Kamis, 23 Februari 2012
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT CHIKUNGUNYA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT CHIKUNGUNYA
Oleh : Yayang Nur Enida
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Chikungunya yang pertama kali ditemukan di Afrika Barat ini berlaku pada tahun 1952 hingga 1953. Sejurus kemudian, epidemik berlaku di Filiphina(1954, 1956, dan 1968)
Thailand, Kamboja, Vietnam, India, Myanmar, Sri Lanka, dan mulai ditemukan di Indonesia pada tahun 1973. Namun sekarang telah tersebar luas di Afrika daerah sebelah selatan Sahara, Asia Selatan, dan Asia Tenggara. Demam Chikungunya di Indonesia dilaporkan pertama kali di Samarinda, kemudian berjangkit di Kuala Tungkal, Martapura, Ternate, Yogyakarta, selanjutanya berkembang ke wilayah-wilayah lain. Jumlah kasus chikungunya tahun 2001 sampai bulan Februari 2003 mencapai 9318 tanpa kematian.
Sejak tahun 2003, terdapat beberapa wabah yang berlaku di kepulauan Pasifik termasuk Madagaskar, Comoros, Mauritius dan La Reunion, dengan jumlah meningkat terlihat selepas bencana tsunami pada Desember 2004.
Chikungunya berasal dari bahasa Swahili berdasarkan gejala pada penderita, yang berarti “posisi tubuh meliuk atau melengkung” (that which contorts or bends up),mengacu pada postur penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi hebat (arthralgia). Nyeri sendi ini, menurut lembar data keselamatan (MSDS) Kantor Keamanan Laboratorium Kanada, terutama terjadi pada lutut, pergelangan kaki, persendian tangan dan kaki.
Masih banyak anggapan di kalangan masyarakat, bahwa demam Chikungunya sebagai penyakit yang berbahaya, sehingga membuat panik. Tidak jarang pula orang meyakini bahwa penyakit ini dapat mengakibatkan kelumpuhan sehingga penderita tidak mampu bergerak (break-bone fever). Karena itu, penyakit Chikungunya sering disebut sebagai “flu tulang”. Penyakit ini memang belum begitu dikenal tapi yang menguntungkan adalah penyakit ini tidak mematikan. Penyakit ini diperihalkan untuk pertama kali oleh “Marion Robinson” dan “W.H.R. Lumsden” pada tahun 1955.
Chikungunya adalah penyakit yang disebabkan oleh virus chikungunya yang disebarkan ke manusia melalui gigitan nyamuk. Sebagai penyebar penyakit adalah nyamuk Aedes aegypti; juga dapat oleh nyamuk Aedes albopictus. Nama penyakit berasal dari bahasa Swahili yang berarti “yang berubah bentuk atau bungkuk”, mengacu pada postur penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi yang hebat Masa inkubasi berkisar 1-4 hari, merupakan penyakit yang self-limiting dengan gejala akut yang berlangsung 3-10 hari.
Nyeri sendi merupakan keluhan utama pasien, yang kadang-kadang berlangsung beberapa minggu sampai bulan. Meskipun tidak pernah dilaporkan menyebabkan kematian, masyarakat sempat dicemaskan karena penyebaran penyakit yang mewabah, disertai dengan keluhan sendi yang mengakibatkan pasien lumpuh. Untuk memahami lebih mendalam, dilakukan review terhadap penyakit ini.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan pengalaman yang nyata secara langsung dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien penyakit Chikungunya.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian pada klien penyakit Chikungunya
b. Dapat membuat diagnosa berdasarkan prioritas masalah pada klien penyakit chikungunya.
c. Dapat membuat rencana keperawatan sesuai rencana keperawatan
d. Dapat melakukan tindakan keperawatan sesuai rencana keperawatan
e. Dapat mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah dilakukan
f. Dapat mendokumentasikan Asuhan Keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Chikungunya adalah penyakit yang disebabkan oleh virus chikungunya yang disebarkan ke manusia melalui gigitan nyamuk. Sebagai penyebar penyakit adalah nyamuk Aedes aegypti; juga dapat oleh nyamuk Aedes albopictus. Nama penyakit berasal dari bahasa Swahili yang berarti “yang berubah bentuk atau bungkuk”, mengacu pada postur penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi yang hebat Masa inkubasi berkisar 1-4 hari, merupakan penyakit yang self-limiting dengan gejala akut yang berlangsung 3-10 hari.
Nyeri sendi merupakan keluhan utama pasien, yang kadang-kadang berlangsung beberapa minggu sampai bulan. Meskipun tidak pernah dilaporkan menyebabkan kematian, masyarakat sempat dicemaskan karena penyebaran penyakit yang mewabah, disertai dengan keluhan sendi yang mengakibatkan pasien lumpuh. Untuk memahami lebih mendalam, dilakukan review terhadap penyakit ini.
B. Etiologi dan Fatogenesis
Virus chikungunya merupakan anggota genus Alphavirus dalam family Togaviridae. Strain asia merupakan genotype yang berbeda dengan yang di afrika. Virus Chikungunya disebut juga Arbovirus A Chikungunya Type CHIK, CK. Virus Chikungunya masuk keluarga Togaviridae, genus alphavirus. Virions mengandung satu molekul single standed RNA. Virus dapat menyerang manusia dan hewan. Virions dibungkus oleh lipid membrane; plemorfik; spherical; dengan diameter 70 µm. Pada permukaan envelope didaptkan glycoprotein spikes (terdiri atas 2 virus protein membentuk heterodimer). Nucleopapsids isometric; dengan diameter 40 µm.
Nyamuk Aedes aegypti berukuran kecil disbanding nyamuk lain: ukuran badan 3-4 mm, berwarna hitam dengan hiasan titik-titik putih dibadannya; dan pada kakinya warna putih melingkar. Nyamuk dapat hidup berbulan-bulan. Nyamuk jantan tidak menggigit manusia, ia makan buah. Hanya nyamuk betina yang menggigit; yang diperlukan untuk membuat telur. Telur nyamuk aedes diletakkan induknya menyebar; berbeda dengan telur nyamuk lain yang dikeluarkan berkelompok. Nyamuk bertelur di air bersih. Telur menjadi pupa dalam beberapa minggu. Nyamuk bila terbang hampir tidak mengeluarkan bunyi; sehingga manusia yang diserang tidak mengetahui kehadirannya; menyerang dari bawah atau dari belakang; terbang sangat cepat. Telur nyamuk Aedes dapat bertahan lama dalam kekeringan (dapat lebih dari 1 tahun). Virus dapat masuk dari nyamuk ke telur; nyamuk dapat bertahan dalam air yang chlorinated. Nyamuk Aedes aegypti merupakan vector Chikungunya (CHIK) virus (alpha virus). Beberapa nyamuk resisten terhadap CHIK virus namun sebagian susceptible. Ternyata Susceptbility gene berada di kromosom 3. Vektor Chikunguya di Asia adalah Aedes aegypti, Aedes albopticus. Di Afrika adalah Aedes furcifer dan Aedes africanus
C. Manifestasi Penyakit
Masa inkubasi dari demam Chikungunya 2-4 hari. Viremia dijumpai kebanyakan dalam 48 jam pertama, dan dapat dijumpai sampai 4 hari pada beberapa pasien. Manifestasi penyakit berlangsung 3-10 hari. Virus ini termasuk self limiting diseases alias hilang dengan sendirinya. Namun rasa nyeri sendi mungkin masih tertinggal dalam hitungan minggu sampai bulan. Gejala demam Chikungunya mirip dengan demam berdarah dengue yaitu demam tinggi, menggigil, sakit kepala, mual-muntah, sakit perut, nyeri sendi dan otot, serta bintik-bintik merah dikulit terutama badan dan lengan. Bedanya dengan demam berdarah dengue, pada Chikungunya tidak ada perdarahan hebat, renjatan (syock) maupun kematian. Nyeri sendi ini terutama mengenai sendi lutut, pergelangan kaki serta persendian jari tangan dan kaki.
Gejala utama Chikungunya adalah demam tinggi, sakit kepala, punggung, sendi yang hebat, mual, muntah, nyeri mata dan timbulnya rash/ruam kulit. Ruam kulit berlangsung 2-3 hari, demam berlangsung 2-5 hari dan akan sembuh dalam waktu 1 minggu sejak pasien jatuh sakit. Sakit sendi (arthralgia atau arthritis; sendi tangan dan kaki) sering menjadi keluhan utamapasien. Keluhan sakit sendi kadang-kadang masih terasa dalam 1 bulan setelah demam hilang. Penyakit ini merupakan penyakit yang bersifat self limiting (sembuh dengan sendirinya) dan tidak brakibat kematian. Peranh dilaporkan terjadi kerusakan sendi yang dikaitkan dengan infeksi Chikungunya.
D. Epidemiologi
1) Sejarah
Penyakit yang pertama kali ditemukan di Afrika Barat ini berlaku pada tahun 1952 hingga 1953. Sejurus kemudian, epidemik berlaku di Filiphina(1954, 1956, dan 1968)
Thailand, Kamboja, Vietnam, India, Myanmar, Sri Lanka, dan mulai ditemukan di Indonesia pada tahun 1973. Namun sekarang telah tersebar luas di Afrika daerah sebelah selatan Sahara, Asia Selatan, dan Asia Tenggara. Demam Chikungunya di Indonesia dilaporkan pertama kali di Samarinda, kemudian berjangkit di Kuala Tungkal, Martapura, Ternate, Yogyakarta, selanjutanya berkembang ke wilayah-wilayah lain. Jumlah kasus chikungunya tahun 2001 sampai bulan Februari 2003 mencapai 9318 tanpa kematian.
Sejak tahun 2003, terdapat beberapa wabah yang berlaku di kepulauan Pasifik termasuk Madagaskar, Comoros, Mauritius dan La Reunion, dengan jumlah meningkat terlihat selepas bencana tsunami pada Desember 2004.
2) Penularanya
Penularan demam Chikungunya terjadi apabila penderita yang sakit digigit oleh nyamuk penular , kemudian nyamuk penular tersebut menggigit orang lain. Virus menyerang semua usia, baik anak-anak maupun dewasa di daerah endemis (berlaku dengan kerap di suatu kawasan atau populasi dan senantiasa ada). Selain manusia, primata lainnya diduga dapat menjadi sumber penularan. Selain itu, pada uji hemaglutinasi inhibisi, mamalia, tikus, kelelawar, dan burung juga bisa mengandung antibodi terhadap virus Chikungunya.
Seseorang yang telah dijangkiti penyakit ini tidak dapat menularkan penyakitnya itu kepada orang lain secara langsung. Proses penularan hanya berlaku pada nyamuk pembawa. Masa inkubasi dari demam Chikungunya berlaku di antara satu hingga tujuh hari, biasanya berlaku dalam waktu dua hingga empat hari. Manifestasi penyakit berlangsung tga sampai sepuluh hari.
E. Gejala
Gejala penyakit ini sangat mirip dengan demam berdarah. Hanya saja kalau Chikungunya akan membuat semua persendian terasa ngilu.
1. Demam
Biasanya demam tinggi, timbul mendadak disertai menggigil dan muka kemerahan.
Demam penyakit ini ditandai dengan demam tinggi mencapai 39-40 derajat C.
2. Sakit persendian
Nyeri sendi merupakan keluhan yang sering muncul sebelum timbul demam dan dapat bermanifestasi berat, sehingga kadang penderita “merasa lumpuh” sebelum berobat. Sendi yang sering sering dikeluhkan: sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan tangan serta tulang belakang.
3. Nyeri otot
Nyeri bisa pada seluruh otot atau pada otot bagian kepala dan daerah bahu. Kadang terjadi pembengkakan pada otot sekitar mata kaki.
4. Bercak kemerahan (ruam) pada kulit
Bercak kemerahan ini terjadi pada hari pertama demam, tetapi lebih sering pada hari ke 4-5 demam. Lokasi biasanya di daerah muka, badan, tangan, dan kaki, terutama badan dan lengan. Kadang ditemukan perdarahan pada gusi.
5. Sakit kepala
Sakit kepala merupakan keluhan yang sering ditemui, conjungtival injection dan sedikit fotophobia.
6. Kejang dan penurunan kesadaran
Kejamg biasanya pada anak karena panas yang terlalu tinggi, jadi bukan secara langsung oleh penyakitnya.
7. Gejala lain
Gejala lain yang kadang dijumpai adalah pembesaran kelenjar getah bening di bagian leher dan kolaps pembuluh darah kapiler.
Gejala yang timbul pada anak-anak sangat berbeda seperti nyeri sendi tidak terlalu nyata dan berlangsung singkat. Ruam juga lebih jarang terjadi. Tetapi pada bayi dan anak kecil timbul:
• Kemerahan pada wajah dan munculnya ruam kemerahan dalam bentuk papel-papel (maculopapular) atau erupsi seperti biduran (urtikaria).
• Rasa linu di persendian tangan dan kaki serta pergelangan lutut.
• Demam tinggi disertai muntah-muntah, menggigil, sakit kepala, sakit perut, serta bintik merah pada kulit seperti penderita demam berdarah.
• Mimisan bisa terjadi pada pasien anak-anak.
• Pada umumnya pada anak hanya berlangsung selama 3 hari.
Bedanya dengan demam berdarah dengue, pada Chikungunya tidak ada perdarahan hebat, renjatan (shock) maupun kematian. Pada virus DBD akan ada produksi racun yang menyerang pembuluh darah dan menyebabkan kematian. Sedangkan pada virus penyebab chikungunya akan memproduksi virus yang menyerang tulang.
F. Diagnosis Banding dan Diagnosis Pasti
Viral arthropaty diketahui dan dijumpai pada beberapa infeksi virus: dengue, O’nyong-nyong, chikungunya, Mayaro, Ross River, Sindbis dan Bermah Forest. Gejala sendi akibat virus ini biasanya hanya berlangsung singkat seminggu, kecuali pada beberapa kasus Chikungunya. Penyakit ini banyak kemiripan dengan demam dengue/DHF; hanya saja: serangan demam lebih singkat; sakit sendi lebih lama dan tidak terjadi kematian. Chikungunya dicurigai bila seseorang menderita demam mendadak, dengan beberapa gejala berikut: sakit sendi, sakit kepala, sakit pinggang/punggung, fotofobia dan rash/ruam kulit; serta dalam seminggu terakhir berada didaerah terjangkit
Chikungunya. Diagnosis pasti bila terdapat salah satu hal berikut:
1. Pemeriksaan titer antibody naik 4 kali lipat
2. Isolasi virus
3. Deteksi virus dengan PCR
G. Prognosis
Penyakit ini bersifat self limiting diseases, tidak pernah dilaporkan kejadian kematian. Keluhan sendi mungkin berlangsung lama. Brighton meneliti pada 107 kasus infeksi Chikungunya, 87,9 % sembuh sempurna; 3,7% mengalami kekakuan sendi atau mild discomfort; 2,8% mempunyai persisten residual joint stiffnes, tetapi tidak nyeri; dan 5,6% mempunyai keluhan sendi yang persisten, kaku dan sering mengalami efusi sendi.
H. Pengobatan
Tidak ada vaksin maupun obat khusus untuk Chikungunya. Pengobatan terhadap penderita ditujukan terhadap keluhan dan gejala yang timbul. Perjalanan penyakit ini umumnya cukup baik, karena bersifat “self limited disease”, yaitu akan sembuh sendiri dalam waktu tertentu. Tetapi apabila kecurigaan penyakit adalah termasuk campak atau demam berdarah dengue, maka perlu kesiapsiagaan tatalaksana yang berbeda, penderita perlu segera dirujuk apabila terdapat tanda-tanda bahaya.
Bagi penderita sangat dianjurkan makan makanan yang bergizi, cukup karbohidrat dan terutama protein dapat meningkatkan daya tahan tubuh, serta minum air putih sebanyak mungkin untuk menghilangkan gejala demam. Perbanyak mengkonsumsi buah-buahan segar (sebaiknya minum jus buah segar). Vitamin peningkat daya tahan tubuh juga bermanfaat untuk untuk menghadapi penyakit ini, karena daya tahan tubuh yang bagus dan istirahat cukup bisa membuat rasa ngilu pada persendian cepat hilang.
Belum ditemukan imunisasi yang berguna sebagai tindakan preventif. Namun pada penderita yang telah terinfeksi timbul imunitas / kekebalan terhadap penyakit ini dalam jangka panjang. Pengobatan yang diberikan umumnya untuk menghilangkan atau meringankan gejala klinis yang ada saja (symptomatic therapy), seperti pemberian obat panas, obat mual/muntah, maupun analgetik untuk menghilangkan nyeri sendi.
Contoh:
Penurunan panas atau penghilang nyeri adalah obat non steroid anti inflamasi (NSAI), pilih salah satu contoh dibawah ini:
Parasetamol, antalgin
Natrium diklofenat
Piroxicam atau ibuprofen.
I. Pencegahan
Pencegahan ditujukan untuk mengendalikan nyamuk dan menghindari gigitan nyamuk. Pada saat ini belum ada vaksin di pasaran untuk mencegah Chikungunya. Tindakan pencegahan Chikungunya di daerah dimana terdapat nyamuk Aedes aegypti adalah menghilangkan tempat dimana nyamuk dapat meletakkan telurnya, terutama pada tempat penyimpanan air buatan, misalnya bak mandi, kolam ikan, ban mobil atau kaleng kosong.
Tempat penyimpanan air hujan atau penyimpanan air (kontainer plastik, drum) hendaknya tertutup rapat. Ban mobil bekas, kaleng kosong sebaiknya dimusnahkan. Tempat minum hewan peliharaan/burung dan vas bunga hendaknya dikosongkan atau diganti setidaknya seminggu sekali. Semua upaya tersebut diharapkan dapat membasmi telur nyamuk dan mengurangi jumlah nyamuk di daerah tersebut. Pada wisatawan atau juga penduduk di daerah terjangkit Chikungunya, resiko digigit nyamuk akan berkurang dengan pemasangan air conditioning atau memasang kasa pada jendela atau pintu. Memakai repelen yang mengandung 20-30% DEET pada kulit tubuh yang terbuka atau pakaian akan mengurangi kemungkinan tergigit nyamuk. Pencegahan Chikungunya ditekankan pada usaha terus-menerus, berkesinambungan, community based, integrated mosquito control, tidak boleh terlalu mengandalkan insektisida baik untuk jentik nyamuk maupun nyamuk dewasa (chemical larvicide atau adulticide).
Pencegahan wabah penyakit memerlukan peran serta masyarakat yang terkoordinasi dalam usaha meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit Chikungunya, serta bagaimana mengenali penyakit dan bagaimana mengendalikan nyamuk yang dapat menularkan/menyebarkan penyakit.
Cara sederhana yang sering dilakukan masyarakat misalnya:
Menguras bak mandi, paling tidak seminggu sekali. Mengingat nyamuk tersebut berkembang biak dari telur sampai dewasa dalam kurun waktu 7-10 hari.
Menutup tempat penyimpanan air
Mengubur sampah
Menaburkan larvasida.
Memelihara ikan pemakan jentik
Pengasapan
Pemakaian anti nyamuk
Pemasangan kawat kasa di rumah.
Jadi kita semua sebagai calon tenaga kesehatan harus bisa memberikan penyuluhan ke masyarakat tentang pentingnya Perilaku Hidup bersih dan Sehat (PHBS) untuk menghindari gigitan nyamuk penyebab Chikungunya.
Selain itu, nyamuk juga menyenangi tempat yang gelap, lembab, dan pengap. Pintu dan jendela rumah dibuka setiap hari mulai dari pagi hingga sore, agar udara segar dan sinar matahari dapat masuk, sehingga terjadi pertukaran udara dan pencahayaan yang sehat.
Insektisida yang digunakan untuk membasmi nyamuk ini adalah dari golongan malation, sedangkan themopos untuk mematikan jentik-jentiknya. Malation dipakai dengan cara pengasapan, bukan dengan menyemprotkan ke dinding. Hal ini dikarenakan nyamuk Aedes aegypti tidak suka hinggap di dinding, melainkan pada benda-benda yang menggantung.
BAB III
KESIMPULAN
1. Chikungunya adalah penyakit yang disebabkan oleh virus chikungunya yang disebarkan ke manusia melalui gigitan nyamuk. Sebagai penyebar penyakit adalah nyamuk Aedes aegypti; juga dapat oleh nyamuk Aedes albopictus. Nama penyakit berasal dari bahasa Swahili yang berarti “yang berubah bentuk atau bungkuk”, mengacu pada postur penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi yang hebat Masa inkubasi berkisar 1-4 hari, merupakan penyakit yang self-limiting dengan gejala akut yang berlangsung 3-10 hari.
2. Virus chikungunya merupakan anggota genus Alphavirus dalam family Togaviridae. Strain asia merupakan genotype yang berbeda dengan yang di afrika. Virus Chikungunya disebut juga Arbovirus A Chikungunya Type CHIK, CK.
3. Masa inkubasi dari demam Chikungunya 2-4 hari. Viremia dijumpai kebanyakan dalam 48 jam pertama, dan dapat dijumpai sampai 4 hari pada beberapa pasien. Manifestasi penyakit berlangsung 3-10 hari.
4. Gejala chikungunya adalah sbgai brikut :
• Demam
• Sakit Persendian
• Nyeri Otot
• Bercak kemerahan (ruam) pada kulit
• Sakit Kepala
• Kejang dan Penularan Kesadaran
5. Diagnosis demam chikungunya adalah sbb:
Demam Chikungunya dikenal sebagai flu tulang (break-bone fever) dengan gejala mirip dengan demam dengue, tetapi lebih ringan dan jarang menimbulkan demam berdarah. Artralgia, pembuluh darah konjungtiva tampak nyata, dengan demam mendadak yang hanya berlangsung 2-4 hari. Pemeriksaan serum penderita untuk uji netralisasi menunjukkan adanya antibodi terhadap virus Chikungunya.
6. Pengobatan chikungunya adalah sbb:
• Tidak ada vaksin maupun obat khusus untuk Chikungunya. Pengobatan terhadap penderita ditujukan terhadap keluhan dan gejala yang timbul.
• Penurunan panas atau penghilang nyeri adalah obat non steroid anti inflamasi (NSAI), pilih salah satu contoh dibawah ini:
• Parasetamol, antalgin
• Natrium diklofenat
• Piroxicam atau ibuprofen
7. Pencegahan penyakit chikungunya adalah sbb:
Tindakan pencegahan Chikungunya di daerah dimana terdapat nyamuk Aedes aegypti adalah menghilangkan tempat dimana nyamuk dapat meletakkan telurnya, terutama pada tempat penyimpanan air buatan, misalnya bak mandi, kolam ikan, ban mobil atau kaleng. dll
DAFTAR PUSTAKA
Budiarto, Eko. 2002. Pengantar Epidemiologi. Jakarta : EGC
Dr. Nasronudin, dr., SpPD, K-PTI, “Penyakit Infeksi di Indonesia”, 2007, Air langga
University Press, Surabaya
Soedarto.,2007 SINOPSIS KEDOKTERAN TROPIS, (251-252)
http://mikrobia.wordpress.com/2007/05/17/alphavirus-penyebab-chikungunya/
http://ms.wikipedia.org/wiki/Demam_Chikungunya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar