Selasa, 21 Februari 2012
PENATALAKSANAAN GIGITAN ULAR BERBISA
PENATALAKSANAAN GIGITAN ULAR BERBISA
(Yayang ingin bilang terimakasih untuk bu Ratna Astuti untuk materinya.)
PENDAHULUAN
Insidensi : USA : 8000 kasus/tahun
98 % digigit di ekstremitas
Etiologi : 70 % : Rattlesnake
RSHS : 1998 180 kasus
SIFAT BISA ULAR
Bisa ular merupakan suatu polipeptida yang bersifat enzimatik :
Fosfolipase
Fosfomenoesterase
ATP-ase
RNA-ase
DNA-ase
5 Nukleotidase
Kolinesterase
Protease
Hialuronidase
EFEK BISA ULAR
Neurotoksik
Hemorargik
Trombigenik
Hemolitik
Sitotoksik
Antifibrin
Antikoagulan
Kardiotoksik
Gangguan vaskuler (merusak tunika intima)
Menghasilkan zat-zatseperti kinin, histamindan slow reacting substance
JENIS ULAR BERBISA BERDASARKAN FAMILINYA
Famili Elapidae : ular welung, welang, sendok, ular anang, ular cabai
Famili Crotalidae : ular tanah, ular hijau, ular bandotan puspo
Famili Hydropidae : ular laut
Famili Colubridae : ular pohon
ULAR BERBISA YANG BANYAK DI INDONESIA
HEMATOTOKSIK:
Trimeresurus albolaris (ular hijau)
Ankristrodon rhodostoma (ular tanah)
NEUROTOKSIK :
Bungarus Fasciatus (ular welang)
Naya sputarix ( ular sendok)
Ular kobra
Ular laut
CIRI-CIRI ULAR BERBISA
Bentuk kepala segi tiga
Dua gigi taring besar dirahang atas
Dua luka gigitan utama akibat gigi taring
GEJALA KILINIS
LOKAL : edema, nyeri, nyeri tekan, ekhimosis (dalam 30 menit – 24 jam)
SISTEMIK : hipotensi, kelemahan, berkeringat, menggigil, mual, muntah, dan nyeri kepala
GEJALA KHUSUS
HEMATOTOKSIK :perdarahan ditempat gigitan, pulmo, jantung, ginjal, peritonium, otak, gusi, hemathemesis, melena, kulit, hemoptoe, hematuria, DIC (Diasseminated Intravascular Coagulation)
NEUROTOKSIK : Hipertonik, fasokulasi, paresis, paralisis pernafasan, ptosis, Paralisis otot laring, reflek abnormal, kejang dan koma
KARDIOTOKSIK : Hipotensi, henti jantung
SINDROMA KOMPARTEMEN
KALISFIKASI (menurut Schwartz)
DERAJAT 0 : luka +, nyeri +/-, edema/ eritema < 3cm/12 jam
DERAJAT I : Luka +, nyeri +, edema/eritema 3 – 12 cm/12 jam
DERAJAT II : Luka +, nyeri +++, edema/eritema 12 – 25 cm/12 jam, neurotoksik, pusing, mual syok
DERAJAT III : Luka +, nyrei +++, edema eritema > 25 cm/12 jam, Perdarahan kulit, syok
DERAJAT IV : Luka +, nyeri +++, edema/eritema > ekstremitas< GGA, koma, perdarahan
GAMBARAN KLINIS
• GIGITAN ELAPIDAE
EFEK LOKAL : sakit ringan, sedikit atau tanpa pembengkakan atau kerusakan kulit dekat gigitan. Pada beberapa ular dari afrika dan beberapa kobra asia : sakit berat, melepuh, kulit rusak dekat gigitan
SEMBURAN KOBRA PADA MATA : Sakit berdenyut, kaku pada kelopak mata, bengkak disekitar mulut, kerusakan pada lapisan luar mata
GEJALA SISTEMIK : muncul 15 menit-10 jam setelah gigitan : paralisi urat-urat wajah, bibir, lidah dan tenggorokan, kelopak mata menurun, susah menelan, lemas, sakit kepala, kulit dingin, muntah pandangan kabur, mati rasa disekitar mulut selanjutnya dapat terjadi paralisis otot pernafasan, TD turun, nadi lambat, kesadarn menurun
• GIGITAN VIPERIDS
EFEK LOKAL : 15 menit – beberapa jam: bengkak dan sakit dekat gigitan dan cepat menyebar
EFEK SISTEMIK : 5 menit – beberapa jam: muntah, berketringat, kolik, diare, perdarahan pada gigitan, lubang dan luka yang dibuat taring, muntahan, urin, feses. Beberap hari kemudian timbul, melepuh dan kerusakan jaringan, kerusakan ginjal, oedema paru
GIGITAN HYDROPIDS
GEJALA CEPAT : sakit kepala, lidah terasa tebal, berkeringat dan muntah
SETELAH 30 menit – beberapa jam: kaku dan nyeri menyeluruh, spasm otot rahang, paralisis otot, urine warna coklat gelap, ginjal rusak, henti jantung
PEMERIKSAAN PENUNJANG
LAB :Hb, Ht, T, Kr, Urea N, elektrolit, BT/CT, PT/APTT, D-dimer, tes faal hepar, cross match
EKG
THORAX FOTO
PENATALAKSANAAN
TUJUAN
Menghalangi/memperlambat absorbsi bisa
Menetralkan bisa yang sudah masuk kesirkulasi
Mengatasi efek lokal dan sistemik
Penataksanaan jalan nafas
Penatalaksanaan fungsi pernafasan
Penatalaksanaan sirkulasi
Pertolongan pada luka gigitan
Pemeriksaan lab
Apus tempat gigitan dengan Venom Detection
SABU : gejala venerasi sistemik, adanya edema hebat pada bagian luka
PEDOMAN PEMBERIAN SABU
(Schwartz, Way)
DERAJAT 0 – I : belum diberikan, nilai dalam 12 jam, bila derajat meningkat diberikan
DERAJAT II : 3 – 4 vial
DERAJAT III : 5 – 15 vial
DERAJAT IV : berikan penambahan 6 8 vial
Monitor keseimbangan cairan dan elektrolit
Monitor lab setelah pemberian SABU, jika koagulopati membaik monitor ketat. Jika koagulopati tidak membaik ulangi pemberian SABU, ulangi lab setelah 1 – 3 jam
Terapi profilaksis : ATS, TT, AB spektrum luas
Gangguan koagulasi berat : FFP (Fresh-Frozen Plasma)
Perdarahan : transfusi darah segar atau komponen darah, firinogen, Vit K
Hipotensi : infus dengan kristaloid
Monitor pambengkakan lokal
Segera lepas cincin atau yang mengikat
Sindroma kompartemen : fasciotomi
Gangguan neurotoksik : asetilkolinesterase, SA
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar