Kamis, 23 Februari 2012

ASKEP PADA IBU DENGAN GANGGUAN PAYUDARA

ASKEP PADA IBU DENGAN GANGGUAN PAYUDARA Oleh : Yayang Nur Enida
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Payudara dapat mengembangkan berbagai jenis gangguan. Pada kenyataannya, sebagian besar kondisi payudara tidak kanker. Tetapi jika Anda menemukan kelainan atau pemberitahuan perubahan, Anda harus berbicara dengan dokter Anda. Dalam sebuah penelitian, 16% perempuan antara usia 40 dan 69 tahun datang ke dokter dengan keluhan payudara selama periode 10 tahun. Kunci evaluasi nyeri payudara untuk memastikan tidak ada masalah mendasar yang menjadi sumber rasa sakit. Hal ini termasuk pemeriksaan payudara lengkap serta mammogram dan / atau USG tergantung pada wanita usia. Jika tidak ada kelainan yang mendasari sebagai penyebab rasa sakit, umumnya karena stimulus hormonal. Untungnya, rasa sakit pada payudara paling tidak konstan atau parah dan sering membatasi diri. 1.2 Tujuan Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut : a. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan maternitas. b. Menambah pengetahuan dan wawasan tentang ibu dengan gangguan payudara dari materi yang dicari diluar bangku kuliah. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Konsep Dasar 2.1.1 Definisi Payudara merupakan modifikasi kelenjar keringat. Berasal dari penebalan epidermis pada permukaan ventral tubuh mudigah berusia 6 minggu. Pada transmitter kedua kehidupan janin , gencel dari stratum basalis epidermis tumbuh ke bawah dan menjadi duktus utama, mula-mula padat lalu berlumen sehingga terbentuk duktus akan menjadi putting dan areola. Pada wanita pertumbuhan payudara terus berjalan. 2.1.2 Morfologi dan Fisiologi Kelenjar payudara manusia berbentuk seperti kuncup, terutama pada nulipara, karena konsistensinya kenyal dan dengan bertambahnya usia payudara menjadi lembek dan menggantung. Kelenjar payudara merupakan kelenjar tubualveolar bercabang , terdiri atas 15-20 lobus yang dikelilingi oleh jaringan ikat dan lemak. Tiap lobus mempunyai duktus laktiferus yang dilapisi oleh epitel gepeng berlapis. Tiap lobus terdiri atas beberapa lobus yang dikelilingi oleh 10-100 asinus. Payudara terletak mulai dari kosta ke 1 atau ke 3 , sampai tulang rawan iga ke 7 dan dari garis aksila depan ke pinggir sternum. Vaskularisasi payudara di daerah medial sebagai cabang arteri mamria interna yang menembus ruang interkostal di daerah parasternal dekat tulang rawan dan arteri torakalis lateral. Dari bagian proksimal cabang arteri sublavia terdapat pembuluh darah balik yang penting diketahui karena menjadi kunci untuk mengetahui aliran limfe. Penting karena anak sebar kanker payudara sebagian besar melalui pembuluh balik dan pembuluh limfe. Mengenal fisiologi payudara, karena kelenjar payudara merupakan satu bagian integral dari system reproduksi, maka perubahan fisiologis kelenjar tersebut erat hubungannya dengan reproduksi secara keseluruhan. Beberapa minggu setelah terjadi konsepsi timbul perubahan pada kelenjar payudara. Payudara menjadi penuh, tegang , aerola lebih banyak mengandung fragmen, dan putting sedikit membesar. Pada awal transmitter kedua timbul system alveolar baik duktus maupun asinus menjadi hipertropi di bawah pengaruh estrogen dan progesterone yang kadarnya meningkat alveolus-alveolus mulai dari terisi cairan, yaitu kolostrum dibawah pengaruh proklaktin. Oleh karena inhibisi estrogen dan progesterone, kolostrum tidak dikeluarkan, hanya pada bulan bulan terakhir dapat dikeluarkan beberapa tetes. Sesudah persalinan kolostrum keluar dalam jumlah yang lebih besar, dan lambat laun dig anti dengan air susu. Jika bayi disusui dengan teratur, biasanya sesudah 24 jam mulai dikeluarkan air susu biasa dan sesudah 3-5 hari produksinya menjadi teratur. Banyak wanita jaman sekarang tidak mau menyusui bayinya karena menurut mereka menyusui membuat kelenjar payudara lembek dan menggantung. Anggapan ini tidak benar, kelenjar payudara kalau sudah berfungsi menyusui bayi atau tidak , lambat laun akan mengalami perubahan. Akan tetapi , satu hal yang harus di ingat, menurut pengalaman Haagenson, wanita yang menyusui bayinya jarang terkena penyakit cytic disease of the breast daripada tidak menyusui. 2.1.3 Etiologi dan Faktor Risiko 1. Faktor susu : Adanya efek dari stafilokokus aureus. 2. Keturunan : Ibu yang menderita gangguan payudara sebagian besar diturunkan pada anaknya, terutama tumor payudara. 3. Hiperestrinisme : Ada hubungan antara penyakit payudara dengan endotrium terjadi akibat ketidakseimbangan estrogen. Pada kehamilan, estrogen ditekan yang dikendalikan oleh system neuroendokrinologi yang sama. Kita dapat membedakan tiga macam perubahan fisiologis kelenjar payudara. a. Pertumbuhan dan involusi kelenjar payudara. Pada waktu lahir payudara merupakan suatu system saluran yang bermuara ke mamalia. Beberapa hari sesudah lahir sebagian besar bayi baik laki-laki maupun perempuan menunjukan pembesaran kelenjar payudara sedikit dan mulai bersekresi sedikit mengeluarkan kolostrum yang menghilang sesudah kira-kira 1 minggu kemudian. Kelenjar payudara kembali dalam keadaan infantile, tidak aktif. Pada permulaan pubertas antara 10-15 tahun , areola membesar dan lebih mengandung pigmen. Payudara pun menyerupai satu “cakram”. Pertumbuhan kelenjar akan berjalan terus sampai usia dewasa hingga bentuk seperti kuncup. Hal ini terjadi dibawah pengaruh estrogen yang kadarnya meningkatnya, terutama yang tumbuh ialah jaringan lemak dan jaringan ikat , diantara kumpulan kelenjar 15-20 lobus dari payudara saluran-saluran lobus tidak banyak tumbuh, biasanya payudara sudah sempurna. b. Perubahan kelenjar payudara yang berhubungan dengan haid Pada waktu haid payudara agak membesar dan menegang. Pada beberapa wanita timbul rasa nyeri (mastodenia), perubahan ini kiranya ada hubungan dengan perubahan vaskuler dan limfogen , karena itu janganlah mengambil keputusan terhadap kelainan payudara pada waktu haid, karena mungkin kita akan memutuskan melakukan biopsy yang sebenarnya tidak perlu di kerjakan. Apabila dalam keadaan ragu-ragu, lebih bai keputusan di tangguhkansampai pemeriksaan sesudah haid selesai. c. Perubahan payudara pada waktu hamil dan laktasi. Perubahan payudara dipengaruhi oleh progsteron, maka kemungkinan dapat terjadi gangguan pada payudara. 4. Trauma : Belum ada kepastian. 2.1.4 Patofisiologi dan Manisfestasi klinis Penyakit payudara dapat dibagi sebagai berikut : 1. Penyakit peradangan a. Mastitis peradangan payudara adalah suatu hal yang sangat biasa pada wanita yang pernah hamil. Mastitis lajim dibagi menjadi mastitis gravidarum, dan mastitis peurperalis, karena memang penyakit ini boleh dikatakan hamper selalu timbul pada waktu hamil dan laktasi. Pada umumnya yang dianggap sebagai kuman penyebab ialah putting susu yang luka atau lecet, dan kuman per kontinuitatum menjalar ke duktulus-duktulus dan sinus. Sebagian besar yang ditemukan pada biakan pus ialah stafilokokus aureus. Tingkat penyakit ini ada dua, yaitu tingkat awal peradangan dan tingkat abses. Pada peradangan dalam taraf permulaan ibu hanya merasa nyeri bertambah hebat dipayudara kulit , di atas abses mengkilap , dan suhu sangat tinggi (39-40 °C) dan bayi dengan sendirinya tidak mau menyusu pada payudara yang sakit , seolah olah dia tahu bahwa susu sisi ini bercampur nanah. b. Nekrosis lemak payudara Timbulnya suatu tumor keras di payudara yang jarang membesar dengan konsistensi yang keras, harus dipikirkan sebagai kemungkinan nekrosis lemak. Penyakit ini kadang-kadang menunjukan retensi kulit yang sering ditemukan pada kanker payudara. Biasanya ada trauma dalam anamnesis dan tidak jarang ditemukan penrdarahan biopsy. Nekrosis lemak yang sedikit luar biasa disertai infeksi menahun, menunjukan giant cell , dan infiltrasi limfosit dalam sediaan mikroskopik. c. Eustasia duktus laktiferus Kelainan ini mempunyai beberapa tingkatan dan disebut dengan macam-macam istilah, misalnya mastitis sel plasma, mastitias komedo , dan abses menahun. Kelainan tersebut kadang-kadang meragukan sekali karena acap kali menimbulkan retraksi putting susu, yang sering ditemukan pada kanker. Patologi ditemukan peradangan subakut yang mungkin mula-mula disebabkan oleh obstruksi duktus laktiferus.sel plasma ditemukan pada jaringan periduktus. 2. Pertumbuhan jinak a. Cystic disease of breast Recluse , ilmuan dari jerman , orang pertama yang menguraikan penyakit ini , akan tetapi ia hanya menyebut tentang tumor yang banyak sekali mengandung kista. Sarjana-sarjana perancis mengemukakan bahwa penyakit ini timbul pada kedua payudara. Scmmelbusch dan konik (1890-1893) yang mula-mula memakai nama peradangan untuk penyakit ini yaitu mastitis chornica sytica, padahal sama sekali tidak ada peradangan. Ahli-ahli jerman tersebut diatas waktu itu tidak pernah mengemukakan gambaran patologis penyakit ini. Sekarang kita mengetahui , bahwa ada tiga cirri gambaran patologis penyakit ini , yaitu (1) kista yang multiple , (2) plorifelasi epitel, dan (3) pibrosis. Pada gambaran penyakit klinis biologis ini sering bilateral dan nyeri. Kadang-kadang hebat sekali hubungan antara jumlah hormone wanita dalam darah dan penyakit ini. Karena dapat ditimbulkan karena binatang percobaan dengan pemberian estrogen. Tumor ini dapat timbul soliter dan multiple , gampang digerakan, dipermukaan berbentuk licin atau berlobus, sama sekali bebas dari jaringan payudara disekitarnya, dan tidak berubah ubah besarnya sejalan dengan siklus haid. Putting susu tidak memperlihatkan adanya perubahan penting , dan sama sekali tidak nyeri spontan atau nyeri tekan. b. Kistosarkoma filodes Penyakit ini adalah fibroadenoma yang tumbuh, meliputi seluruh mamae. Adakalanya demikian besarnya sehingga nyaris tak tergendong oleh ibu. Nama kistosarkoma filodes berasal dari mutler (1838), karena mengandung kista-kista besar dan diantaranya banyak sekali jaringan ikat, sehingga waktu itu di duga sejenis sarcoma. Dipermukaan tumor terdapat banyak jaringan yang mengingatkan kita pada lembaran-lembaran buku (phylon). 3. Pertumbuhan ganas a. Kanker payudara Akhir-akhir ini orang melihat secara epidemiologic tendensi familial. Artinya , seorang wanita dengan ibu kanker payudara mempunyai kemungkinan lebih besar mendapatkan kanker payudara daripada wanita wanita dari ibu yang tidak menderita penyakit tersebut. Juga wanita-wanita yang infertile dan lebih besar kemungkinan menderita kanker payudara daripada wanita yang fertile. Hal ini dapat dimengerti menurut beberapa penyidik , karena wwaktu hamil tidak ada ovulasi. Penekanan ovulasi inilah yang dianggap mempunyai hubungan dengan rendahnya kanker payudara. b. Sarkoma payudara penyakit ini sangat jarang ditemukan . penulis hanya mempunyai satu pengalaman tentang sarcoma pada payudara pada seorang klien peranakan arab dari cirebon dengan tumor sebesar kepala bayi di payudara kanan. Dilakukan simple mastectomy karena disangka kistosarkoma filodes. 2.1.5 Manajemen Terapeutik 1. Memberi penyangga pada payudara dengan kain segitiga supaya tidak menggantung dan nyeri. 2. Memberi antibiotic. 3. Melakukan insisi dan memasukan drain pnrose 4. Melakukan biopsy dan insisi umumnya pada abses , nekrosis lemak payudara, ekstasi duktus laktiferus , dan fibrodenoma. 5. Melakukan aspirasi pada cystic disease of the breast. 6. Mastektomi dan pengangkatan fasia pektoralis dan pasca bedah diberi radiasi. 7. Radiasi dan super radikal mastektomi dengan membuka sternum serta membersihkan semua kelenjar mammaria interna dilakukan pada kanker payudara. 2.2 Asuhan Keperawatan 2.2.1 Pengkajian Keperawatan Dalam menegakan diagnosis tentang gangguan payudara , maka kita perlu melakukan pengkajian untuk mendapatkan data data yang akan menunjang dalam menegakan diagnosis yang tepat. Wynder dan Feinleib menemukan bahwa kastrasi wanita sebelum usia 40 tahun mengurangi 25% kemungkinan terkena penyakit ini dibandingkan dengan wanita dari populasi normal. Pengkajian dimuali dari kepala sampai kaki. Pengkajian yang menyangkut masalah gangguan payudara dapat dijabarkan sebagai berikut. Tingkat atau Klasifikasi Kanker Payudara Kita mengetahui, ada dua ,macam klasifikasi kanker payudara, yaitu klasifikasi patologis dan klasifikasi klinis . klasifikasi atau staging penyakit penting sekali untuk menentukan prognosis ibu kanker payudara . kalau kita mengetahui tingkat penyakit secara patologis dan klinis , kiranya akan lebih tepat prognosis kita tentang penyakit ibu. Klasifikasi Patologis 1. Kanker putting payudara , paget’s diseases. 2. Kanker duktus laktiferus : papilar , komedo , adenokarsinoma dengan banyak fibrosis ( scirhus), karsinoma medular dengan infiltrasi kelenjar. 3. kanker dari lobolus : infiltrating dan non-infiltrating . Klasifikasi Klinis Kanker payudara disamping klasifikasi patologis juga mempunyai klasifikasi klinis. Sebelum 1986 , diklinis bedah sering dipakai klasifikasi steinthal.  Steinthal I: kanker payudara sampai2 cm besarnya dan tidak mempunyai anak sebar .  Steinthal II: kanker payudara2cm/lebih dengan mempunyai anaksebar dikelenjar ketiak.  Steinthal III:kanker payudara 2cm /lebih dengan anak sebar dikelenjar ketiak, infra & sufraklavikular/infiltrasi ke fasia fektoralis/ ke kulit /kanker payudara (memecah ke kulit).  Steinthal IV: kanker payudara dengan metastasis jauh. Riwayat keluarga juga ditanyakan , karena penyakit kanker payudara bersifat familial apakah ada saudara atau ibu yang berpenyakit kanker payudara . Pemeriksaan Fisik Payudara Pemeriksaan fisik payudara harus dikerjakan dengan sangat gentle serta tidak boleh kasar dan keras. Tidak jarang palpasi yang keras menimbulkan peteche ecchymoses di bawah kulit. Orang sakit dengan lesi ganas tidak boleh berulang-ulang diperiksa dokter atau mahasiswa karena kemungkinan terjadi penyebaran. Infeksi . harus dilakukan pertama dengan tangan disamping dan sesudah itu dengan tangan k eats selagi ibu duduk. Kita akan melihat dilatasi pembuluh-pembuluh balik dibawah kulit akibat pembesaran tumor jinak atau ganas dibawah kulit. Perlu diperhatikan apakah kulit pada suatu tempat menjadi merah , misalnya mastitits karsioma. Edema kulit harus diperhatikan pada tumor yang terletak tidak jauh dibawah kulit. Kita akan melihat jelas edema kulit seperti gambaran kulit jeruk , peau the orange pada kanker payudara. Palpasi. Pasien harus tidur dan diperiksa secara sistematis bagian median dahulu dengan jari-jari secara halus dan terus ke bagian lateral. Palpasi ini harus meliputi seluruh payudara, dari parasternal kea rah garis aksila belakang, dan dari subklavikula kearah distal. Setelah palpasi payudara selesai, dimulai dengan palpasi aksila yang diperiksa dipegang oleh pemeriksa , dan dokter pemeriksa mengadakan palpasi aksila dengan tangan kontralateral dari tangan si ibu. Misalnya kalau aksila kiri penderita dan tangan kanan dokter melakukan palpasi. Anamnesis Riwayat penyakit yang diambil secara sistematis dan teliti sebernanya sudah separuh dari diagnosis.biasanya ibu datang pada dokter karena waktu mandi merasa pada payudaranya, ada suatu benjolan.harus ditanyakan apakah benjolan yang tersa itu hngga waktu datang pada dokter membesar dan memperlihatkan perubahan juga penting apakah pembesaran yang dirasakan ibu itu hanya pada waktu sebelum atau pada waktu haid saja, karena kalau ini yang terjadi dini adalah keadaan fisiologs. Gejala retraksi pada payudara timbul dalam dua hal pertama, penarikan puting susu sebagai akibat proses dibawah areola akan selalu diketahui ibu.kedua sebagai suatu gejala kanker payudara. Nyeri adalah wajar jika timbul sebelum atau sewaktu haid dan dirasakan pada kedua payudara.tumor-tumor jinak , seperti kista retensi atau tumor jinak lain , hampir tidak menimbulkan rasa nyeri. Nyeri baru terasa jika infiltrasi kesekitar sudah mulai terjadi. Nipple discharge Nipple discharge ialah cairan yang dikeluarkan puting payudara secara spontan dan memeberikan bekas pakaian dalam. Cairan yang keluar bersifat serosa atau darah. Disebut normal kalu orang mengeluarkan cairan dari puting pada : (1) wanita yang lama memakai pill kontrasepsi ; (2) wanita yang lama masa laktainya; dan (3) wanita hamil. Cairan puting yang berdarah biasanya berasal dari intraduktal papilloma atau papillocacimnoma. Pada pailloma didalam saluran susu aamatlah sulit menentukan lokasi tumor, karena tumornya tidak teraba dari luar. Kanker payudara selain intraductal papillolma jarang mengeluarkan cairan dari puting payudara. Penting mengetahui riwayat terakhir penyakit kelenjar payudara sebelumnya. Apakah pernah di iinsisi akibat mastitis sebelumnya, ataukah dioporasi untuk tumor payudara. 2.2.2 Diagnosis Keperawatan 1. Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi dan infeksi ditandai dengan suhu meningkat payudara bengkak, dan nyeri tekan. 2. Menyusui tidak efektif yang berhubungan dengan bayi yang tidak mau menyusui. 3. Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan ibu dalam menyusui. 4. Kurang pengetahuan tentang perawatan payudara yang berhubungan dengan kurangnya informasi. 2.2.3 Intervensi keperawatan No dx Tujuan / kriteria hasil Intervensi Rasional 1 Nyeri teratasi, dengan kriteria suhu menurun ,payudara tidak bengkak lagi&nyeri berkurang. Mandiri 1. Kaji keluhan nyeri, lokasi, dan intensitas. 2. Lakukan kompres hangat. 3. Beri penyangga pada payudara dengan kain segitiga. 4. anjurkan ibu untuk tidak melakukan penyangga yang telah ketat. 5. anjurkan ibu untuk melakukan perawatan payudara. 6. instruksikan ibu untuk mengenal tanda dan gejala infeksi. kolaborasi 1. kolaborasi dalampemberian antibiotik dan analgetik. 2. kolaborasi dalam melakukaan insisi dan biopsi jika aada abses. 1. Membantu dalam menentukan identifikasi derajat ketidaknyamanan dan dapat diberikan terapi yang tepat. 2. Kompres panas dapat menyebabkan vasolidasi ,sehingga aliran darah lancar. 3. Payudara yg m’ggantung akan timbulkan rasa nyeri. 4. Penyangga yang terlalu ketat dapat menimbulkan rasa sakit. 5. Dengan perawatan yang benar dan konsisten dapat mengurangi rasa nyeri. 6. Tanda dan gejala infeksi REEDA agar kita dapat mendeteksi danmenanggulangi sedini mungkin. 1. Antibiotik nuntuk imflamasi dan analgetik untuk mengurangi nyeri. 2. Untuk mengurangi abses. 2 Ibu dapat menyusui bayinya dengan baik Mandiri 1. Jelaskan pada ibu tentang perawatan yang tepat dapat mengatasi masalah menyusui. 2. Anjuran ibu menyusui. 3. Anjurkan ibu mengoleskan ASI atau baby oil sebelum dan sesudah menyusui pada ujung puting payudara. Kolaborasi 1. Kolaborasi dalam melakukan insisidan biopsi. 1. Dengan perawatan yang tepat dapat mengatasi masalah menyusui. 2. Mencegah penyumbatan puting. 3. Untuk mencegah iritasi lanjut pada puting. 1. Insisisi dan biopsi berguna untuk mengeluarkan abses. 3 Ibu tidak merasa rendah diri Mandiri 1. Dorong ibu untuk mengungkapkan masalah yang dihadapi. 2. Identifikasi masalah sebagai ibu. 3. Jelaskan tentang perawatan payudara. 1. Untuk mengetahui masalah ibu, sehingga kita dapat membantu mengatasi masalah ibu. 2. Dapat menetapkan prioritas tindakan. 3. Perawatan yang tepat dapat mengatasi masalah gangguan payudara sehingga harga diri ibu meningkat. 4 Ibu dapat melakukan perawatan payudara Mandiri 1. Kaji tingkat pengetahuan ibu. 2. Jelaskan tentang perawatan payudara. 3. Anjurkan ibu u/ melakukan perwatan payudara. 4. Identifiksi sumber informasi lain yang dapat dari ibu. 1. Pengetahuan yang rendah perlu intervensi yang tepat. 2. Perawatan yang benar dapat mengatasi masalah ibu dan ibu mampu melakukannya sendiri. 3. Perawatan rutin dapat mengurangi abses dan mengatasi infeksi. 4. Dari majalah dan buku dapat meningkat pengetahuan ibu. 2.2.4 Implementasi keperawatan Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan, mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawata dan bukan atas petunjuk tenaga kesehatan lain. Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain. 2.2.5 Evaluasi keperawatan Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai. BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Kesimpulan pada makalah ini dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Payudara merupakan modifikasi kelenjar keringat. Berasal dari penebalan epidermis pada permukaan ventral tubuh mudigah berusia 6 minggu. Pada transmitter kedua kehidupan janin , gencel dari stratum basalis epidermis tumbuh ke bawah dan menjadi duktus utama, mula-mula padat lalu berlumen sehingga terbentuk duktus akan menjadi putting dan areola. Pada wanita pertumbuhan payudara terus berjalan. 2. Banyak wanita jaman sekarang tidak mau menyusui bayinya karena menurut mereka menyusui membuat kelenjar payudara lembek dan menggantung. Anggapan ini tidak benar, kelenjar payudara kalau sudah berfungsi menyusui bayi atau tidak , lambat laun akan mengalami perubahan. Akan tetapi , satu hal yang harus di ingat, menurut pengalaman Haagenson, wanita yang menyusui bayinya jarang terkena penyakit cytic disease of the breast daripada tidak menyusui. 3.2. Saran Saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut : 1. Gangguan payudara pada ibu harus dipelajari untuk lebih memaksimalkan dalam pemahaman ilmu keperawatan. 2. Akademik hendaknya menyediakan buku-buku yang berhubungan dengan Gangguan payudara pada ibu terutama ibu hamil, umumnya materi-materi yang berkaitan dengan keperawatan maternitas. DAFTAR PUSTAKA Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika. Barton MB, Elmore JG, SW Fletcher. Gejala payudara antara perempuan yang terdaftar dalam sebuah organisasi pemeliharaan kesehatan: Frekuensi, evaluasi, dan hasil. Ann Intern Med. 1999, 130: 651-657. Bloom SA, Harris JR, Thompson BL, et al: Pelacakan menggunakan layanan klinis pencegahan: Suatu perbandingan dari data kesehatan rencana kerja dan mengatur informasi dengan sistem surveilans faktor risiko perilaku. Med Care. 2000, 38: 187-194. http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://access. ealth.qld.gov.au/hid/WomensHealth/BreastDisorders/breastAbscess_fs.asp&rurl=transl te.google.co.id.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar