Kamis, 23 Februari 2012

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN TROMBOEMBOLI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN TROMBOEMBOLI
A. Definisi 1. Trombosis aadalah pembentukan massa bekuan darah dalam sistem kardiovaskuler yang tidak terkendali ( Robin & Kumar, 19995 ) 2. Emboli adalah oklusi beberapa bagian sistem kardiovaskuler oleh suatu masa (Embolus) yang tersangkut dalam perjalananya ke suatu tempat melalui arus darah (Robin dan Kumar, 1995) 3. Tromboembolisme adalah gangguan trombosis dan embolisme (Robin & Kumar,1995) 4. Trombofleblitis adalah kondisi dimana terbentuk bekuan dalam vena sekunder akibat inflamasi atau trauma dinding vena atau karena obstruksi vena sebagian (Doengoes, 2000) B. Insiden dan Etiologi Insiden tromboemboli pada kehamilan dan puerperium adalah lima kali lebih tinggi dibandingkan wanita yang tidak hamil pada usia yang sama. Tromboemboli adalah penyebab utama kematian maternal di amerika serikat. Trombosis vena terjadi pada satu dari 2000 wanita selama kehamilan dan satu dari 700 wanita setelah melahirkan (Nuwahid dkk,1998) Umumnya etiologi trobbosus disebabkan oleh tiga hal yang dikenal dengan “ Trias Vischow “ 1. Perubahan susunan darah (hiperkoagulansi) Kehamilan dikarakteristikan oleh perubahan dalam pembekuan oleh sistem fibrinosis yang berlangsung selama periode postpartum. Meningkatnya sistem fibrinosis ( Aktivasi plasminogen dan antirombin yang menyebabkan penghancuran ditekan ). Keuntungaganya yaitu mencegah perdarahan maternal melalui peningkatan pembentukan bekuan. Di samping itu, menyebabkan risiko tinggi pembentukan trombus selama kehamilan dan periode postpartum. 2. Perubahan laju peredaran darah (Stasis Vena) Kehamilan menyebabkan peningkatan stasis vena pada ekstermitas bawah dan pelvis sebagai hasil dari tekanan pembuluh darah besar karena pembesaran uterus. Stasis paling nyata ketika wanita hamil berdiri untuk periode waktu yang lama. Stasis menyebabkan dilatasi pembuluh darah potensial berlanjut hingga postpartum. Inaktivitas relatif selama kehamilan juga berperan penting dalam bendungan vena dan darah yang stasis di ekstermitas bawah. Waktu yang lama dalam memijakan kaki selama kehamilan dan perbaikan episitomi juga meningkatkan vena stasis dan pmbentukan trombus. 3. Perlakuan interna pembuluh darah Dapat terjadi pada tindakan operasi. dapat didahului oleh proses operasi atau inflamasi. Perlakuan pada interna menyebabkan pembuluh darah kehilangan muatan listrik, sehingga trombus mudah menempel pada dinding pembuluh tersebut. C. Faktor Predisposisi Faktor predisposisi pada tromboembolisme adalah sebagai berikut : 1. Bedah kebidanan 2. Multiparitas 3. Varises 4. Infeksi nifas 5. Kebiasaan merokok yang berat 6. Kontrasepsi oral 7. Inaktivitas 8. Riwayat tromboflebitis D. Manifestasi Klinis 1. Trombosis vena superfisial (TVS) Trombosis vena superfisial biasanya disertai oleh tanda dan gejala inflamasi. Tromboflebilitis biasanya dihubungkan dengan varises vena dan terbatas pada daerah betis. Tanda dan gejalanya meliputi ekstermitas kemrahan, lunak dan hangat. Palpasi luas dan penyempitan vena. Wanita juga mengalaminya ketika berjalan. 2. Trombosis Vena Dalam Trombosis vena dalam lebih sulit didiagnosis berdasarkan manifestasi klinis karena tanda atau gejala sering kali tidak ada atau difus. Jika ada, gejalanya disebabkan oleh inflamasi dan obstruksi vena balik, pembengkakan betis, serta edema eritema hangat lunak. Tan Hodmann (nyeri belakang lutut ketika dorsofleksi) dianggap sebagai indikator trombus vena dalam pada wanita postpartum. Tanda Hotman mempunyai nilai kecil pada diagnosis , karena nyeri kemungkinan juga disebabkan oleh ketegangan otot atau luka memar. Dan ini tidak selalu ada pada wanita yang mengalami trombosis vena. Refleks spasme arteri menyebabkan kaki pucat dan dingin. Pada perabaan dapat penurunan denyut nadi perifer. Gejala lain meliputi nyri ketika digerakan, malaise, dan kekuatan pada kaki yang terserang. E. Pemeriksaan penunjang 1. USG Doppler untuk menunjukan peningkatan lingkaran ekstermitas yang dipengaruhi. 2. Venografi kontas untuk memastikan trombosis vena dalam 3. Hb atau Ht untuk mengidentifikasi hemokonsentrasi 4. Pemeriksaan koagulasi untuk mengidentifikasi hiperkoagulabilitas. F. Penatalaksanaan 1. Tromboembolisme ringan. Ditangani dengan istirahat, dapat juga dengan pemberian antibiotic dan ibu dianjurkan untuk mobilisasi atau aktifitas ringan. 2. Tromboembolisme berat. Antikoagulan untuk mencegah bertambah luasnya thrombus dan mengurangi bahaya emboli. Tetapi dapat dimulai dengan heparin melalui infus IV sebanyak 10.000 iu satuan setiap 6 jam dan diteruskan dengan kaumarin 10 gram perhari kemudian 3mg perhari dan selama 6 minggu kemudian dikurangi dan dihentikan dalam 2 minggu. G. Asuhan keperawatan 1. Aktifitas Riwayat duduk lama, imopbilitas dengan tirah baring, anestesi akibat pembatasan aktifitas, juga mencakup pekerjaan ibu. 2. Sirkulasi • Varises vena • Peningkatan frekuensi nadi • Riwayat thrombosis vena sebelumnya, masalah jantung, hemografi, hipertensi karena kehamilan, dan hiperkoagulabilitas pada purperium dini. • Nadi perifer berkurang, tanda hotman positif, ekstermitas bawah, mungkin hangat dan warna kemerahan, tungkai yang sakit,dingin, pucat, serta edema. 3. Cairan • Peningkatan berat badan • ASI kadang-kadang berkurang pada ibu menyusui 4. Nyeri atau ketidaknyamanan • Nyeri tekan pada area yang sakit • Thrombosis dapat teraba 5. Keamanan • Adanya endometritis post partum • Suhu mungkin tinggi dan menggigil H. Diagnosa keperawatan Gangguan perfusi jaringan yang berhubungan dengan interupsi jaringan vena. Nyeri akut yang berhubungan dengan proses imflamasi spasme paskular. Ansietas yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi atau kesalahan interpretasi. Intervensi keperawatan Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan interupsi jaringan vena. kriteria hasil: a. Nadi perifer dapat di raba b. Pengisian kapiler adekuat c. Penurunan edema dan eritema Intervensi a. Anjurkan tirah baring Rasional: meminimalkan kemungkinan perubahan posisi thrombus dan menciptakan emboli b. Observasi ekstermitas terhadap warna. Inspeksi adanya edema dari lipat paha sampai telapak kaki, ukur, dan catat lingkaran betis pada ke dua kaki. Rasional: gejala yang membantu membedakan antara tromboflebitis superficial dengan thrombosis vena dalam ialah kemerahan, panas, nyeri tekan, dan edema local merupakan karakteristik superficial. Pucat dan dingin pada ekstermitas merupakan karakteristik TVD. c. Kaji pengisian kapiler dan periksa tanda hodman. Rasional: penurunan pengisian kapiler dan tanda hodman positif menandakan TVD. d. Anjurkan untuk meninggikan telapak kaki dan kaki bawah di atas ketinggian jantung. Rasional: mengosongkan vena superficial dan tibia dengan cepat, mempertahankan vena tetap kolaps,sehingga meningkatkan aliran balik vena. e. Instruksikan ibu untuk tidak memaksa ekstermitas yang sakit. Rasional: untuk mencegah perubahan posisi trombus yang menimbulkan embolisme. f. Anjurkan nafas dalam. Rasional: menghasilkan penekanan negative pada toraks yang membantu pengosongan vena yang besar. g. Kaji kemungkinan pernafasan dan bunyi paru serta catat keluhan-keluhan nyeri pada dada dan merasakan nyeri ansietas. Rasional: nyeri dada yang tajam pada substernal, ketakutan tiba-tiba, dispnea, takipnea, dan hemoptisis. h. Lakukan ambulasi progresif setelah fase akut. Rasional: melakukan aliran balik vena membantu mencegah stasis. i. Berikan kompres hangat lembab pada ekstremitas yang sakit. Rasional:meningkatkan sirkulasi ke area ekstermitas, meningkatkan vasodilatasi vena, dan resolusi edema. j. Kolaborasi dalam pemberian antikoagulan menggunakan heparin. Rasional: heparin dapat mencegah pembentukan thrombus dan mencegah pembekuan selanjutnya. k. Pantau pemeriksaan lab. Masa protrombin, masa tromboplastin/Hb/Ht,AST (SGOT). Rasional: memantau efektifitas antikoagulaan, hemokonsentrasi, dan dehidrasidapat mnimbulkan pembekuan. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi spesme vascular. Criteria hasil: a. Nyeri hilang b. Ibu dapat rileks dan istirahat dengan tepat Intervensi a. Kaji derajat ketidaknyamanan atau nyeri dengan melakukan palpasi pada kaki. Rasinal: derajat nyeri berhubungan langsung dengan luas nyeri yang terlibat, derajat hipoksia, dan edema berkenaan dengan terjadinya thrombus pada dinding vena terinflamasi. Ibu dapat melindungi ekstremitas yang sakit untuk menurunkan nyeri berkenaan dengan gerakan akut. b. Perhatikan tirah baring dengan cepat. Rasional; menurunkan ketidaknyamanan berkenaan dengan kontraksi dan gerakan otot, menimbulkan kemungkinan perubahan posisi thrombus. c. Pantau tanda-tanda vital Rasional: dapat menandakan peningkatan nyeri, demam dapat memperberat ketidaknyamanan umum. d. Tinggikan ekstremitas yang sakit Rasional: meningkatkan aliran balik vena memudahkan sirkulasi. e. Anjurkan perubahan posisi yaitu mempertahankan ekstremitas tetap tinggi. Rasional: menurunkan kelelahan, dan meningkatkan aliran balik vena. f. Jelaskan prosedur dan intervensi Rasional:melibatkan ibu dalam asuhan keperawatan, meningkatkan control, dan penurunan rasa cemas. g. Indikasikan nyeri dada yang tiba-tiba dan tajam, dispnea, takikardi, atau ketakutan. Rasional: tanda dan gejala ini menunjukan emboli paru sebagai komplikasi TVD. h. Berikan obat-obatan sesuai indikasi. Rasional: analgetik menurunkan demam dan inflamasi menghilangkan nyeri. i. Berikan kompres panas yang lembap pada ekstremitas. Rasional: menyebkan asodilatasi yang meningkatkan sirkulasi. j. Anjurkan tindakan untuk penurunan ketergantungan emosi seperti teknik relaksasi dan pengungkapan masalah. Rasional: menurunkan derajat kecemasan mencegah kelelahan otot. Ansietas yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan. Criteria hasil: a. Mengungkapkan tentang perasaan ansietas. b. Menunjukan penurunan perilaku seperti gelisah dan iritabilitasi. Intervensi a. Jelaskan prosedur, tindakan, dan intervensi keperawatan. Rasional: menurunkan rasa takut, meningkatkan pengetahuan ibu, dan libatkan dalam tindakan. b. Anjurkan untuk tehnik relaksasi dan pengungkapan masalah. Rasional: mencegah kelelahan otot menurunkan ansietas. c. Pantau tanda-tanda vital dan perilaku seperti kagelisahan peka rangsangan dan menangis. Rasional: dapat menunjukan kemampuan ibu dalam mengatasi masalah. d. Bantu ibu merawat diri sendiri dan bayi. Rasional: ansietas ibu dapat berkurang jika kebutuhanmya terpenuhi serta bahwa ia mampu mengatasi dan terlibat dalam tugas-tugas keperawatan diri sendiri dan bayinya. e. Anjurkan kontak melalui telepon atau bertemu dengan pasangan dan anak-anak bila ibu dirawat di rumah sakit dianjurkan dengan bayinya. Rasional: membantu menurunkan perpisahan dan isolasi. Implementasi keperawatan Implementasi merupakan tindakan sesuai dengan yang telah direncanakan, mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat dan bukan atas petunjuk tenaga kesehatan lain. Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain. Evaluasi keperawatan Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai. DAFTAR PUSTAKA • Bobak, I.M., Lowdermilk, D.L., & Jensen, M.D. (1995). Maternity nursing. (4th ed.), Mosby: Years Book-Inc. • Pilliteri, A. (2003). Maternal & child health nursing care of the chilbearing & childrearing family. (4 th ed.), Philadelphia: Williams & Wilkins. • Abdul Bari Saifudin,SpOG,MPH,dr,prof, Buku Acuan Nasional Pelayanan kesehatan Maternal dan Neonatal, 2000, JNPKKR-POGI,Jkarta • Lowdermilk, D.L., Perry, S.E., & Bobak, I.M.(2000). Maternity women’s health care. (7 nd ed. ),

Tidak ada komentar:

Posting Komentar