Kamis, 23 Februari 2012

PARTOGRAF

PARTOGRAF Oleh : Yayang Nur Enida S1-KEPERAWATAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Pembangunan Millenium ( Millenium Development Goals/MDGs ) dalam rangka mengurangi tiga per empat jumlah perempuan yang meninggal selama hamil dan melahirkan pada 2015, demikian pernyataan resmi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Dalam pernyataan yang diterbitkan di laman resmi WHO itu dijelaskan bahwa untuk mencapai target MDGs penurunan angka kematian ibu antara 1990 dan 2015 seharusnya 5,5 % per tahun. Namun data WHO, UNICEF, UNFPA dan Bank Dunia menunjukan angka kematian ibu hingga saat ini masih kurang dari satu persen per tahun. Berdasarkan data pada tahun 2005, sebanyak 536.000 perempuan meninggal dunia akibat masalah persalinan, lebih rendah dari jumlah kematian ibu tahun 1990 yang sebanyak 576.000. Menurut data WHO, sebanyak 99 % kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio kematian ibu di negara-negara berkembang merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100.000 kelahiran bayi lahir hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di sembilan negara maju dan negara persemakmuran, termasuk di Indonesia yang masih memiliki predikat negara berkembang ( ANTARA News. 2007. WHO: Penurunan Angka Kematian Ibu Belum Sesuai Target MDGs.http://www.antara.co.id/arc/2007/10/12/who-penurunan-angka-kematian-ibu-belum-sesuai-target-mdgs/ diakses tgl 02-25-2009 jam 16.38 WIB ). Angka Kematian Ibu di Indonesia masih yang paling tinggi di Asia Tenggara yakni 307 per seratus kelahiran hidup yang berarti 50 ibu meninggal setiap hari karena komplikasi persalinan dan saat melahirkan. Angka tersebut menurut Direktur Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan, telah turun menjadi 290,8 per seratus ribu kelahiran hidup pada tahun 2005. Namun kondisi itu belum merubah status Indonesia sebagai negara dengan AKI tertinggi di Asia Tenggara karena angka kematian ibu di negara-negara Asia Tenggara lainnya masih jauh lebih rendah dibanding Indonesia. Maka untuk mencapai tujuan yang ditekankan MDGs yaitu melakukan persalinan yang aman, penerapan Asuhan Persalinan Normal yan paripurna dapat menjadi solusi. Salah satunya dengan penggunaan partograf. Partograf dapat dianggap sebagai “sistim peringatan awal” yang akan membantu pengambilan keputusan lebih awal kapan seorang ibu harus dirujuk, dipercepat atau diakhiri persalinannya. Partograf juga dapat meningkatkan mutu dan keteraturan pemantauan janin dan ibu selama persalinan, dan membantu menemukan adanya masalah janin atau ibu ( Sumapraja, 2005 ). Partograf dapat digunakan oleh semua tenaga kesehatan yang berwenang untuk menolong persalinan. 1.2 Tujuan Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut : a. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan maternitas. b. Menambah pengetahuan dan wawasan tentang partograf dari materi yang dicari diluar bangku kuliah. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Konsep Dasar 2.1.1 Definisi Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas kesehatan dalam mengambil keputusan dalam penatalaksanaan partograf dimulai pada pembukaan 4 cm fase aktif. Partograf sebaiknya dibuat untuk setiap ibu yang bersalin, tanpa menghiraukan apakah persalinan itu normal atau dengan komplikasi (Buku pelayanan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal:2001). Partograf adalah suatu rekaman semua observasi yang dilakukan terhadap ibu selama persalinan, isi utamanya adalah grafik pencatatan pembukaan serviks yang dikaji melalui pemeriksaan vagina (Safe Motherhood Modul Persalinan Macet). Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan persalinan, asuhan, pengenalan penyulit dan informasi untuk membuat keputusan klinik (Bidan Febri). Partograf adalah alat pencatatan persalinan, untuk menilai keadaan ibu, janin dan seluruh proses persalinan. Partograf digunakan untuk mendeteksi jika ada penyimpangan / masalah dari persalinan, sehingga menjadi partus abnormal dan memerlukan tindakan bantuan lain untuk menyelesaikan persalinan. Partograf merupakan lembaran form dengan berbagai grafik dan kode yang menggambarkan berbagai parameter untuk menilai kemajuan persalinan (http://bidan-desa.blogspot.com). Partograf merupakan gambaran persalinan yang meliputi semua pencatatan yang berhubungan dengan penatalaksanaannya. Hasil rekaman ini lebih efisien daripada catatan panjang dan memberikan gambaran piktogram terhadap hal-hal yang penting dari persalinan serta tindakan yang segera harus dilakukan terhadap perkembangan persalinan yang abnormal (www.wikipedia.com). Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan (http://kesmas-unsoed.blogspot.com). 2.1.2 Tujuan Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk: o Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam. o Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian, juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama (Depkes RI, 2007). Jika digunakan secara tepat dan konsisten, maka partograf akan membantu penolong persalinan untuk: o Mencatat kemajuan persalinan. o Mencatat kondisi ibu dan janinnya. o Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran. o Menggunakan informasi yang tercatat untuk secara dini mengidentifikasi adanya penyulit. o Menggunakan informasi yang ada untuk membuat keputusan klinik yang sesuai & tepat waktu. 2.1.4 Fungsi Partograf o Dilaksanakan untuk pelayanan persalinan atau rawat inap. o Lanjutan pertolongan persalinan normal. o Dapat mengganti status ibu mencakup semua perjalanan persalinan. o Untuk mengetahui kemajuan persalinan. o Untuk menentukan tindakan dalam menyelesaikan persalinan. o Untuk menurunkan mortalitas ibu dan anak. 2.1.4 Bagian Partograf Bagian-bagian partograf : o Identitas. Identitas meliputi : - Tanggal - Hari pertama haid terakhir. - Gravida - Taksiran parrtus. - Para - Nomor register. - Abortus - Pecah ketubaan janin. - Nama. o Denyut jantung janin. Denyut jantung janin dihitung dan dicatat setiap 30 menit lalu menghubungkan setiap titik (jumlah denyut jantung janin dihubungkan). o Servikograf. Friedman membagi persalinan dalam 2 fase, yaitu : - Fase I (fase laten), Biasanya berlangsung selama 8-10 jam, dimulai dari awal persalinan sampai pembukaan serviks 3 cm. - Fase II (fase aktif), Fase ini dimulai dari pembukaan serviks 3 cm sampai pembukaan lengkap (10 cm). Pemeriksaan dalam vagina dilakukan saat pasien masuk rumah sakit, dilanjutkan setiap 4 jam untuk menilai pembukaan serviks. Pemeriksaan ini dapat dilakukan lebih sering pada pasien yang persalinannya sudah berjalan lebih jauh, terutama pasien multipara. Pembukaan mulut rahim dicatat dengan tanda "X". Bila pasien masuk rumah sakit dalam fase aktif, tanda "X" diletakkan pada garis waspada sedangkan waktu masuknya pasien ditulis dibawah tanda "X". Apabila pembukaan mulut rahim ketika pasien masuk rumah sakit dalam fase laten kemudian masuk kedalam fase aktif dalam jangka waktu kurang 8 jam maka tanda "X" dipindahkan ke garis waspada. Perpindahan ini digambarkan dengan garis putus-putus sampai pada garis waspada dan diberi tanda "Tr". Untuk menentukan seberapa jauh bagian depan anak turun ke dalam rongga panggul, digunakan bidang HODGE (H) sebagai berikut : - HI : Sama dengan pintu atas panggul. - HII : Sejajar dengan H I melalui pinggir bawah simfisis pubis. - HIII : Sejajar dengan H I melalui spina iskiadika. - HIV : Sejajar dengan H I melalui ujung tulang koksigeus. Porsio dinilai dengan memperhatikan kekakuan, lunak, tebal, mendatar atau melepasnya porsio. o Waktu. Waktu 0 dianggap pada saat pasien masuk rumah sakit bukan pada saat timbulnya persalinan. o Air ketuban. Air ketuban bisa : - Utuh (U) - Jernih (J) - Campur mekonium (M) - Kering (K) Mulase (penyisipan tulang tengkorak janin) ditandai dengan : 0 : Tulang tengkorak terpisah dan sutura dapat teraba dengan mudah. + : Tulang tengkorak saling berdekatan. ++ : Tulang tengkorak tumpang tindih. +++ : Tulang tengkorak tumpang tindih dengan nyata. Posisi kepala ditandai dengan memperhatikan letak dari ubun-ubun kecil. o Kontraksi per 10 menit. Kontraksi uterus dihitung per 10 menit, terbagi atas : - Kurang 20 detik : Tanpa arsiran. - 20-40 detik : Dengan arsiran. - Lebih 40 detik : Dihitamkan. o Oksitosin. Hal yang diperhatikan : - Jumlah unit per 500 cc. - Jumlah tetesan per menit. o Obat-obatan dan cairan intravena. o Nadi dan tekanan darah ibu. Nadi diukur setiap 30 menit; tekanan darah diukur setiap jam atau lebih sering bila ada indikasi (edema, hipertensi). o Urin. Yang diukur : - Volume. - Albumin. - Glukosa. o Temperatur ibu. o Kala III. 2.1.5 Penggunaan Partograf Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan sebagai elemen penting asuhan persalinan. Partograf harus digunakan, baik tanpa ataupun adanya penyulit. Partograf akan membantu penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan klinik baik persalinan normal maupun yang disertai dengan penyulit. Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit, dll). Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu selama persalinan dan kelahiran (Spesialis Obgin, bidan, dokter umum, residen dan mahasiswa kedokteran). Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu dan bayinya mendapatkan asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu, juga mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka (Prawirohardjo, 2002). Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secara seksama, yaitu: -Denyut jantung janin setiap 1/2 jam. -Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap 1/2 jam. -Nadi: setiap 1/2 jam. -Pembukaan serviks setiap 4 jam. -Penurunan: setiap 4 jam. -Tekanan darah dan temperatur tubuh setiap 4 jam. -Produksi urin, aseton dan protein setiap 2 sampai 4 jam . Pencatatan Selama Fase Aktif Persalinan Ketika seorang ibu akan menjalani persalinan, maka evaluasi lengkap terhadap kondisi ibu dan bayinya harus dilakukan. Hal ini mencakup riwayat persalinan, pemeriksaan fisik dan pelvik. Informasi berikut ini akan membantu untuk mempelajari cara mencatat, mengobservasi, dan menginterpretasikan temuan anda dengan menggunakan partograf. Pencatatan Halaman Depan Partograf Halaman depan partograf mencantumkan bahwa observasi dimulai pada fase aktif persalinan dan menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan selama fase aktif persalinan, termasuk: a). Informasi tentang ibu: -Nama, umur. -Gravida, para, abortus (keguguran). -Nomor catatan medis/nomor puskesmas. -Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah, tanggal dan waktu penolong persalinan mulai merawat ibu). -Waktu pecahnya selaput ketuban. b). Kondisi janin: -DJJ : Untuk mengetahui bahwa janin dalam keadaan baik, maka men-dengar dan mencatat frekuensi jantung janin merupakan cara yang aman dan dapat dipercaya. Frekuensi jantung janin dicatat di bagian atas partograf, Gambar 4.12. Pencatatan ini dilakukan setiap setengah jam. Masing-masing kotak mewakili 30 menit. Garis pada denyut 120 sampai 160 permenit dibuat lebih gelap untuk mengingatkan bidan bahwa ini merupakan batas normal frekuensi jantung janin. -Warna dan adanya air ketuban. Keadaan cairan amnion dapat membantu pengkajian kondisi janin. Observasi berikut ini segera dicatat dalam partograf di bawah pencatatan frekuensi jantung janin. Pengamatan dilakukan pada setiap pemeriksaan vagina, yang meliputi: Jika ketuban (membran amnion) utuh: Catatlah huruf "U" untuk "Utuh". Jika ketuban pecah (membran telah robek): -Cairan amnion jernih, dicatat dengan huruf "}" untuk "Jernih". -Cairan amnion mengandung darah, dicatat dengan huruf "D". -Cairan amnion mengandung mekonium, dicatat dengan huruf "M". -Tidak ada cairan amnion, catat dengan huruf "K"-untuk "Kering". Dengarkan jantung janin setiap lima menit, jika: - cairan amnion berwarna hijau pekat atau mekonium hitam; - cairan amnion kering/tidak ada pada saat ketuban pecah. Kedua hal di atas kemungkinan merupakan tanda adanya gawat janin (bayi mengalami masalah). -Penyusupan (molase) kepala janin. Molase merupakan suatu temuan penting untuk mengetahui cara pelvis dalam mengakomodasi kepala janin dengan baik. Catat molase, lihat pada Gambar 4.14, dengan menggunakan petunjuk berikutini: o = tulang-tulang terpisah dan sutura dapat diraba dengan mudah. + = tulang-tulang hanya saling bersentuhan satu sama lain. ++ = tulang-tulang saling tumpang tindih tetapi dapat dipisahkan dengan mudah dengan tekanan yang diberikan jari anda, rujuk. +++- = tulang-tulang saling tumpang tindih tetapi tidak dapat dipisahkan dengan mudah melalui penekanan dan jari anda, rujuk. c). Kemajuan persalinan: -Pembukaan serviks. Fase laten (periode pembukaan serviks lambat) yaitu pembukaan 0-2 cm dengan pemendekan serviks secara bertahap. Fase aktif (periode pembukaan serviks lebih cepat) yaitu dari 3-10cm. Lihatlah grafik Gambar dibawah. Sepanjang sisi kiri adalah angka 0-10. Setiap angka/kotak mewakili pembukaan 1 cm. Penjelasan gambar : Di sepanjang bagian bawah grafik terdapat 24 kotak. Masirig-masing kotak mewakili 1 jam. Pembukaan serviks dicatat dengan memberi tanda X. Perhatikan Gambar 4.2 untuk melihat pembukaan serviks yang dicatat. Pemeriksaan vagina pertama kali dicatat pada saat pasien masuk. Pemeriksaan vagina dilakukan sedikitnya setiap 4 jam. Persalinan tingkat lanjut mungkin perlu diperiksa lebih sering pada ibu, khususnya multipara. -Penurunan bagian terbawah janin atau presentasi janin. Jika persalinan berjalan lancar maka pembukaan serviks harus disertai dengan penurunan kepaia janin. Untuk memastikannya, lebar kelima jari tangan merupakan acuan untuk menyatakan 5/5 kepala janin di atas pintu atas panggul. Kepala yang bergerak di atas pintu atas panggul akan setara dengan lebar lima jari penuh (rapat) (Gambar 4.8 atas). Pada saat kepala turun, bagian kepala tetap di atas pintu atas panggul, hal ini dapat diketahui dengan menggunakan beberapa jari (4/5, 3/5, dst). Umumnya kepala janin engaged bila bagian kepala yang berada di atas pintu atas panggul setara dengan lebar 2 jari atau kurang (Gambar 4.8 bawah). Penurunan kepala harus selalu dikaji melalui pemeriksaan abdomen, segera sebelum melakukan pemeriksaan vagina, agar anda mengetahui perkiraan letak kepala janin selama pemeriksaan vagina. Untuk memberi tanda penurunan kepala janin, di bagian kiri grafik dapat dilihat kata penurunan kepala dengan garis dari angka 5-0. Penurunan kepala diberi tanda dengan tanda O pada grafik. Catatlah informasi berikut ini pada grafik: • Pasien masuk pada pukul 13.00, kepala berada 5/5 (lima perlima) di atas pintu atas panggul dan pembukaan serviksnya 1 cm. • Setelah 4 jam, kepala berada 4/5 (empat perlima) di atas pintu atas panggul dan pembukaan serviksnya 5 cm. • Persalinan kini berada dalam fase aktif. Pembukaan serviks, penurunan kepala janin, dan waktu pencatatan dipindahkan ke garis waspada. • Setelah 3 jam, kepala berada 1/5 (satu perlima) di atas pintu atas panggul dan pembukaan serviksnya 10 cm. • Berapa lama kala satu persalinan pasien tersebut berlangsung? Gambar diatas : • Pasien masuk pada pukul 13.00, kepala berada 5/5 (lima perlima) di atas pintu atas panggul dan pembukaan serviks 1 cm. • Setelah 4 jam, kepala berada 4/5 (empat perlima) di atas pintu atas panggul dan pembukaan serviks 5 cm.Persalinan kini berada pada fase aktif. Pembukaan serviks, penurunan kepala dan waktu pencatatan dipindahkan ke fase aktif. • Setelah 3 jam, kepala berada 1/5 (satu perlima) di atas pintu atas panggul dan pembukaan serviksya mencapai 10 cm. • Persalinan kala satu pasien tersebut adalah 7 jam. Hal yang Harus di ingat : • Pengukuran penurunan kepala bayi, membantu petugas kesehatan dalam mengikuti kemajuan persalinan. • Pemeriksaaan abdomen harus selalu dilakukan sebelum pemeriksaan vagina. -Garis waspada dan garis bertindak. d). Jam dan waktu: -Waktu mulainya fase aktif persalinan. -Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian. e). Kontraksi uterus: -Frekuensi dan lamanya. Kontraksi uterus yang baik, penting untuk kemajuan persalinan. Kontraksi secara normal menjadi lebih sering dan berlangsung lebih lama, seiring dengan kemajuan persalinan. Pencatatan dalam partografnya di bawah garis waktu dan di sisi tangan sebelah kin ditulis "kontraksi per-10 menit" Penjelasan gambar diatas : -Kotak-kotak diberi nomor dari 1-5. Masing-masing kotak mewakili satu kontraksi sehingga jika 2 kontraksi dirasakan dalam 10 menit maka ada 2 kotak yang akan diarsir. -Kotak-kotak di bawah ini menunjukkan tiga pedoman cara pencatatan kekuatan kontraksi pada partograf. -Titik-titik menunjukkan kontraksi ringan yang lama-nya kurang dari 20 detik. -Garis-garis diagonal menunjukkan kontraksi sedang yang lamanya antara 20-40 detik. -Warna gelap penuh menunjukkan kontraksi kuat yang lamanya lebih dari 40 detik. -Pada fase laten, harus ada 1 atau beberapa kontraksi dalam 10 menit, setiap kontraksi berlangsung selama 20 detik atau lebih. Pada fase aktif, harus ada 2 atau beberapa kontraksi dalam 10 menit, setiap kontraksi berlangsung selama 20 detik atau lebih. f). Obat-obatan dan cairan yang diberikan: -Oksitosin. Tersedia kolom yang terpisah untuk oksitosin di atas kolom cairan rehidrasi dan obat-obatan. Semua catatan dibuat pada waktu observasi dilakukan. -Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan. g). Kondisi ibu: -Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh. -Urin (volume, aseton atau protein). h). Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya (dicatat dalam kolom yang tersedia di sisi partograf atau di catatan kemajuan persalinan). Mencatat temuan Partograf 1. Informasi tentang ibu. Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat memulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai: "jam" pada partograf) dan perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase laten persalinan. Catat waktu terjadinya pecah ketuban. 2. Kesehatan dan kenyamanan janin. Kolom, lajur dan skala angka pada partograf adalah untuk pencatatan denyut jantung janin (DJJ), air ketuban dan penyusupan (kepala janin). a). Denyut jantung janin. Dengan menggunakan metode seperti yang diuraikan pada bagian Pemeriksaan fisik, nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak pada bagian ini, menunjukkan waktu 30 menit. Skala angka di sebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ. Catat DJJ dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukkan DJJ. Kemudian hubungkan titik yang satu dengan titik lainnya dengan garis tidak terputus. Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf di antara garis tebal angka 180 dan 100. Tetapi, penolong harus sudah waspada bila DJJ di bawah 120 atau di atas 160. Untuk tindakan-tindakan segera yang harus dilakukan jika DJJ melampaui kisaran nor¬mal ini. Catat tindakan-tindakan yang dilakukan pada ruang yang tersedia di salah satu dari kedua sisi partograf. b). Warna dan adanya air ketuban. Nilai air ketuban setiap kali dilakukan pemeriksaan dalam, dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat temuan-temuan dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ. Gunakan lambang-lambang berikut ini: U : Ketuban utuh (belum pecah). J : Ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih. M:Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium. D : Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah. K : Ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban ("kering"). Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan adanya gawat janin. Jika terdapat mekonium, pantau DJJ secara seksama untuk mengenali tanda-tanda gawat janin selama proses persalinan. Jika ada tanda-tanda gawat janin (denyut jantung janin < 100 atau >180 kali per menit), ibu segera dirujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai. Tetapi jika terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu ke tempat yang memiliki asuhan kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir. c). Molase (penyusupan kepala janin). Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuai¬kan diri dengan bagian keras panggul ibu. Tulang kepala yang saling menyusup atau tum¬pang tindih, menunjukkan kemungkinan adanya disproporsi tulang panggul (CPD). Keti¬dakmampuan akomodasi akan benar-benar terjadi jika tulang kepala yang saling menyusup tidak dapat dipisahkan. Apabila ada dugaan disproprosi tulang panggul, penting sekali un¬tuk tetap memantau kondisi janin dan kemajuan persalinan. Lakukan tindakan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan tanda-tanda disproporsi tulang panggul ke fasilitas kesehatan yang memadai. Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan kepala janin. Catat temuan di kotak yang sesuai (Gambar 2-6) di bawah lajur air ketuban. Gunakan lambang-lambang berikut ini: 0 : tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi. 1 : tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan. 2 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih dapat dipisahkan. 3 : tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan. Mulase (penyisipan tulang tengkorak janin) ditandai dengan: : 0 : Tulang tengkorak terpisah dan sutura dapat teraba dengan mudah + : Tulang tengkorak saling berdekatan ++ : Tulang tengkorak tumpang tindih +++ : Tulang tengkorak tumpang tindih dengan nyata. Posisi kepala ditandai dengan memperhatikan letak dari ubun-ubun kecil. 3. Kemajuan Persalinan Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan. Angka 0-10 yang tertera di tepi kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks. Masing-masing angka mempunyai lajur dan kotak tersendiri. Setiap angka/kotak menunjukkan besarnya pembukaan serviks. Kotak yang satu dengan kotak yang lain pada lajur diatasnya, menunjukkan penambahan dilatasi sebesar 1 cm. Skala angka 1-5 juga menunjukkan seberapa jauh penurunan janin. Masing-masing kotak di bagian ini menya¬takan waktu 30 menit. a). Pembukaan serviks Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian Pemeriksaan Fisik dalam bab ini, nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika ada tanda-¬tanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf hasil te¬muan dari setiap pemeriksaan. Tanda "X" harus ditulis di garis waktu yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks. Beri tanda untuk temuan-temuan dari pemeriksaan dalam yang dilakukan pertama kali selama fase aktif persalinan di garis waspada. Hubungkan tanda "X" dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak terputus). b). Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin. Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian Pemeriksaan fisik di bab ini. Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam (setiap 4 jam), atau lebih sering jika ada tanda¬-tanda penyulit, nilai dan catat turunnya bagian terbawah atau presentasi janin. Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks umumnya diikuti dengan turunnya bagian terbawah atau presentasi janin. Tapi kadangkala, turunnya bagian terbawah/presentasi janin baru terjadi setelah pembukaan serviks sebesar 7 cm. Kata-kata "Turunnya kepala" dan garis tidak putus dari 0-5, tertera di sisi yang sama dengan angka pembukaan serviks. Berikan tanda "" pada garis waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika kepala bisa dipalpasi 4/5, tuliskan tanda "" di nomor 4. Hubungkan tanda "" dari setiap pemeriksaan dengan garis tidak terputus. c). Garis waspada dan garis bertindak. Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik di mana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan 1 cm per jam. Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per jam), maka harus dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya fase aktif yang memanjang, macet, dll.). Pertimbangkan pula adanya tindakan intervensi yang diperlukan, misalnya persiapan rujukan ke fasilitas kesehatan rujukan (rumah sakit atau puskesmas) yang mampu menangani penyulit dan kegawat daruratan obstetri. Garis bertindak tertera sejajar dengan garis waspada, dipisahkan oleh 8 kotak atau 4 jalur ke sisi kanan. Jika pembukaan serviks berada di sebelah kanan garis bertindak, maka tindakan untuk menyelesaikan persalinan harus dilakukan. Ibu harus tiba di tempat rujukan sebelum garis bertindak terlampaui. 4). Jam dan waktu. a).Waktu mulainya fase aktif persalinan. Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan) tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-16. Setiap kotak menyatakan waktu satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan. b).Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Di bawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif, tertera kotak-kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyatakan satu jam penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu tiga puluh menit pada lajur kotak di atasnya atau lajur kontraksi di bawahnya. Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan, catatkan pembukaan serviks di garis waspada. Kemudian catatkan waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika pemeriksaan dalam menunjukkan ibu mengalami pem¬bukaan 6 cm pada pukul 15.00, tuliskan tanda "X" di garis waspada yang sesuai dengan angka 6 yang tertera di sisi luar kolom paling kiri dan catat waktu yang sesuai pada kotak waktu di bawahnya (kotak ketiga dari kiri). 5). Kontraksi uterus. Di bawah lajur waktu partograf terdapat lima lajur kotak dengan tulisan "kontraksi per 10 menit" di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik. Nyatakan lamanya kontraksi dengan: - Beri titik-titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya kurang dari 20 detik. - Beri garis-garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya 20-40 detik. - Isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya lebih dari 40 detik. 6). Obat-obatan yang diberikan Di bawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak untuk mencatat oksi¬tosin, obat-obat lainnya dan cairan IV. a). Oksitosin. Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksi¬tosin yang diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan per menit b). Obat-obatan lain dan cairan IV. Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau cairan IV dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya. 7). Kesehatan dan kenyamanan ibu. Bagian terakhir pada lembar depan partograf berkaitan dengan kesehatan dan kenyamanan. ibu. a). Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh. Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan darah ibu. Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan. (lebih sering jika dicurigai adanya penyulit). Beri tanda titik pada kolom waktu yang sesuai (). Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan (lebih sering jika dianggap akan adanya penyulit). Beri tanda panah pada partograf pada kolom waktu yang sesuai. Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika meningkat, atau dianggap adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh dalam kotak yang sesuai. b). Volume urin, protein atau aseton. Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali ibu berkemih). Jika memungkinkan setiap kali ibu berkemih, lakukan pemeriksaan adanya aseton atau protein dalam urin. 8). Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya. Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik di sisi luar kolom partograf, atau buat catatan terpisah tentang kemajuan persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktu saat membuat catatan persalinan. Asuhan, pengamatan dan/atau keputusan klinik mencakup: -Jumlah cairan per oral yang diberikan. -Keluhan sakit kepala atau pengelihatan (pandangan) kabur. -Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (Obgin, bidan, dokter umum). -Persiapan sebelum melakukan rujukan. -Upaya Rujukan. Pencatatan Halaman Belakang Partograf Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak persalinan kala I hingga kala IV (termasuk bayi baru lahir). Itulah sebabnya bagian ini disebut sebagai Catatan Persalinan. Nilai dan catatkan asuhan yang diberikan pada ibu dalam masa nifas terutama selama persalinan kala empat untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah terjadinya penyulit dan membuat keputusan klinik yang sesuai. Dokumentasi ini sangat penting untuk membuat keputusan klinik, terutama pada pe¬mantauan kala IV (mencegah terjadinya perdarahan pascapersalinan). Selain itu, catatan persalinan (yang sudah diisi dengan lengkap dan tepat) dapat pula digunakan untuk menilai/memantau sejauh mana telah dilakukan pelaksanaan asuhan persalinan yang dan bersih aman. Catatan persalinan adalah terdiri dari unsur-unsur berikut: Data dasar: Kala I, Kala II, Kala III, Bayi baru lahir, Kala IV Cara pengisiannya berbeda dengan halaman depan yang harus diisi pada akhir setiap pemeriksaan, lembar belakang partograf ini diisi setelah seluruh proses persalinan selesai. Adapun cara pengisian catatan persalinan pada lembar belakang partograf secara lebih terinci disampaikan menurut unsur-unsurnya sebagai berikut : 1). Data dasar : Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat tempat persalinan, catatan, alasan merujuk, tempat rujukan dan pendamping pada saat merujuk. Isi data pada masing-masing tempat yang telah disediakan, atau dengan cara memberi tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai. 2). Kala I : Kala I terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat melewati garis waspada, masalah-masalah yang dihadapi, penatalaksanaannya, dan hasil penatalaksanaan tersebut. 3). Kala II : Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin, distosia bahu, masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya. 4). Kala III : Kala III terdiri dari lama kala III, pemberian oksitosin, penegangan tali pusat terkendali, pemijatan fundus, plasenta lahir lengkap, plasenta tidak lahir > 30 menit, laserasi, atonia uteri, jumlah perdarahan, masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya, isi jawaban pada tempat yang disediakan dan beri tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai. 5). Bayi baru lahir : Informasi tentang bayi baru lahir terdiri dari berat dan panjang badan, jenis kelamin, penilaian kondisi bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah penyerta, penatalaksanaan ter¬pilih dan hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan serta beri tanda ada kotak di samping jawaban yang sesuai. 6). Kala IV : Kala IV berisi data tentang tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus, kontraksi uterus, kandung kemih dan perdarahan. Pemantauan pada kala IV ini sangat penting terutama untuk menilai apakah terdapat risiko atau terjadi perdarahan pascapersalinan. Pengisian peman¬tauan kala IV dilakukan setiap 15 menit pada satu jam pertama setelah melahirkan, dan setiap 30 menit pada satu jam berikutnya. Isi setiap kolom sesuai dengan hasil pemeriksaan dan Jawab pertanyaan mengenai masalah kala IV pada tempat yang telah disediakan (Depkes RI, 2007). 2.2 Format partograf Contoh blanko partograf ( bagian depan ) Partograf halaman belakang BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Kesimpulan pada makalah ini dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Partograf merupakan gambaran persalinan yang meliputi semua pencatatan yang berhubungan dengan penatalaksanaannya. Hasil rekaman ini lebih efisien daripada catatan panjang dan memberikan gambaran pictogram terhadap hal-hal yang penting dari persalinan serta tindakan yang segera harus dilakukan terhadap perkembangan persalinan yang abnormal. 2. Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk: o Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam. o Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian, juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama (Depkes RI, 2007). Jika digunakan secara tepat dan konsisten, maka partograf akan membantu penolong persalinan untuk: o Mencatat kemajuan persalinan. o Mencatat kondisi ibu dan janinnya. o Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran. o Menggunakan informasi yang tercatat untuk secara dini mengidentifikasi adanya penyulit. Menggunakan informasi yang ada untuk membuat keputusan klinik yang sesuai & tepat waktu. 3.2. Saran Saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut : 1. Partograf harus dipelajari untuk lebih memaksimalkan dalam pemahaman ilmu keperawatan. 2. Akademik hendaknya menyediakan buku-buku yang berhubungan dengan partograf, umumnya materi-materi yang berkaitan dengan keperawatan maternitas. DAFTAR PUSTAKA http://ayurai.wordpress.com/2009/06/26/partograf-persalinan/ http://bidan-desa.blogspot.com/2009/09/partograf.html. http://bidanshop.blogspot.com/2010/04/deteksi-dini-penyulit-persalinan.html. http://venasaphenamagna.blogspot.com/2009_12_01_archive.html https://www.blogger.com/comment.g?blogID=1664524213584152975&postID=54825558757533 Ida Bagus Gde Manuaba, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, Jakarta : ECG. JNPK-KR, 2007. Asuhan Persalinan Normal, Jakarta : JHPIEGO. Menteri Kesehatan, 2009. Temu Kader Posyandu : Kementrian Kesehatan Republic Indonesia (diakses pada tanggal 23 Maret 2010). Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi, dr. I.M.S. Murah Manoe, Sp.OG., dr. Syahrul Rauf, Sp.OG., dr. Hendrie Usmany, Sp.OG. (editors). Bagian / SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Rumah Sakit Umum Pusat, dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, 1999. Saifuddin Abdul Bari, 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Matrenal dan Neonatal,Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Save Motherhood, Modul Persalinan Macet. Supriadi Pawik, 2010. Angka Kematian Ibu dan Bayi : Dinas Komunikasi dan Informatika Prov. Jatim (diakses pada tanggal 23 Maret 2010). Ulfa, Ida Nikmatul, 2010. Kasus Kematian Ibu Sangat Mengkhawatirkan. Jombang: Jawa Pos (diakses pada tanggal 23 Maret 2010). Usmany DH, Manoe IMS, Manuputty J. Partograf. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Ujung Pandang,1995. http://d3kebidanan.blogspot.com/2010/08/kti-kebidanan-persepsi-mahasiswa.html. http://kesmas-unsoed.blogspot.com/2010/09/partograf-adalah-alat-bantu-yang.html.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar