yang dilaporkan di Jepang (HAYASHI et al., 1993) kemungkinan berasal dari rekombinasi H1N1 dan H3N2. Peristiwa semacam ini juga dilaporkan di Italy, Jepang, Hongaria, Cekoslowakia dan Perancis.Desinfektan mutakhir yang mengandung oxidising agents dan surfactants seperti Virkon (Antec). D. Manifestasi Klinis Pada kejadian wabah penyakit, masa inkubasi sering berkisar antara 1-2 hari (TAYLOR, 1989), tetapi bisa 2-7 hari dengan rata-rata 4 hari (BLOOD dan RADOSTITS, 1989). Penyakit ini menyebar sangat cepat hampir 100% babi yang rentan terkena, dan ditandai dengan apatis, sangat lemah, enggan bergerak atau bangun karena gangguan kekakuan otot dan nyeri otot, eritema pada kulit, anoreksia, demam sampai 41,8oC. Batuk sangat sering terjadi apabila penyakit cukup hebat, dibarengi dengan muntah eksudat lendir, bersin, dispnu diikuti kemerahan pada mata dan terlihat adanya cairan mata. Biasanya sembuh secara tiba-tiba pada hari ke 5-7 setelah gejala klinis. Terjadi tingkat kematian tinggi pada anakanak babi yang dilahirkan dari induk babi yang tidak kebal dan terinfeksi pada waktu beberapa hari setelah dilahirkan. Tingkat kematian pada babi tua umumnya rendah, apabila tidak diikuti dengan komplikasi. Total kematian babi sangat rendah, biasanya kurang dari 1%. Bergantung pada infeksi yang mengikutinya, kematian dapat mencapai 1-4% (ANON., 1991). Beberapa babi akan terlihat depresi dan terhambat pertumbuhannya. Anak-anak babi yang lahir dari induk yang terinfeksi pada saat bunting, akan terkena penyakit pada umur 2-5 hari setelah dilahirkan, sedangkan induk tetap memperlihatkan gejala klinis yang parah. Pada beberapa kelompok babi terinfeksi bisa bersifat subklinis dan hanya dapat dideteksi dengan sero konversi. Wabah penyakit mungkin akan berhenti pada saat tertentu atau juga dapat berlanjut sampai selama 7 bulan. Wabah penyakit yang bersifat atipikal hanya ditemukan pada beberapa hewan yang mempunyai manifestasi akut. Influensa juga akan menyebabkan abortus pada umur 3 hari sampai 3 minggu kebuntingan apabila babi terkena infeksi pada pertengahan kebuntingan kedua. Derajat konsepsi sampai dengan melahirkan selama tejadi wabah penyakit akan menurun sampai 50% dan jumlah anak yang dilahirkan pun menurun. E. Pemeriksaan Penunjang 1. Periksaan laboratorium BAB III KASUS DAN PEMBAHASAN Kasus 1. Pengkajian a. Biodata 1) Identitas Klien Nama : Tn.C Umur :40 Tahun Jenis kelamin : Laki-laki Agama : Kristen katolik Pendidikan : SMA Pekerjaan : Peternak Dx. Medis : Swine Influenza Ruang / kelas :XII Tanggal masuk : 25 Desember 2007 Tanggal pengkajian : 27 Desember 2007 Alamat : Jatibening,Bekasi Timur 2) Identitas Penanggung Jawab Nama : Ny.M Usia : 35 tahun Jenis kelamin : Perempuan Pekerjaan : Wiraswasta Hubungan dengan klien : Istri b. Keluhan utama : Klien mengeluh sakit tenggorokan batuk, pilek, sakit kepala dan muntah-muntah. c. Riwayat kesehatan Pada tanggal 25 Desember 2009 klien masuk ke rumah sakit jam 15.00 WIB dengan keluhan sakit tenggorokan,batuk,pilek sakit kepala dan nyeri. Klien mengatakan ini terjadi sekitar 2 hari yang lalu setelah menemukan babi peliharaannya mati medadak dn sempat bersalaman dengan pembeli yang sedang sakit.Pada saat dikaji, klien mengeluh batuk. Selain itu, klien juga mengeluh sakit tenggorokan dan sakit kepala dan muntah-muntah. d.Analisa data Data Kemungkinan Penyebab Masalah Kesehatan (1) (2) (3) Data subjektif : - Klien mengeluh sakit tenggorokan - Klien mengeluh batuk Data objektif : - Adanya batuk bersputum Peradangan paru  Produksi mukus meningkat  penumpukan sputum pada jalan nafas  nafas tidak efektif  batuk-batuk Bersihan jalan nafas tidak efektif Data subjektif : - Klien mengeluh pusing - Klien mengeluh muntah-muntah Data objektif : - Klien tampak lemah Metabolisme meningkat berlebihan  pemecahan lemak, protein dan karbohidrat  suplai energi berkurang  kelemahan otot-otot Intoleransi aktivitas e.Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas Masalah 1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan ditandai dengan : DS : - Klien mengeluh sakit tenggorokan - Klien mengeluh batuk DO : - Adanya batuk 2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai dengan : DS : - Klien mengeluh muntah-muntah - Klien mengeluh pusing DO : - Klien tampak lemah F.PROSES KEPERAWATAN Nama : Tn. C Diagnosa : Swine Influenza Ruang : XII NO DIAGNOSA KEPERAWATAN PERENCANAAN TUJUAN Intervensi Rasional 1 2 3 4 5 Bersihan jalan nafas tidak efektif ditandai dengan : Ds : - KLIEN MENGELUH SAKIT TENGGOROKAN - KLIEN MENGELUH BATUK Do : - ADANYA Batuk bersputum Dalam waktu 5 hari perawatan, bersihan jalan nafas efektif dengan kriteria - Respirasi normal - Sputum tidak ada - Berikan posisi fowler atau semi fowler tinggi - Berikan obat sesuai dengan indikasi mukolitik, ekspektoran - Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernafasan - Mukolitik untuk menurunkan batuk, ekspektoran untuk membantu memobilisasi sekret 2 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai dengan : Ds : - KLIEN MENGELUH MUNTAH-MUNTAH - KLIEN MENGELUH PUSING Do : - KLIEN TAMPAK LEMAH Dalam waktu 5 hari perawatan, klien dapat melakukan aktivitas secara mandiri dengan kriteria - Tidak ada kelemahan Klien dapat melakukan aktivitas sendiri tanpa bantuan orang lain -tidak ada muntah - Tingkatkan tirah baring/duduk. - Berikan lingkungan tenang; batasi pengunjung sesuai keperluan - Ajarkan orang terdekat untuk membantu klien dalam melakukan aktivitas -Melakukan terapi cairan - Menyediakan energi untuk masa penyembuhan - Meningkatkan istirahat dan ketenangan - Dukungan sosial meningkatkan pelaksanaan -Nafsu makan tetap terjaga BAB IV KESIMPULAN Penyakit influensa babi adalah penyakityang dapat menular ke manusia disebabkanoleh virus influensa tipe A, sub tipe H1N1,H1N2 dan H3N2, sampai saat ini terbukti ada di Indonesia. Namun demikianpenyakit influensa babi harus selaludiwaspadai. Demikian juga dengan merebaknyapenyakit influensa unggas di Indonesia,sehingga dalam mencegah dan menghindaripenyakit influensa babi tersebut, harusdilaksanakan tata cara dan pelaksanaanpemeliharaan babi secara baik. Kandang babiharus diisolasi dan dipelihara jauh dariperkandangan unggas maupun perumahanpenduduk, tambahan pula vaksinasi harusdilaksanakan secara rutin karena sangatpenting dalam membasmi penularan virus. BAB V DAFTAR PUSTAKA http://blogezaenal.blogspot.com/2009/05/mengenal-flu-babi.html Data dari website KBRI di Buenos Aires,Argentina

Tidak ada komentar:

Posting Komentar