Senin, 27 Februari 2012

CAMPAK PADA ANAK

Oleh : Yayang Nur Enida
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit dapat menyebar dengan mudah apabila orang berkumpul bersama. Semua anak yang tinggal di lingkungan yang padat penduduk seperti tempat pengungsian, bencana alam, terutama terhadap campak. Situasi kedaruratan yang menyebabkan orang harus meninggalkan tempat tinggal sering menyebabkan penyebaran penyakit menular. Dalam keadaan seperti itu, anak-anak yang berusia di bawah 12 tahun harus segera di imunisasi, terutama terhadap campak, pada saat pertama kali mereka menetap. B. Tujuan Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut : a. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah ilmu kesehatan anak. b. Menambah pengetahuan dan wawasan tentang campak pada anak, dari materi yang dicari diluar bangku kuliah. BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Penyakit campak adalah suatu infeksi virus akut yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata/ konjungtiva), dan ruam kulit. Atau biasa juga ditandai denngan 3 tanda stadium, yaitu : • Stadium kataral • Stadium erupsi • Stadium konvelensi Campak juga merupakan penyakit yang sangat menular pada masa anak-anak dan juga dewasa. Anak yang kurang gizi mudah terserang komplikasi yang fatal. Dan tidak hanya anak yang kurang gizi, yang tinggal di lingkungan yang tidak sehat akan bisa menimbulkan penyakit campak. Sebelum vaksinasi campak digunakan secara meluas, wabah campak terjadi setiap 2 - 3 tahun, terutama pada anak-anak usia pra sekolah dan anak-anak SD. Jika seseorang pernah menderita campak, maka seumur hidupnya akan kebal terhadap penyakit ini. Jika jadwal imunisasi terganggu, segeralah berkonsultasi kepada petugas kesehatan untuk melengkapi kekurangan imunisasinya sehingga sesuai dengan pedoman imunisasi nasional. B. Etiologi Etiologi atau penyebab penyakit ini adalah infeksi virus Morbili, Rubeola yang terdapat dalam secret nasofaring dan darah selama masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak. Cara penularannya dengan droplet dan kontak. kemudian bisa ditularkan lewat batuk, bersin, dan tangan yang kotor oleh cairan hidung. Penyakit campak ini disebabkan pula karena infeksi virus campak golongan Paramyxovirus. C. Epidemiologi Biasanya penyakit ini timbul di karenakan pada masa anak-anak dan menyebabkan kekebalan seumur hidup.bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita morbili akan mendapat kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4 sampai 6 bulan dan setelah umur tersebut kekebalan akan berkurang sehingga si bayi akan menderita mobili. bila ibu belum menderita mobili maka bayi yang dilahirkan tidak mempunyai kekebalan terhadap mobili dan dapat menderita penyakit ini setelah dilahirkan.bila seorang menderita mobile ketika dia hamil 1 atau 2 bulan maka 50% kemungkinan mengalami abortus bila dia menderita mobili pada trimester pertama, kedua, ketiga maka kemungkinan melahirkan seorang anak dengan kelainan bawaan atau seorang anak dengan berat badan lahir rendah atau lahir mati atau ank meninggal sebelum usia 1 tahun. D. Patofisiologi Penularan virus ini terjadi karena menghirup percikan ludah penderita campak (batuk/ bersin). Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2 - 4 hari sebelum timbulnya ruam kulit dan 4 hari setelah ruam kulit ada. Setelah lima hari, biasanya mulai muncul bintik-bintik merah disekujur tubuh. Dalam tempo seminggu, bintik – bintik merah ini bisa memenuhi sekujur tubuh. Jika sistem kekebalan tubuh anak berfungsi dengan baik, bintik-bintik merah ini tidak akan begitu memenuhi tubuh. Jika bintik-bintik merah ini sudah muncul, berangsur demam yang diidap pun akan turun sehingga akhirnya menghilang dengan sendirinya. Bintik-bintik merah di kulit akan berubah menjadi kehitaman dan bertahan selama kurang lebih beberapa minggu sebelum hilang dengan sendirinya. Penyakit campak sebenarnya tergolong ke dalam penyakit ringan. Namun jika sistem kekebalan tubuh anak sedang jelek, penyakit ini jangan dianggap remeh. Campak akan menular cepat sekali, karena itu anak yang terserang campak harus dipisahkan dari anak lainnya dan segera diperiksa oleh petugas kesehatan. Campak juga sering mengakibatkan diare yang berat. Pemberian imunisasi campak juga berarti mencegah diare. E. Tanda dan Gejala Penyakit ini agak sulit dideteksi karena gejala awalnya mirip dengan serangan pilek. Masa tunasnya 10-20 hari, gejala-gejala campak cukup menakutkan, diantaranya : - Demam tinggi (38 – 40 derajat Celcius), Demam paling tinggi dicapai setelah 4 hari. - Muncul bintik putih di mulut bagian dalam, bagian pipi di sebelah depan gigi premolar. - Bintik khas yang muncul di belakang telingan, menyebar ke muka kemudian ke seluruh tubuh. - Mata memerah dan berair. - Tenggorokan sakit, pilek, batuk yang khas kering. - Diare ringan. - Pada puncak penyakit, penderita merasa sangat sakit, ruamnya meluas serta suhu tubuhnya mencapai 40 derajat Celcius. 3 – 5 hari kemudian suhu tubuhnya turun, penderita mulai merasa baik dan ruam yang tersisa segera menghilang. Dan penyakit campak ini dibagi menjadi 3 tanda stadium yaitu : 1. Stadium kataral (prodromal). Stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai panas, malaise, batuk fotofobia,konjungtivitas,koriza. Menjelang akhir stadium ini dan 24 jam sebelum timbul enantema,timbul bercak koplik yang patognomonik bgi morbili sangat jarang ditemui.bercak koplik berwara putih kelabu,sebesar ujung jarum dan di kelilingi oleh eritema. Lokalisasinya di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah. Jarng ditemui di bibir bawah/ palatium.kadang-kadang terdapat macula halus yang kemudian sebelum stadium erupsi. Gambaran darah tepi adalah limfositosis dan leucopenia. Secara klinis gambaran penyakit ini menyerupai influenza. Diagnosa perkiraan yang besar dapat dibuat apabila ada bercak koplik dan penderita pernah kontak dengan penderita morbilidalam waktu 2 minggu trakhir. 2. Stadium erupsi Koriza dan batuk bertambah timbul enantema atau titik merah di palatum drum dan lapatiu mole. Kadang terlihat bercak koplik terjadi eritema yang berbentuk macula-papula disertai menaiknya sushu tubuh diantara macula terdapat kulit nomal mula-mula eritema timbul di belakang telingga di bagian atas lateral tengkuk sepanjang rambut dan bagian belakang bawah, kadang terdapat pendarahan ringan di kulit,rasa gatal,muka bengkak anggota bawah pada hari ketiga dan akan menghilang. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening disudut mandibula dan daerah leher belakang.terdapat sedikit spelenomegali. Tidak jarang disertai diare dan muntah. Variasi dari morbili yang biasa ini ialah ”bleck measles” yaitu morbili yang sertai pendarahan pada kulit, mulut, hidung,dan traktus digestivus. 3. Stadium konvalesensi Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang lama kelamaan akan hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan kulit yang bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala atau patognomonik untuk mobili. pada penyakit-panyakit lain denagn erittema/ ekssantema kulit hilang tanpa heperpigmentasi.suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi. F. Komplikasi Komplikasi dapat saja terjadi diantaranya berupa: - Infeksi telinga bagian tengah - Diare - Bronkhitis (infeksi saluran pernafasan bagian bawah). - Pneumonia (infeksi paru-paru). - Encephalitis (radang otak). - Bahkan sampai kematian. Pada penyakit morbili terdapat resistensi umum yang menurun sehingga dapat tejadi anergi (uji terberkulin yang semula positif berubah menjadi negative). Keadaan ini menyebabkan mudahnya terjadi kompilikasi sekunder seperti otitismediaakut, ensefalitis, bronkopneumonia. Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh virus mobile atau oleh pneumococcus, streptococcus, staphylococcus. Bronkopneumonia akan menyebabkan kematian bayi yang masih mudah, anak dengan malnutrisi energy protein, penderita penyakit menahun (missal turberkulosis), leukemia. Oleh karena itu pada keadaan tertentu perlu dilakukan pencegahan. Komplikasi neurologiso pada morbili dapat berupa hemiplegia,paraplegia,afasia,gangguan mental,neuritis optika dan ensefalitis.Ensafalitis morbili dapat terjadi sebagai komplikassi pada anak yang sedang menderita morbili tau dalam satu bulan setelah mndapat imunisasi dengan vaksin virus morbili hidup (enefaliyis morbili akut);pada penderita yang sedang mendapat pengobatan imonusupresif (immunosuppressive meales ensephalopathy) dan sebagai subacute sclerosing panencephalitis (SSPE). Ensafalitis morbili akut ini timbul pada stadium eksantem, angka kematian rendah dan sisa defisit neurologis sedikit. Angka kejadian ensafilitis setelah infeksi morbili ialah : 1 : 1.000 kasus, sedangkan ensafillitis setelah vaksinasi dengan virus morbili hidup adalah 1,16 tiap 1.000.000 dosis. SSPE adalah suatu penyakit degenerasi yang jarang dari susunan saraf pusat. Penyakit ini progresif dan patal serta ditemukan pda anak dan orang dewasa .Ditandai oleh gejala yang terjadi secara tiba-tiba seperti kekacauan mental,disfungsi motorik,kejang dan koma.Perjalanan klinis lambat dan sebagian besar penderit meninggal dunia dalam 6 bulan – 3 tahun setelah terjdi gejala pertama. Meskipun demikian remisi spontan masih bias terjadi.Penyebab SSPE tidak jelas tetapi ada bukti-bukti bahwa virus morbili memegang peranan dalam patogenesisnya. Biasannya anak menderita morbili sebelum umur 2 tahun sedangkan SSPE bias timbul 7 tahun sebelum morbili.SSPE yang terjadi setelahvaksinasi morbili didafatkan kira-kira 3 tahun kemudin.Kemungkinan menderita SSPE setelah vaksinasi morbili adalah 0,5-1,1 tiap 10 juta ; sedangkan setelah infeksi morbili sebesar 5,2-9,7 tiap jut 10 juta.Immunosuppresive measles encephalopathy didapatkan pada anak dengan morbili yang sedang menderita defisiensi imonulogik karena keganasan atau karena pemakaian obat-obatan imunosupresif. Di Afrika didapatkan kebutaan sebagai komplikasi morbili pada anak yang menderita malnutrisi. G. Diagnosis banding - German measles. Pada penyakit ini tidak ada bercak koplik, tetapi ada pembesaran kelenjar didaerah suboksipital, sarvikal bagian posterior, dan belakang telinga. - Eksantema subitum. Ruam akan timbul bila suhu badan mejadi normal kembali. H. Prognosis Baik pada anak keadaan imun yang baik, tetapi prognosis akan menjadi buruk jika keadaan umum buruk, anak yang sedang menderita penyakit kronis atau bila ada kompliksi. I. Penanganan - Tinggal di rumah sampai peyakit tidak menular lagi. - Istirahat dan minum banyak cairan. - Untuk menurunkan demam, berikan asetaminofen atau ibuprofen. - Jika terjadi infeksi bakteri, berikan antibiotik. - Minum obat batuk. - Priksa ke dokter, jika menderita sakit telinga, keluar cairan dari telinga, demam terus menerus, kejang-kejang, atau mengantuk. - Adapun tindakan dokter diantaranya : - Menyingkirkan komplikasi. - Mengobati komplikasi jika ada. - Merujuk ke rumah sakit bila perlu. J. Pencegahan • Vaksin campak merupakan bagian dari imunisasi rutin pada anak-anak. Vaksin biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi dengan gondongan dan campak Jerman (vaksin MMR/ mumps, measles, rubella), disuntikan pada otot paha atau lengan atas. • Jika hanya mengandung campak, vaksin diberikan pada umur 9 bulan. Dalam bentuk MMR, dosis pertama diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6 tahun. • Selain itu penderita juga harus disarankan untuk istirahat minimal 10 hari dan makan makanan yang bergizi agar kekebalan tubuh meningkat. • Imunisasi aktif Ini dilakukan dengan pemberian “live attenuated measles vaccine” mula-mula digunakan strain Edmonston B, tetapi karena “strain” ini menyebabkan panas tinggi dan eksterm pada hari ketujuh sampai hari kesepuluh setlah vksinasi, maka stain Edmonston B diberikan bersama-sama dengan globulin gama pada lengan yang lain. Sekarang digunakan starin Schwarz dan moraten dan tidak diberikan globulin gama. Vaksin tersebut diberikan secara subkutan dan menyebabkan imunitas yang berlangsung lama. Pada penyelidikan serologis bahwa imunitas tersebut mulai mengurang 8 sampai 10 tahun setelah vaksinasi. Vaksinasi mobili diberikan pada anak usia 15 bula yaitu: sebelum 15 bulan diperkirakan anak tidak dapat membentuk antibody secara baik karena masih ada antibody dari ibu.anak yang tinggal didaerah endemis morbili dan terdapat bayak terberkulosis di berikan vaksinasi pada umur 6 bulan dan revaksinasin dilakukan pada umur 15 bulan. Penelitian lineman dkk (1982) pada anak yang divaksinasin sebelum umur 10 bulan tidak ditemukan antibody setelah revaksinasi kadang titer tidak naik secara bermakna. Di Indonesia saat ini dianjurkan memberikan vaksin mobili pada anak umur 9 bulan keatas. Vaksin mobile juga diberikan kepada orang yang alergi telur, karena vaksin mobili ditumbuhan dengan jaringan janin ayam yang secara antigen berbeda dengan protein telur. Penyakit alergi sebaiknya vaksinasin ditunda sampai 2 minggu sembuh. Vaksin mobile juga diberikan kepada penderita turberkulosis aktif yang sedang mendapatkan tuberkulostetika. Vaksin mobili tidak boleh diberikan kepada wanita hamil, anak dengan tuberculosis yang tidak diobati, penderita leukemia dan anak yang sedang mendapat pengobatan imunosupresif. Vaksin mobile dapat diberikan sebagai vaksin mobili saja atau sebagai measles-mumps-rubella (MMR) di Indonesia digunakan vaksin mobili buatan perum biofarma yang terdiri dari virus mobile yang hidup dan sangat dilemahkan, strain Schwarz dan ditumbuhkan dalam jaringan janin ayam dan kemudian di beku-keringkan. Tiap dosis dari vaksin yang sudah dilarutkan mengandung virus mobili tidak kurang dari 1000 TCID50 dan neomisin b sulfat tidak lebih dari 50 mikrogram. Vaksin ini diberikan secara subkutan sebanyak 0,5ml pada umur 9 bulan. Terjadi anergi terhadap tuberkulin selama 2 bulan setelah vaksinasin. Seorang mendapat imunoglobulin/ transfuse darah maka vaksinasi dangan vaksin mobil harus ditangguhkan sekurang-kurangnya 3 bulan.vaksin ini tidak boleh diberikan kepada anak yang infeksi saluran pernafasan akut atau infeksi akut lainnya yang disertai demam, anak dengan defisisiensi imunologik, anak yang sedang diberikan pengobatan intensif dengan obat imunosupresif. • Imunisasi pasif Penyakit diperingan dengan pemberian globulin-gama dapat mengakibatkan ensefalitis dan penyebaran proses tuberkulosis. K. Pemberantasan Pemberantasan campak meliputi beberapa tahapan, dengan kriteria pada tiap tahap yang berbeda-beda : 1. Tahap reduksi campak yang dibagi dalam dua tahap : a. Tahap pengendalian campak. Pada tahap ini terjadi penurunan kasus dan kematian, cakupan imunisasi >80%, dan interval terjadinya KLB berkisar antara 4-8 tahun. b. Tahap pencegahan KLB. Pada tahun ini cakupan imunisasi dapat dipertahankan tinggi dan merata, terjadi penurunan tajam kasus dan kematian, dan interval terjadinya KLB reatif lebih panjang. 2. Tahap Eliminasi Tahap ini, cakupan imunisasi sudah sangat tinggi (>95%) dan daerah-daerah dengan cakupan imunisasi rendah sudah sangat kecil jumlahnya. Kasus campak sudah jarang dan KLB hampir tidak pernah ternadi. Anak-anak yang dicurigai tidak terlindung (susceptible) harus diselidiki dan mendapat imunisasi tambahan. 3. Tahap Eradikasi Cakupan imunisasi tinggi dan merata dan kasus campak sudah tidak ditemukan. Transmisi virus sudah dapat diputuskan, dan negara-negara di dunia sudah memasuki tahap eliminasi. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan pada makalah ini dapat dijelaskan sebagai berikut : • Penyakit campak adalah suatu infeksi virus akut yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata/ konjungtiva), dan ruam kulit. • Penyebab penyakit ini adalah infeksi virus Morbili yang terdapat dalam secret nasofaring dan darah • Pencegahan untuk campak bisa dengan Imunisasi aktif, Imunisasi pasif, Selain itu penderita juga harus disarankan untuk istirahat minimal 10 hari dan makan makanan yang bergizi agar kekebalan tubuh meningkat. B. Saran Saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut : 1. Campak pada anak harus dipelajari untuk lebih memaksimalkan dalam pemahaman ilmu keperawatan. 2. Pihak akademik perlu menyelenggarakan seminar tentang campak pada anak. 3. Akademik hendaknya menyediakan buku-buku yang berhubungan dengan campak pada anak, umumnya materi-materi yang berkaitan dengan ilmu kesehatan anak. DAFTAR PUSTAKA Dinkes Provinsi Jawa Barat Sehat. Pedoman Hidup Sehat. Bandung : 2008. Hal. 84-85 Subinarto Djoko. 2005. Penyakit Anak dan Cara Penanganannya, Cimahi: Media Inc. Hal. 047-049. Putri Triloka, Hasniah Badiul. 2009. Menjadi Dokter Pribadi Bagi Anak Kita. Jogjakarta : Kata Hati. Hal. 153-156. Wahidiyat Iskandar, Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Indonesia. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : 1985.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar