Kamis, 23 Februari 2012
ASKEP TB PARU
ASKEP TB PARU
Oleh : Yayang Nur Enida
CONTOH KASUS TB Paru
Seorang bapak datang ke RSUD ciamis pada hari selasa tanggal 5 Oktober 2010 pukul 09.00, ditemani oleh istrinya Ny. D dibawa ke IGD RSUD Ciamis, lalu Tn. R mendapat No. Register 454. Lalu Tn. R mendapatkan diagnosa dari dokter dia menderita TB Paru. Setelah dokter memberikan diagnosis medis lalu perawat bertanya kepada pasien tersebut dan didapatkan data dari pasien tersebut, nama pasien Tn. R, umur 30 tahun, jenis kelamin laki-laki, agama Islam, Suku bangsa sunda, sehari – hari menggunakan bahasa sunda, Pendidikan SMA, Profesi sebagai buruh di pabrik rokok bagian gudang dan sekaligus penyuplai barang, status sudah menikah, alamat jalan sukasenang no. 3 Rt/Rw. 09/03 kecamatan cijeungjing kabupaten Ciamis. Setelah didapatkan data oleh perawat maka pasien dibawa ke ruang teratai RSUD ciamis. Dokter yang menanganinya bernama dr. Biyang.
Pasien datang dengan keluhan batuk > 30 hari dan mengeluarkan sputum, batuk dengan rasa panas di tenggorokan, kadang Tn. R mengalami sesak napas dan nyeri dada. Setelah lewat dari 30 hari terdapat darah segar berwarna merah muda pada batuknya. Selain itu Tn. R mengalami demam pada sore dan malam hari disertai dengan keringat malam, anoreksia, penurunan BB serta malaise selama 3 hari sebelum dibawa ke RSUD Ciamis. Tn. R hanya minum obat dari warung terdekat tanpa memeriksakan ke Dokter. Lalu Istri Tn. R mengeluh kalau sedang batuk Tn. R tidak ditutup.
Sehari-hari pasien adalah seorang pekerja di bagian gudang rokok terkadang pasien mengantarkan barang karena pekerjaannya dengan menggunakan sepeda motor baik siang ataupun malam tanpa safety yang memadai. Tn.R terkadang batuk-batuk ketika bekerja disertai nyeri dada dan memakai obat untuk meredakan nyeri tersebut. Tn. R juga merupakan pecandu rokok yang berat. Pasien selalu merokok 2 bungkus/hari. Pasien sering jajan sembarangan. Pasien berada di daerah pedesaan dengan ekonomi lemah dan anggota keluarga yang hidup ditempat tinggalnya ada 8 orang yaitu pasien,istrinya, beserta ke 4 anaknya, dan saudara pasien 2 orang yang ikut tinggal dirumah pasien. Rumah pasien tergolong tidak sehat dan sempit, karena berukuran panjang 8m dan lebar 5m =40m2.
Setelah dinyatakan riwayat kesehatan keluarga, pasien mengatakan bahwa tidak ada anggota keluarganya yang mengalami TB paru.
Pasien terlihat Letargi dengan Berat badan sebelum sakit 63 Kg dan BB pasien sekarang 55 Kg, Tinggi pasien 160 cm status gizi pasien kurang baik/ malnutrisi, mukosa bibir kering, turgor kulit (+), TD 110/80 MmHg, dengan suhu 37,50 C (oral), denyut nadi 70/menit, Frekuensi pernapasan 18 x/menit, setelah perawat melakukan inspeksi didapatkan data kulit kepala, kualitas rambut kasar, alis mata, leher normal, gerakan nafas tidak terjadi perubahan, batuknya produktif disertai produksi sekret dan sputum yang purulen. Dan setelah di palpasi didapat data gerakan dada saat bernafas normal dan seimbang antara bagian kanan dan kiri. Lalu setelah perawat melakukan perkusi kepada pasien terdapat sonor pada seluruh lapang paru. Serta ada ronkhi pada sisi yang sakit, bunyi jantung tambahan tidak didapatkan & pada abdomen terdapat bising usus setelah dilakukan auskultasi. Tulang belakang normal. Untuk data ekstremitas didapatkan data tangan kasar, pada kaki terasa dingin bilateral (masih hangat), warna kulit kaki pucat, integritas kulit kering, ekstremitas tonus otot lemah. Hasil mikturisi pasien warna kuning pucat.
Setelah dilakukan pemeriksaan Lab yaitu dilakukan pemeriksaan darah tepi leukositosis ringan, pemeriksaan radiologis bayangan lesi radiologik yang terletak di lapangan atas paru,terlihat sebagian daerah dengan garis opaque yang ukurannya bervariasi denagn batas lesi tidak jelas. Pemeriksaan sputum BTA (+).
Lalu setelah dilakukan pemeriksaan Lab, Tn.R diberikan terapi Isoniazid dengan dosis untuk Tn.R adalah 5mg/kb BB perhari (dengan 1,6 mg/BB per 1x makan).
FORMAT PENGKAJIAN
Tanggal/jam memeriksa : 5 Oktober 2010/ 09.00 WIB
Ruang : Teratai RSUD Ciamis
No. Register : 454
Dx. Medis : TB Paru
Tgl Pengkajian : 5 oktober 2010
A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. R Ibu/ Orang tua
Umur : 30 Tahun Nama : Ny. D
Jenis kelamin : Laki – laki Alamat : Jln.sukasenang no. 3, rt/rw 09/03 kec. Cijengjing kab ciamis Agama : Islam Pekerjaan : -
Suku/ bangsa : Sunda
Bahasa : Sunda
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : pekerja di bagian gudang rokok Penanggung jawab
Status : menikah Nama : Dr. Biyang
Alamat : jalan sukasenang Alamat : jalan cimamut no. 5 rt/rw. 02/03
no. 3 Rt/Rw. 09/03 kec. maleber Kab. Ciamis
kec cijeungjing kab Ciamis.
B. KELUHAN UTAMA
Tn. R mengalami batuk > 30 hari dengan konsintensi sputum yang pekat dan mengeluarkan darah.
C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien mengalami batuk > 30 hari, mengeluarkan sputum, batuk dengan rasa panas di tenggorokan, kadang Tn. R mengalami sesak napas dan nyeri dada. Setelah lewat dari 30 hari terdapat darah segar berwarna merah muda pada batuknya. Selain itu Tn. R mengalami demam pada sore dan malam hari disertai dengan keringat malam, anoreksia.
Upaya yang sudah dilakukan : Tidak ada upaya yang dilakukan Ny. D kepada Tn. R
Terapi yang sudah diberikan : Minum obat dari warung terdekat dengan rumah pasien.
D. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
Tn.R mengalami batuk 1 bulan yang lalu, Tn.R mengatakan sering menggunakan kendaraan bermotor pada malam/ siang hari karena pekerjaannya, Tn. R juga merupakan pecandu rokok yang berat.
E. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Tidak ada penyakit yang menular dan yang sama dengan penyakit yang diderita Tn. R.
F. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status kesehatan umum
a. Keadaan umum : Letargi
b. Kesadaran : Letargi GCS : Mata (4), Verbal (5), Gerakan (3)
c. BB sebelum sakit : 63 Kg TB : 160 Cm
d. BB saat ini : 55 Kg
e. Status gizi : Kurang/ Malnutrisi
f. Status hidrasi : Dehidrasi ringan
g. Tanda – tanda vital :
TD : 110/80 MmHg, Suhu : 37,50 C (oral), N : 70/menit, RR : 18 x/menit
2. Kepala : kulit kepala, kualitas rambut kasar, alis mata, mukosa bibir kering.
3. Leher : normal, tidak ada gangguan.
4. Dada : Gerakan dada saat bernafas normal & seimbang antara bagian kanan & kiri. di perkusi terdapat sonor pada seluruh lapang paru & ronkhi.
5. Abdomen : ada bising usus dalam batas normal
6. Tulang belakang : normal, tidak ada gangguan.
7. Ekstremitas : Atas; tangan kasar, integritas kulit kering, tonus otot lemah.
Bawah; kaki dingin bilateral , warna kulit kaki pucat, tonus otot lemah.
8. Genetalia & anus : karakter urin kuning pucat.
9. Pemeriksaan neurologis : -
G. POLA FUNGSI KESEHATAN :
Sehari-hari Tn.R merupakan pekerja di bagian gudang rokok terkadang pasien mengantarkan barang dengan menggunakan sepeda motor baik siang ataupun malam tanpa safety yang memadai. Tn. R juga merupakan pecandu rokok yang berat.
H. PSIKOLOGIS SOSIAL :
Normal, tidak ada gangguan.
I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK :
Pemeriksaan darah tepi : leukositosis ringan,
Pemeriksaan radiologis : bayangan lesi radiologik yang terletak di lapangan atas paru,terlihat sebagian daerah dengan garis2 opaque yang ukurannya bervariasi denagn batas lesi tidak jelas.
Pemeriksaan sputum : BTA (+).
J. Terapi : Isoniazaid dengan dosis 5mg/kb BB perhari.
ASKEP PADA TB PARU
ANALISA DATA
No. Data Etiologi Problem
1 Ds :
- Tn. R mengeluh nyeri dada dan batuk berdarah.
- Istri Tn. R mengeluh kalau sedang batuk Tn. R tidak ditutup.
Do :
- Hasil Lab BTA (+)
- Pemeriksaan radiologis
bayangan lesi radiologik yang terletak di lapangan atas paru. Penderita TB
bersin, bicara, batuk.
Droplet Nuklei
Jatuh ke lantai, tanah/ tempat lainnya/ bahkan langsung ke orla.
Suhu udara disekitar panas
Menguap
Dengan bantuan angin terbang ke udara bebas
Terhirup orang yang sehat
Infeksi resiko tinggi (penyebaran atau aktivasi ulang). Infeksi resiko tinggi (penyebaran atau aktivasi ulang).
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko tinggi (penyebaran/ aktivasi ulang) berhubungan dengan TB paru ditandai dengan nyeri dada, batuk berdarah dan batuk tidak ditutup.
PERENCANAAN KEPERAWATAN / INTERVENSI KEPERAWATAN
Tgl/jam No dx Tujuan & kriteria hasil Intervensi rasional paraf
5okt/
09.00 WIB 1 -Fungsi pernafasan adekuat untuk memenuhi kebutuhan individu,komplikasi dicegah , pola hidup/ prilaku berubah diadopsi untuk mencegah penyebaran infeksi.
- mengidentifikasi intervensi u/ mncegah atau menurukan risiko penyebaran infeksi.
-menunjukan teknik atau melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman. Mandiri
1.kaji patologi penyakit (aktif / fase tak aktif; diseminasin infeksi melalui bronkus untuk membatasi jaringan atau melalui aliran darah/ sisten limfatik) & potensial penyebaran infeksi melalui droplet udara selama batuk, bersin, meludah , bicara , tertawa, menyanyi.
2.identifikasi orla yag berisiko , contoh anggota rumah, shabat karib/teman .
3.dianjurkan pasienn u/ batuk/ bersin dan mengeluarkan pada tisu dan menghindai meludah. Kaji pembuangan tisu sekali pakai &teknik mencuci tangan yang tepat.dorong u/ mengulangi demonstrasi.
4.kaji tindakan kontrol infeksi sementara, contoh masker/isolasi pernafasan.
5.awasi suhu sesuai indikasi.
6.identifikasi faktor risiko individu terhadap pengaktifan berulang tuberkulosiss, contoh tahanan bawah (alkoholisme, malnutrisi/bedah bypass intestinal);gunakan obat penekan imun /kortikosteroid ;adanya diabetes melitus, kanker,kalium.
7.tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat.
8.kaji pentingnya mengikuti dan kultur ulang secara periodik terhadap sputum u/ lmanya terapi.
9.dorong memilih/mencerna makanan seimbang.berikan makan sering kecil makanan kecil pada jumlah makanan besar yang tepat.
Kolaborasi
1.berikan agen anti infeksi sesuai indikasi, contoh :
Obat utama :isoniazid (INH) etambutal (Myambutol) ; rifampi (RMP/Rifadin).
2.pirazinamida (PZA/aldinamide); para-amino salisik (PAS); sikloserin (seromisin ); sterptomisin(strycin).
3.awasi pemeriksaan laboratorium, contoh : hasil usap sputum.
4.AST/ALT
5.laporkan ke departemen kesehatan lokal.
1.membantu pasien menyadari/ menerima perlunya mematuhi program pengobatan untuk mencegah pengaktifan berulang/komplikasi.pemahaman bgaimna penyakit dsebarkan &kesadaran kmungkinan transmisi membntu pasien & org trdekat u/ mngambil lngkah u/ mncegah infeksi k org lain.
2.org orang yang terpejan ini perlu program terapi obat u/ mncegah penyebaran/tterjadinya infeksi.
3.perilaku yang diperlukan u/ mencegah penyebaran infeksi.
4.dapat membantu menurunkan rasa terisolasi pasien dan membuang stigma sosial sehubungan dengan penyakit menular.
5.reaksi demam indikator adanya infekssi lanjut.
6.pengetahuan tentang faktor ini membantu pasien u/ mengubah pola hidup dan menghindari/menurunkan insiden eksaserbasi.
7.periode singkat berakhir 2-3 hr stelah kemoterapi awal,tetapi pada adanya ronggga/ penyakit luas sedang, risiko penyebaran infeksi dpt berlanjut smpai 3 bln.
8.alat dalam pengawasan efek dan keefektipan obat dam respon pasien terhadap terapi.
9.adanya anoreksia/malnutisi sebelummerendahkan tahanan terhadap proses infeksi dan mengganggu penyembuhan.makan kecil dapat meningkatkan pemasukan semua.
1.kombinasi agen anti infeksi digunakan, contoh 2 obt primer/stu primer tambah stu dan obat sekunder.INH biasanya obat pilihan u/ pasien infeksi dan pada risiko terjadi TB.kemoterapi INH dan refampin jangan pernah(selama 9bln)dgn etambutal (slama 2blln pertama)pengobatan ckup untuk TB paru.etambutal harus diberikan bila sisten saraf pusat/ takterkomplikasi, penyakit diseminata terjadi atau bila dicurigai resisten INH.terapi luas (ssampai 24bln)diindikasikan untuk kasus reaktivasi , reaktivasi TB ekstrampulmonal,atau adanya ,masaalah medik lain,contoh : diabetes melitus/silikosis. Profilaksis dengan INH selama 12 bln harus dipertimbangkan pada pasien dengan HIV positf dengan PPD positif.
2.ini obat sekunder diperlukan bila infeksi resisten terhadap atau tidak toleran obat primer.
3.pasien yang mengalami 3 usapan negatip (memerlukan 3-5 bln), perlu mentaati program obat , dan asimtomatik akan diklasifikasikan tak menyebar.
4.efek merugikan terafi obat termasuk hepatitis.
5.membantu mengidentifikasi lembaga yang dapat dihubungi u/ menurunkan penyebaran infeksi.
PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Dx kep Jam Tindakan Paraf
Mandiri
I 09.00 Menganjurkan pasien untuk ungkapkan pa yang dirasakan
09.03 Mengauskultasi bunyi nafas, dan periksa suhu dll
09.07 Memantau frekuensi, kedalaman nafas dll
09.15 Membantu pasien menyadari perlunya mematuhi program pengobatan
09.20 Mencatat ada kelelahan ketika batuk
10.00 Memberikan latihan rentang gerak secara pasif.
10.10 Melakukan perubahan posisi, contoh memberikan sokongan.
10.20 Mengevaluasi refleks batuk, menelan, catat jumlah mucus dan sekret yang keluar.
10.25 Mengevaluasi derajat nyeri / rs tdk nyaman dengan gunakan skala 0-10 (mengobservasi tanda non verbal dari nyeri tsb.)
EVALUASI KEPERAWATAN
Masalah Keperawatan Tgl/jam Catatan Perkembanagn Paraf
Resiko tinggi (penyebaran/ aktivitasi ulang) 6-10-2010/ jam 09.00 WIB S: Tn. R tidak mengeluh nyeri dada dan batuk menjadi berkurang.
O: Tn.R sudah tidak batuk berdarah lagi.
A: Batuk masih tidak ditutup.
P: rencana tindakan keperawatan mandiri nomor 3 dilanjutkan.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marry, Alice. “Rencana Asuhan Keperawatan. 2000. EGC.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, “Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas”. 2001. Jakarta.
www. Google. Com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar