Senin, 27 Februari 2012

Fibrosis Kistik

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Fibrosis Kistik adalah suatu penyakit keturunan yang menyebabkan kelenjar tertentu menghasilkan sekret abnormal, sehingga timbul beberapa gejala; yang terpenting adalah yang mempengaruhi saluran pencernaan dan paru-paru. Fibrosis kistik merupakan suatu kelainan genetik. Sekitar 5% orang kulit putih memiliki 1 gen cacat yang berperan dalam terjadinya penyakit ini. Gen ini bersifat resesif dan penyakit hanya timbul pada seseorang yang memiliki 2 buah gen ini. Seseorang yang hanya memiliki 1 gen tidak akan menunjukkan gejala. Gen ini mengendalikan pembentukan protein yang mengatur perpindahan klorida dan natrium melalui selaput sel. Jika kedua gen ini abnormal, maka akan terjadi gangguan dalam pemindahan klorida dan natrium, sehingga terjadi dehidrasi dan pengentalan sekresi. Fibrosis kistik menyerang hampir seluruh kelenjar endokrin (kelenjar yang melepaskan cairan ke dalam sebuah saluran). Pelepasan cairan ini mengalami kelainan dan mempengaruhi fungsi kelenjar: • Pada beberapa kelenjar (misalnya pankreas dan kelenjar di usus), cairan yang dilepaskan (sekret) menjadi kental atau padat dan menyumbat kelenjar. Penderita tidak memiliki berbagai enzim pankreas yang diperlukan dalam proses penguraian dan penyerapan lemak di usus sehingga terjadi malabsorpsi (gangguan penyerapan zat gizi dari usus) dan malnutrisi. • Kelenjar penghasil lendir di dalam saluran udara paru-paru menghasilkan lendir yang kental sehingga mudah terjadi infeksi paru-paru menahun. • Kelenjar keringat, kelenjar parotis dan kelenjar liur kecil melepaskan cairan yang lebih banyak kandungan garamnya dibandingkan dengan cairan yang normal. B.Tujuan  Untuk memahami lebih dalam makna fibrosis kistik  Menjelskan penyebab,gejala,diagnosa,pengobatan,prognosis mengenai fibrosis kistik  Menjelaskan mengenai epidemologi,etiologi,fatofisiologi BAB II FIBROSIS KISTIK Fibrosis Kistik adalah suatu penyakit keturunan yang menyebabkan kelenjar tertentu menghasilkan sekret abnormal, sehingga timbul beberapa gejala; yang terpenting adalah yang mempengaruhi saluran pencernaan dan paru-paru.  PENYEBAB Fibrosis kistik merupakan suatu kelainan genetik. Sekitar 5% orang kulit putih memiliki 1 gen cacat yang berperan dalam terjadinya penyakit ini. Gen ini bersifat resesif dan penyakit hanya timbul pada seseorang yang memiliki 2 buah gen ini. Seseorang yang hanya memiliki 1 gen tidak akan menunjukkan gejala. Gen ini mengendalikan pembentukan protein yang mengatur perpindahan klorida dan natrium melalui selaput sel. Jika kedua gen ini abnormal, maka akan terjadi gangguan dalam pemindahan klorida dan natrium, sehingga terjadi dehidrasi dan pengentalan sekresi. Fibrosis kistik menyerang hampir seluruh kelenjar endokrin (kelenjar yang melepaskan cairan ke dalam sebuah saluran). Pelepasan cairan ini mengalami kelainan dan mempengaruhi fungsi kelenjar: # Pada beberapa kelenjar (misalnya pankreas dan kelenjar di usus), cairan yang dilepaskan (sekret) menjadi kental atau padat dan menyumbat kelenjar. Penderita tidak memiliki berbagai enzim pankreas yang diperlukan dalam proses penguraian dan penyerapan lemak di usus sehingga terjadi malabsorpsi (gangguan penyerapan zat gizi dari usus) dan malnutrisi. # Kelenjar penghasil lendir di dalam saluran udara paru-paru menghasilkan lendir yang kental sehingga mudah terjadi infeksi paru-paru menahun. # Kelenjar keringat, kelenjar parotis dan kelenjar liur kecil melepaskan cairan yang lebih banyak kandungan garamnya dibandingkan dengan cairan yang normal.  GEJALA Pada saat lahir, fungsi paru-paru penderita masih normal, gangguan pernafasan baru terjadi beberapa waktu kemudian. Lendir yang kental pada akhirnya menyumbat saluran udara kecil, yang kemudian mengalami peradangan. Lama-lama dinding bronkial mengalami penebalan, sehingga saluran udara terisi dengan lendir yang terinfeksi dan daerah paru-paru mengkerut (keadaan ini disebut atelektasis) disertai pembesaran kelenjar getah bening. Semua perubahan tersebut menyebabkan berkurangnya kemampuan paru-paru untuk memindahkan oksigen ke dalam darah. Ileus mekonium (salah satu bentuk penyumbatan usus pada bayi baru lahir) terjadi pada 17% penderita fibrosis kistik. Mekonium adalah bahan berwarna hijau gelap yang keluar sebagai tinja pertama pada bayi baru lahir. Pada penderita fibrosis kistik, mekoniumnya kental dan mengalir lebih lambat sehingga bisa menyumbat usus. Penyumbatan usus bisa menyebabkan perforasi pada dinding usus atau menyebabkan usus terpuntir. Mekonium juga bisa tersangkut di usus besar atau anus dan menyebabkan penyumbatan sementara. Bayi yang menderita ileus mekonium hampir selalu mengalami gejala fibrosis kistik lainnya di kemudian hari. Gejala awal dari fibrosis kistik pada bayi yang tidak mengalami ileus mekoneum seringkali berupa penambahan berat badan yang buruk pada usia 4-6 minggu. Berkurangnya jumlah sekresi pankreas yang sangat penting untuk pencernaan lemak dan protein menyebabkan terjadinya gangguan pencernaan pada 85-90% bayi yang menderita fibrosis kistik. Bayi sering buang air besar dengan tinja yang banyak, berbau busuk dan berminyak, disertai perut yang buncit. Meskipun nafsu makannya normal atau tinggi, tetapi pertumbuhan bayi berlangsung lambat. Bayi tampak kurus dan memiliki otot yang lembek. Gangguan penyerapan vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E dan K) bisa menyebabkan rabun senja, rakitis, anemia dan kelainan perdarahan. Pada 20% bayi dan balita yang tidak diobati, lapisan usus besar menonjol ke anus (keadaan ini disebut prolaps rektum). Bayi yang mendapatkan susu kedele atau ASI bisa menderita anemia dan pembengkakan karena mereka tidak menyerap protein dalam jumlah yang memadai. Sekitar separuh anak-anak yang menderita fibrosis kistik memiliki gejala berikut: - batuk terus menerus - bunyi nafas mengi (bengek) - infeksi saluran pernafasan. Batuk seringkali disertai oleh tersedak, muntah dan sulit tidur. Lama-lama dada akan berbentuk seperti tong (barrel-shaped) dan kekurangan oksigen menyebabkan jari tangan berbentuk seperti pentungan dan kulit berwarna kebiruan. Bisa ditemukan polip hidung dan sinus terisi dengan cairan yang kental. Remaja seringkali mengalami pertumbuhan yang lambat, pubertasnya tertunda dan ketahanan fisiknya berkurang. Komplikasi yang bisa terjadi pada dewasa dan remaja adalah: # Pneumotoraks # Batuk darah # Gagal jantung # Pneumonia berulang # Kegagalan pernafasan kronik # Penyakit hati # Diabetes mellitus # Osteoporosis dan artritis. Infeksi merupakan masalah yang utama. Bronkitis berulang dan pneumonia secara perlahan akan menghancurkan paru-paru. Kematian biasanya terjadi akibat kegagalan paru-paru dan gagal jantung. Sekitar 2-3% penderita mengalami diabetes yang tergantung kepada insulin karena pada pankreas terdapat jaringan parut yang menyebabkan pankreas tidak dapat lagi menghasilkan insulin dalam jumlah yang memadai. Penyumbatan saluran empedu oleh sekret yang kental bisa menyebabkan peradangan hati dan akhirnya terjadi sirosis. Sirosis bisa menyebabkan kenaikan tekanan di dalam vena yang menuju ke hati (hipertensi portal), sehingga terjadi pelebaran vena di kerongkongan bagian bawah (varises esofagealis). Vena yang abnormal ini bisa mengalami perdarahan hebat. Penderita seringkali mengalami gangguan fungsi reproduksi. Sekitar 98% pria dewasa mengalami kemandulan. Mereka tidak menghasilkan sperma atau hanya menghasilkan sedikit sperma karena vas deferens terbentuk secara tidak normal Pada wanita, sekret leher rahimnya sangat kental sehingga kesuburannya menurun. Penderita wanita yang hamil sangat peka terhadap komplikasi kehamilan. Jika penderta banyak mengeluarkan keringat karena cuaca panas atau karena demam, bisa terjadi dehidrasi karena meningkatnya pembuangan air dan garam. Pada keringat penderita bisa terlihat butir-butir garam dan keringatnya terasa asin.  DIAGNOSA Bayi baru lahir yang menderita fibrosis kistik memiliki kadar enzim pencernaan tripsin yang tinggi dalam darahnya. Pemeriksaan keringat iontoforesis pilokarpin dilakukan untuk mengukur jumlah garam di dalam keringat. Obat pilokarpin diberikan untuk merangsang pembentukan keringat di daerah kulit dan sehelai kertas saring ditempatkan di daerah tersebut untuk menyerap keringat. Kemudian dilakukan pengukuran terhadap jumlah garam di dalam keringat. Konsentrasi garam diatas normal akan memperkuat diagnosis pada seseorang yang memiliki gejala dari penyakit ini atau seseorang yang keluarganya ada yang menderita fibrosis kistik. Fibrosis kistik bisa mengenai organ lainnya, sehingga dilakukan pemeriksaan lainnya untuk membantu menegakkan diagnosis: 1. Pemeriksaan lemak tinja Jika kadar enzim pankreas berkurang, maka analisa tinja bisa menunjukkan adanya penurunan atau bahkan tidak ditemukan enzim pencernaan tripsin dan kromotripsin atau kadar lemaknya tinggi. 2. Tes fungsi pankreas Jika pembentukan insulin berkurang, maka kadar gula darahnya tinggi 3. Tes fungsi paru bisa menunjukkan adanya gangguan pernafasan 4. Rontgen dada. 5. Tes DNA. Keluarga lain (selain dari orang tua penderita) yang ingin mengetahui apakah anak mereka memiliki kemungkinan untuk menderita penyakit ini, bisa menjalani pemeriksaan genetik. Jika salah satu dari orang tua tidak memiliki gen ini, maka anaknya tidak akan menderita fibrosis kistik. Jika kedua orang tua memiliki gen ini, maka setiap kehamilan memiliki peluang sebesar 25% untuk melahirkan anak dengan fibrosis kistik.  PENGOBATAN Pengobatan meliputi pencegahan dan pengobatan kelainan paru-paru, makanan yang baik, aktivitas fisik serta dukungan psikis dan sosial.Sejenis enema tertentu bisa mengurangi ileus mekonium yang belum mengalami komplikasi. Jika enema tidak memberikan hasil yang diharapkan, maka perlu dilakukan pembedahan.Mengkonsumsi obat yang menarik cairan ke dalam usus (misalnya laktulosa) bisa mencegah penyumbatan saluran pencernaan oleh tinja. Penderita yang mengalami kekuranan enzim pankreas harus mengkonsumsi enzim pengganti setiap kali makan. Untuk bayi tersedia dalam bentuk serbuk dan untuk dewasa bisa diberikan dalam bentuk kapsul. Makanan harus mengandung sejumlah kalori dan protein agar pertumbuhan penderita berlangsung normal. Penderita harus mengkonsumsi lemak dalam jumlah yang lebih banyak, karena mereka tidak dapat menyerap lemak dengan baik.  PROGNOSIS Beratnya penyakit pada setiap penderita berlainan dan tergantung kepada luasnya daerah paru-paru yang terkena.Penurunan fungsi paru-paru tidak dapat dihindari, dan bisa menyebabkan kelemahan bahkan kematian. Penderita biasanya meninggal karena kegagalan pernafasan setelah terjadinya penurunan fungsi paru-paru selama bertahun-tahun. Sejumlah kecil penderita meninggal karena penyakit hati, perdarahan ke dalam saluran udara atau komplikasi dari pembedahan. Sekitar 50% dari anak-anak yang menderita fibrosis kistik, mampu bertahan hidup sampai umur 20 tahun, dan 20-25% sampai lebih dari 35 tahun. Angka harapan hidup yang lebih baik ditemukan pada: - penderita pria - penderita yang tidak mengalami gangguan pankreas - penderita yang gejala awalnya terbatas pada sistem pencernaan.  EPIDEMOLOGI Dari data statistik di Amerika, frekwensi angka kejadian FK terbanyak pada ras kulit putih sekitar 1 per 3500 kelahiran hidup, sedang ras negro berkisar 1 per 17000 kelahiran hidup. Secara internasional insiden bervariasi antara 1 per 377 perkelahiran hidup di Inggris sampai dengan 1 per 90000 perkelahiran hidup di Asia. Tidak ada predileksi angka kejadian ini antara pria dan wanita. Mortalitas dan mordibitas angka survival secara median bervariasi antara negara satu dan negara yang lain. Data tertinggi didapatkan di Amerika dan Kanada yaitu antara usia 28 dan 32 tahun, sedang angka median survival umur penderita di Amerika latin adalah 6 tahun. Penyebab kematian umumnya adalah kegagalan sistem pernafasan dan cor pulmonale. Dengan pengobatan dan tindakan pembedahan yang berkembang, data statistik diatas sudah mulai bergeser. Saat ini penderita dengan FK di Amerika dapat bertahan hidup lebih dari 40 tahun.Diagnosis dapat ditegakkan rata-rata pada usia 6 – 8 bulan. Pasien dengan FK dua per tiganya dapat didiagnosis pada usia satu tahun.  ETIOLOGI FK merupakan penyakit yang diwariskan secara resesive autosomal. Gen yang bertanggung jawab terhadap terjadinya FK telah diidentifikasi pada tahun 1989 sebagai cystic fibrosis transmembrane-conductance regulator glycoprotein (CFTR gene) yang terletak pada lengan panjang kromosom no 7.3,10  PATOFISIOLOGI Sebelum membahas patofisiologi fibrosis kistik, ada baiknya kita terlebih dahulu mengetahui patofisiologi terbentuknya polip nasi, yang sebenarnya juga belum dimengerti secara mendalam. Polip nasi merupakan manifestasi dari inlamasi kronik dan secara histopatologi tersusun dari sel odematosa dan eosinofilik predominan. Sampai saat ini ada dua patofisiologi yang diterima luas sebagai dasar terbentuknya polip nasi, yang pertama ditinjau dari biologi molekuler yaitu terdapatnya sitokin-sitokin yang berhubungan dengan polip nasi dan kedua yang merupakan informasi baru adanya kerusakan pada mekanisme struktur Na+ dan Cl- chanel pada bagian apikal dari bagian epitel saaluran pernafasan atas, seperti yang ditunjukan dalam model fibrosis kistik BAB III RIWAYAT DAN GEJALA KLINIS PENYAKIT Dalam menegakkan diagnosis FK, penelusuran riwayat keluhan sinonasal secara teliti sangat memegang peranan penting karena pengambilan keputusan terapi bergantung dari informasi yang didapat.Hampir sekitar 90-100% pasien menunjukan penyakit sinus secara radiologis. Frekwensi polip nasi pada pasien-pasien FK bervariasi antara 6-67%. Gejala klinis sinusitis yang ditandai dengan nyeri, discharge, demam atau postnasal drip, hanya ditemukan sekitar 10% pada pasien-pasien dengan FK.Hampir semua pasien-pasien FK yang menunjukkan bukti kelainan secara radiologis malahan tidak menunjukan gejala klinis. Fenomena ini mungkin mewakili kondisi sesungguhnya dari stadium asimtomatis, atau ini diduga merupakan kondisi kronik perjalanan penyakitnya dimana pasien telah beradaptasi dengan gejala sinusitisnya. •Berdasarkan fakta-fakta tersebut diatas, keakuratan penelusuran riwayat penyakit merupakan hal terpenting dibanding evaluasi secara radiologis untuk memutuskan pengelolaan pasien FK. •Gejala klinis pasien yang dicurigai FK menurut Brihaye : o Obstruksi hidung o Nasal discharge yang makin memburuk o Nyeri wajah o Batuk yang makin memburuk o Demam •Selain gejala klinis diatas, juga perlu ditelusuri status kesehatan parunya mengingat : o Sinusitis kronik sering dikaitkan dengan infeksi bakteri endobronkial dan juga menimbulkan dampak penyakit pulmo berulang (reactivity) dan kekronisan dari penyakit saluran sinobronkial. o Penurunan kemampuan fisik juga berkorelasi dengan eksaserbasi akut sinusitis atau memburuknya kondisi kronik penyakit paru. PEMERIKSAAN FISIK Hampir selurah pasien telah didiagnosis FK saat datang ke ahli THT dan disarankan untuk dilakukannya pembedahan sinus. Pemeriksaan fisik perlu dilakukan pada daerah hidung dan sinus-sinus paranasal untuk mengetahui kondisi yang tak terpantau lainnya yang mungkin menyebabkan kekambuhan dari penyakit sinus paranasal antara lain : • Evaluasi daerah wajah untuk mengetahui perluasan polip di daerah hidung, terkadang polip dapat keluar dari rongga hidung. • Dengan pemeriksaan rinoskopi anterior, pembesaran konka, discharge purulen dan polip nasi mengkin dapat terlihat. • Evaluasi endoskopi mungkin menunjukan terjadinya obstruksi saluran nafas dan ostium sinus karna polip. Discharge purulen dan penonjolan prosesus unsinatus mungkin juga terlihat saat endoskopi yang menyebabkan obstruksi saluran nafas. • Pemeriksaan nasofaring juga harus dilakukan. Hipertrofi adenoid mungkin terdapat pada pasien anak-anak yang menyebabkan sumbatan hidung. DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING Diagnosis FK adakalanya dibuat oleh ahli THT didasarkan pada adannya polip nasi pada anak sehat. Pasien-pasien FK seperti telah diungkapkan sebelumnya, umumnya dapat mentoleransi kondisi ringan dari gejala Fknya, sehingga sangat sulit membuat diagnosis awal pada pasien-pasien FK. Sebagai tambahan polip nasi pada anak-anak jarang yang tanpa keterlibatan FK, namun terkadang juga dimungkinkan polip nasi non-FK yang mungkin disebabkan oleh rhinitis alergi berat, inflamasi yang dihubungkan Trias Samter (asma, insensitivitas aspirin, polip nasi), sindrom Kartagener (bronkiektasis, situs inversus/dextrokardia, penyakit sinus (sinusitis dan polip)). Berdasarkan hal diatas membuat diagnosis banding didasarkan atas penelusuran yang lengkap terhadap riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik dengan test kandungkan klorida keringat dan biopsi atas indikasi. BAB IV PENUTUP • KESIMPULAN Jadi jelaslah bahwa Fibrosis Kistik adalah suatu penyakit keturunan yang menyebabkan kelenjar tertentu menghasilkan sekret abnormal, sehingga timbul beberapa gejala; yang terpenting adalah yang mempengaruhi saluran pencernaan dan paru-paru. Fibrosis kistik merupakan suatu kelainan genetik. Sekitar 5% orang kulit putih memiliki 1 gen cacat yang berperan dalam terjadinya penyakit ini. Gen ini bersifat resesif dan penyakit hanya timbul pada seseorang yang memiliki 2 buah gen ini. Seseorang yang hanya memiliki 1 gen tidak akan menunjukkan gejala. Gen ini mengendalikan pembentukan protein yang mengatur perpindahan klorida dan natrium melalui selaput sel. Jika kedua gen ini abnormal, maka akan terjadi gangguan dalam pemindahan klorida dan natrium, sehingga terjadi dehidrasi dan pengentalan sekresi. Fibrosis kistik menyerang hampir seluruh kelenjar endokrin (kelenjar yang melepaskan cairan ke dalam sebuah saluran). Pelepasan cairan ini mengalami kelainan dan mempengaruhi fungsi kelenjar: # Pada beberapa kelenjar (misalnya pankreas dan kelenjar di usus), cairan yang dilepaskan (sekret) menjadi kental atau padat dan menyumbat kelenjar. Penderita tidak memiliki berbagai enzim pankreas yang diperlukan dalam proses penguraian dan penyerapan lemak di usus sehingga terjadi malabsorpsi (gangguan penyerapan zat gizi dari usus) dan malnutrisi. # Kelenjar penghasil lendir di dalam saluran udara paru-paru menghasilkan lendir yang kental sehingga mudah terjadi infeksi paru-paru menahun. # Kelenjar keringat, kelenjar parotis dan kelenjar liur kecil melepaskan cairan yang lebih banyak kandungan garamnya dibandingkan dengan cairan yang normal. Daftar Pustaka • Myglind Niels, Lildholdt Torben. Nasal Polyposis. An inflammatory disease and its treatment. 1st edition Munksgraard. Copenhagen.1997 • Settipane GA. Epidemiology, pathology, immunology and treatment in Nasal Polyposis. Am. J Rhinol 1987;1:119-26 • L Nicole Murray. Cystic Fibrosis. On line available on eMedicine.com. • Elborn Js, Shale DJ, Britton JR. Cystic Fibrosis :Current survival and population estimates to the year 2000. Thorax 1991 Dec; 46 (12):881-5. • Cepero R, Smith RJ, Catlin FL. Cystic Fibrosis. An otolaryngologic prespective. Otolaryngol Head Neck surg 1987 Oct;97(4):356-60

Tidak ada komentar:

Posting Komentar