Senin, 27 Februari 2012
MODEL DAKWAH PENGEMBANGAN MASYARAKAT
terimakasih untuk bp. H. Osih Atang Kosasih, S. Ag., M.Pd.I untuk materi yg sdh diberikan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu hal yang tidak dapat dipungkiri, bahwa perkembangan masyarakat semakin mengalami perubahan ke arah kemajuan seiring dengan kemajuan teknologi, komunikasi dan informasi. Alvin Toffler Alvin Toffler, (1981) seorang futurolog pernah mengatakan bahwa perkembangan dunia dibagi menjadi tiga zaman, yaitu: agriculture era, industrialitation era, dan era information. Zaman ini disebut juga era globalisasi karena dunia ini tidak lagi dibatasi jarak dan waktu.
Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi membawa dua dampak yaitu dampak positif dan negatif. Sisi positifnya dapat dilihat dengan masuknya informasi lewat media massa baik elektronik maupun cetak. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi tersebut dapat membawa kemudahan bagi manusia, memperkaya informasi, menambah wawasan kecerdasan dan lain-lain. Selain sisi positif tersebut juga membawa dampak negatif seperti halnya apa yang disaksikan melalui realitas yang ada sekarang. Kedua dampak inilah yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat.
Hubungan antara manusia dengan agama merupakan hubungan totalitas, artinya bagaimanapun manusia tidak bisa dipisahkan dengan agama dalam kehidupannya. Karena agama akan menjadi petunjuk setiap langkah dalam menentukan keputusan dan kebijakan tatkala manusia dihadapkan pada berbagai persoalan hidupnya. Oleh karena itu agama merupakan sesuatu hal sosial yang utama yang harus diperhatikan sebagai sesuatu yang utuh agar dalam memahaminya tidak mengalami kesalahan pemahaman.
Pada dasarnya dakwah merupakan ajaran agama yang ditujukan sebagai rahmat untuk semua, yang membawa nilai-nilai positif, seperti rasa aman, tentram, sejuk. Islam sebagai agama dakwah melalui ajarannya telah memberikan solusi alternatif bagi pemecahan masalah. Dakwah pada hakekatnya merupakan upaya untuk mempengaruhi seseorang dalam bertindak dan berperilaku. Dengan dakwah diharapkan mampu mengubah kepribadian secara individu maupun kolektif. (Bahri Ghazali, 1997: 45).
Kegiatan dakwah merupakan akumulasi dan upaya proses transformasi dan aktualisasi nila-nilai keimanan yang dilakukan seorang muslim atau suatu kelembagaan Islam dalam merealisasikan atau mewujudkan Islam sebagai ajaran, pandangan dan kebutuhan hidup dalam kehidupan personal dan kolektif.
Dalam pengertian immaterial, berarti dakwah sebagai aktivitas yang mampu melakukan perubahan perilaku dan pola pikir, sehingga orientasi pemikiran manusia menuju ke arah yang lebih positif. Oleh Karena itu dakwah dalam Islam adalah aktivitas yang sangat mulia yang oleh istilah al-Qur’an ahsanu Qaulan yakni perkataan dan perbuatan yang terbaik. (Q.S. Fushilat : 33).
Dalam Islam, sasaran dakwah adalah seluruh umat manusia (masyarakat). Keberhasilan dakwah ditentukan oleh faktor-faktor yang berpengaruh, salah satu diantaranya adalah adanya lingkungan mad’u yang dikenal sebagai masyarakat.
Disiplin Ilmu Dakwah yang baru saja lahir pada abad ke 20, sekarang berkembang terus sesuai dengan tuntutan zaman. Pengembangan Ilmu Dakwah ini melahirkan cabang ilmu baru, yaitu Metoda Dakwah, Filsafat Dakwah, Sejarah Dakwah, Managemen Dakwah, Etika Dakwah dan Psikologi Dakwah. Disiplin ilmu dakwah tersebut, dibahas dan dikaji oleh para cendekiawan muslim, khususnya di lingkungan fakultas dakwah.
Metoda dakwah sebagai cabang dari ilmu dakwah terus digali dan dikembangkan menuju kesempurnaannya. Pada awalnya metoda dakwah itu hanya dikenal dengan metoda dakwah bil-hikmah, dakwah bil-hal dan dakwah bil-jidal. Dalam pengamatan di tengah masyarakat, ketika dakwah difahami sebagai upaya amar makruf dan nahi munkar, ditemukan beberapa metoda lainnya yang sudah berjalan selama ini.
Sebagian masyarakat memahami makna dakwah, adalah hanya sekedar aktivitas khutbah dan ceramah keislaman yang dilakukan para mubalig di atas mimbar. Hal ini termasuk metoda dakwah bil-lisan. Atas dasar pemahaman tersebut, maka istilah dakwah dalam tulisan ini, menggunakan istilah Islamisasi. Istilah ini mengandung makna lebih luas dari istilah dakwah, yaitu segala upaya yang dilakukan umat secara maksimal, untuk peningkatan kuantitas dan kualitas umat Islam di tengah masyarakat.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah AIK.
b. Menambah pengetahuan dan wawasan tentang model dakwah pengembangan masyarakat dari materi yang dicari diluar bangku kuliah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Makna Dakwah
Dakwah ibarat bolam (bola lampu) kehidupan, yang memberikan cahaya dan menerangi jalan kehidupan yang lebih baik, dari kegelapan menuju terang benderang, dari keserakahan menuju kedermawanan. Dakwah merupakan bagian yang cukup terpenting dalam bagi umat saat ini tatkala manusia dilanda kegersangan spiritual, rapuhnya akhlak, maraknya korupsi, kolusi dan manipulasi, ketimpangan sosial, kerusuhan, kecurangan dan sederet tindakan-tindakan lainnya. Jelas bahwa dakwah merupakan seruan atau ajakan kepada keinsafan, atau usaha mengubah situasi yang buruk kepada situasi yang lebih baik dan sempurna.
2.2 Landasan Pengembangan Ilmu Dakwah
Ada tiga landasan perlunya pengembangan ilmu dakwah. Pertama, al-Qur’an memperkenalkan sejumlah istilah kunci mengenai dakwah dan diekspresikan dalam konteks bagaimana kedudukan, fungsi, peran manusia –sebagai obyek utamanya-- dalam kaitan dengan hak dan kewajibannya sebagai hamba dan khalifah Allah di bumi. Istilah dakwah dalam al-Qur’an yang dipandang paling populer adalah ”yad’una ila al-khayr”, ”ya’muruna bi al-ma’ruf” dan ”yanhawna ’an al-munkar”. Dalam konteks ini, seorang Muslim mempunyai tanggung jawab moral untuk hadir sebagai syuhadaa ’ala al-nas, umat pilihan (khairu ummah) yang mampu merealisasikan nilai-nilai Ilahiyah, yakni menyerukan al-khayr, melaksanakan dan menganjurkan al-ma’ruf serta menjauhi dan mencegah kemungkaran. Di samping itu, al-Qur’an juga memperkenalkan beberapa istilah yang berhubungan dengan tema dakwah, seperti tabligh (penyampaian), tarbiyah (pendidikan), ta’lim (pengajaran), tabsyir (penyampaian berita gembira), tandzir (penyampaian berita ancaman), tawsiyah (nasehat) dan tadzakir (peringatan).
Kedua, aktivitas dakwah sudah ada sejak adanya tugas dan fungsi yang harus diemban oleh manusia, yakni untuk penyelamatan alam semesta dan untuk keselamatan manusia itu sendiri. Namun aktivitas dakwah seringkali dipahami oleh masyarakat awam sebagai aktivitas praktis, yakni penyampaian ajaran Islam secara lisan (tabligh). Para pelaku dakwah pun banyak yang belum memahami strategi, metode, bahkan mengenai hakikat dakwah itu sendiri. Sehingga aktivitasnya terkadang hanya menekankan pada aspek mobilitas dan belum menyentuh aspek landasan ilmu dakwahnya.
Ketiga, dilihat dakwah sebagai sebuah disiplin ilmu terdapat banyak aspek yang perlu dikembangkan, seperti masalah kejelasan aspek empiris-rasional dan teologis-ideal tentang proses dakwah sebagai fenomena keilmuwan. Hal ini amat penting dikaji, mengingat ilmu dakwah belum terakumulasi epistemologinya secara jelas dalam sebuah kerangka bangunan keilmuwan yang utuh. Untuk itu, diperlukan kajian yang mendalam mengenai landasan pengembangan ilmu dakwah sebagai salah satu disiplin ilmu Islam dalam rumpun ilmu-ilmu sosial. Dengan kajian ini, setidak-tidaknya dapat merupakan cerminan sebagai sebuah rancangan epistemologi ilmu dakwah yang seyogianya dipedomani, ditekuni dan dikembangkan.
2.3 Dakwah Islam
Sungguh banyak sekali rumusan tentang dakwah Islam yang disajikan para ulama dan cendekiawan muslim dalam berbagai macam buku. Rumusan yang paling sederhana, dakwah Islam itu adalah aktivitas amar makruf (mengajak berbuat kebajikan) dan nahi munkar (melarang berbuat kejahatan), lebih singkat lagi yaitu suruh dan tegah. Hal ini sebagaimana diperintahkan Allah dalam al-Quran, “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar. Merekahlah orang-orang yang beruntung” (QS. Ali Imran, 3:104). Kemudian Rasulullah menambahkan, “Ballighwu ‘anny walaw ayat” (Sampaikanlah wasiat nabi meski hanya sepotong kalimat).
Petunjuk tentang pelaksanaan perintah tersebut, harus dilakukan dengan cara yang bijak, memberikan pelajaran yang baik dan dengan bertukar pikiran (dialog). Hal ini ditentukan dalam al-Quran “Serulah umat manusia ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik” (QS. an-Nahl, 16:125). Dalil ini dijadikan landasan dalam merumuskan metoda dakwah.
Para ulama dan cendekiawan muslim membutuhkan waktu yang panjang untuk menyepakati Dakwah Islam menjadi sebuah disiplin ilmu. Dakwah sebagai ilmu baru muncul pada abad ke 20, berbeda jauh dengan sejarah keilmuan Islam yang lain, seperti Ilmu Kalam, Ilmu Hadis, Ilmu Tafsir dan ilmu lainnya. Dengan adanya kesepakatan para ulama, bahwa dakwah itu adalah bagian dari ilmu keislaman, maka disusunlah silabi kuliah ilmu dakwah di perguruan tinggi Islam, seperti di IAIN. Dalam upaya untuk mengkaji ilmu dakwah ini lebih lanjut, lahirlah sebuah kebijakan Menteri Agama RI tentang pendirian Fakultas Dakwah di perguruan tinggi Islam di tanah air.
Atas tuntutan zaman, ilmu pengetahuan itu dari waktu ke waktu terus berkembang, Demikian pula Ilmu Dakwah turut berkembang sesuai dengan naluri keilmuan. Pada saat ini telah lahir beberapa ilmu yang terkait dengan dakwah, seperti Filsafat Dakwah, Metoda Dakwah, Sejarah Dakwah, Etika Dakwah, Managemen Dakwah, Psikologi Dakwah dan lain-lain.
Metoda dakwah sebagai bagian dari disiplin ilmu dakwah yang terus berkembang seperti perkembangan ilmu-ilmu lainnya. Dalam tulisan ini, diistilahkan dengan Metodologi Islamisasi. Makna yang terkandung dalam ungkapan Dakwah Islam adalah upaya maksimal yang dilakukan umat Islam di tengah masyarakat, dengan berbagai ragam pendekatan yang cocok dan sesuai dengan situasi dan kondisi, di tempat pelaksanaan dakwah Islam itu berlangsung. Hal ini berlaku sepanjang sejarah di seluruh jagad raya ini. Dengan itu dirumuskan dengan istilah Islamisasi, yang maknanya lebih luas dari istilah dakwah. Karena masih ada sebagian orang yang memahami kata dakwah, hanya sebatas ceramah dan khutbah di atas mimbar saja.
2.4 Metode Dakwah
Dakwah dapat diartikan sebagai usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadi dan kelompoknya, serta alam lingkungan melalui proses dakwah, perubahan-perubahan itu dilandasi dengan amalan-amalan yang Islami. Dengan demikian proses dakwah merupakan rangkaian membimbing, mengarahkan, dan mengembangkan potensi hidup manusia yang berupa kemampuan dasar dan kemampuan belajar, sehingga terjadi perubahan-perubahan dalam kehidupan pribadi sebagai makhluk individual, sosial dan dalam hubungannya dengan alam sekitar dimana ia hidup, proses tersebut harus berada dalam tata Islami .
Efektivitas dakwah mempunyai dua strategi yang saling mempengaruhi keberhasilannya. Pertama, peningkatan kualitaskeberagamaan dengan berbagai cakupannya seperti di atas, dan kedua, sekalipun mendorong perubahan sosial, ini berarti memerlukan pendekatan partisipatif disamping pendekatan kebutuhan. Dakwah bukan lagi menggunakan pendekatan yang hanya direncanakan secarasepihak oleh pelaku dakwah dan bukan pula hanya pendekatan tradisional mengutamakan besarnya masa.
Untuk meletakkan pengembangan masyarakat atau pembangunan dalam dimensi agama, disamping memberi ajaran yang tertuang dalam bentuk Al-qur’an dan Hadits sebagai pedoman hidup, Allah menciptakan manusia terdiri dari lima komponen yaitu jasad, akal,perasaan, nafsu dan Ruh. Dari kemampuan yang diberikan oleh Allah di atas, manusia mempunyai tanggung jawab melaksanakan perintah-perintah-Nya dan meninggalkan larangannya secara stimulan.
Metode dan strategi pengembangan dakwah dalam bermasyarakat sangat diperlukan agar tujuan dakwah yang kita inginkan bisa tercapai atau sesuai dengan apa yang kita harapkan.
Muhammad Natsir dalam bukunya "Fiqhud Dakwah" mengatakan bahwa ada tiga metode dakwah yang relevan disampaikan ditengah masyarakat yakni dakwah bial- lisan, bial-qalam, dan yang terakhir bial-hal. Dalam prakteknya dewasa ini, baru dakwah bial-lisan yang sering dilakukan. Sementara dakwah bial-qalam dan bial-hal masih jauh dari harapan. Biarpun demikian, dewasa ini banyak organisasi/lembaga dakwah Islam mengambil peran dalam program dakwah bi al-hal seperti Muhammadiyah. Hal ini bisa dilihat pada produk-produk yang dikembangkan oleh Muhammadiyah sebagai konsekuensi dakwahnya seperti sekolah, madrasah, panti asuhan, yatim, koperasi dan sebagainya. Dari dakwah model Muhammadiyah tersebut kita dapat melihat bahwa dakwah tidak hanya dengan cara penyampaian secara lisan, tetapi juga dengan keteladanan dengan perbuatan nyata.
2.4.1 Dakwah Bial- lisan (Bertutur)
Metoda Dakwah Bial-Lisan (Bil-lisan) adalah dakwah Islam yang disampaikan dengan bertutur kata (ucapan langsung) dari mubalig kepada mustamik (pendengar), baik secara individual (perorang) maupun berjamaah (kelompok). Bentuknya beraneka ragam, seperti penyampaian nasehat, fatwa, khutbah, ceramah, tanya jawab, dan lain-lain. Demikian pula waktu dan tempat penyampaiannya, bisa dilakukan di tempat terbuka dan tempat yang tertutup seperti khutbah Jumat di masjid, pengajian syukuran khitan di rumah, tanya jawab di warung kopi dan lain-lain.
Di tengah masyarakat Indonesia ditemukan ratusan ribu masjid, musola, langgar dan surau sebagai tempat pengajian. Demikian pula tentang jamaah pengajian, sungguh banyak sekali kelompok pengajian dengan nama majlis taklim yang mendatangkan beberapa ustadz (mubaligh) dalam berbagai disiplin ilmu keislaman, seperti ustaz ahli tafsir, ustaz ahli hadis, ustaz ahli fikih dan lain.
Komunikasi dengan bertutur antara khatib (penceramah) dan mustamik (pendengar) bisa dilakukan dimana saja, sekalipun jarak mereka berjauhan, yaitu dengan menggunakan teknologi media massa seperti via telepon, radio, dan televisi. Bahkan bisa pula dilakukan dalam waktu dan tempat yang berbeda yaitu dengan tehnik melalui rekaman di kaset atau VCD.
2.4.2 Dakwah Bial-Qalam (Karya Tulis)
Metoda Dakwah Bial-Qalam (Bil-qolam) adalah usaha penyampaian pesan-pesan yang mengandung nilai kebenaran Islam yang disampaikan melalui karya tulis, yaitu pesan yang digoreskan katib (penulis) kepada para qari (pembaca), baik yang ditulis dengan pembahasan yang panjang lebar maupun ditulis dengan pesan singkat dan padat seperti yang berbentuk surat, makalah, buku, majalah, koran bahkan termasuk stiker, poster, dan SMS di hand phone yang berisi bacaan doa sebelum makan.
Dalam aktivitas dakwah bial-qalam ini antara penulis dan pembaca, sebagian dari mereka itu tidak saling mengenal, karena dipisahkan jarak tempat dan waktu yang berbeda, seperti umat Islam yang hidup saat ini tidak pernah kenal dengan para penulis kitab-kitab hadis seperti Imam Muslim, Imam Bukhari, dan para penulis lainnya. Demikian juga kasus para raja yang menerima surat-surat dari rasulullah, seperti Raja Rumawi Hiraclius, mereka tidak saling mengenal sebelumnya.
2.4.3 Dakwah Bial-hal (Santunan)
Metoda Dakwah Bial-Hal (Bil-hal) adalah dakwah Islam yang berbentuk santunan, bantuan, dan pemberian dari para agnia kepada duafa. Pemberian itu ada yang berbentuk sodakoh, zakat, infak, hibah, qurban, hadiah, dan lain sebagainya. Aktivitas dakwah bial-hal ini contohnya pemberian zakat mal / fitrah ke panti asuhan anak yatim piatu atau para fakir miskin pada saat akan menjelang hari raya Idulfitri. Selain itu berbentuk pemberian makanan, pakaian dan kebutuhan lain kepada para kurban yang terkena musibah.
Dalam beragam musibah yang menimpa bangsa Indonesia, seperti musibah Tsunami di Aceh, Gempa bumi di Sumatera, Gunung Merapi meletus dan lain sebagainya. Umat Islam dan bangsa Indonesia berlomba-lomba memberikan sumbangan, baik dalam bentuk uang maupun berbentuk barang kepada saudaranya yang terkena musibah tersebut. Sumbangan disalurkan melalui lembaga resmi yang dibentuk pemerintah, dan lembaga yang dibentuk masyarakat sendiri.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kesimpulan pada makalah ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
- Masyarakat dalam kehidupan selalu mengalami perubahan dan perubahan itu tidak selalu lebih baik bahkan terjadi sebaliknya. Manusia akan mengalami krisis identitas dirinya sebagai makhluk yang mulia disisi Allah, karena itu dakwah juga mengalami perubahan sesuai dengan transformasi sosial yang berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
- Dakwah dan pengembangan masyarakat melalui proses dari serangkaian kegiatan yang mengarah pada peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat dan dakwah yang efektif harus mengacu pada masyarakat untuk meningkatkan kualitas keislaman juga kualitas hidupnya dalam menumbuhkan etos kerja.
- Dalam mengarahkan pandangan Islam pada realitas pembangunan yang sedanag berjalan pada masyarakat berkembang dakwah dapat dilakukan dengan contoh teladan. Hal ini berhubungan dengan kejiwaan manusia baik bagi da’i maupun sasaran dakwahnya. Karena keberhasilan dakwah tidak hanya dengan satu metode tetapi dengan pendekatan yang sesuai dengan sasaran dakwah dan tujuan dakwah. -Melihat sasaran dakwah yang begitu luas sementara perkembangan tekhnologi begitu pesat dalam pengembangan masyarakat dan pemberdayaan masyarakat maka menjalankan dakwah perlu menggunakan media yang sesuai dengan kelompok sasaran yaitu klasifikasinya secara psikologis yang ditinjau dari umur, status sosial, tingkat pendidikan dan kebutuhan kelompok sasaran itu sendiri.
3.2. Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut :
1. Akademik hendaknya menyediakan buku-buku yang berhubungan dengan metode dakwah, umumnya materi-materi yang berkaitan dengan AIK.
2. Dakwah sebaiknya harus gabungan antara satu metode dengan metode lainnya ntuk lebih menarik dalam penyampaiannya.
3. Membuat kelompok-kelompok untuk memfasilitasi pelaksanaan kegiatan dakwah.
DAFTAR PUSTAKA
Triptoherijanto, Prijono. Untaian Pengembangan Sumber Daya Manusia 1989. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Mulyanto dan Hans Dieter Evers, ed. Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok. 1982. Jakarta: Yayasan Ilmu Sosial. Rajawali
Ndraha, Taliziduhu. Pengantar Teori Pengembangan Sumber Daya Manusia. 1999. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Bisri, Hasan WD. Filsafat Dakwah. 2009. Surabaya: Penerbit Dakwah Digital Press
Muhyiddin, Asep dan Agus Ahmad Safe’I. Metode Pengembangan Dakwah. 2002. Bandung : CV. Pustaka Setia
H.S. Prodjokusumo, "Dakwah bi al-Hal Sekilas Pandang", dalam, Tuntunan Tablig 1, Yogyakarta: Pustaka Suara Muhammadiyah, 1997. hal.221
Hamdan Daulay, Dakwah di Tengah Persoalan Budaya dan Politik, (Yogyakarta: LESFI, 2001). hal 4.
Asep Muhyidin, Agus Ahmad Safe’I, Metode Pengembangan Dakwah, Pustaka Setia, Bandung, 2003
Cahyadi Takariawan, Bahagiakan dengan satu isteri, Ira Inter Media, Solo, 2007.
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Mahkota, Surabaya, 1989.
Najamuddin, Metode Dakwah Menurut Al-Quran, Pustaka Insan Madani, Yogyakarta, 2008.
Sheh Sulhawi Rubba, Percikan Islamisasi, Garisi, Sidoparjo, 2008.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar