Kamis, 23 Februari 2012

ASKEP KLIEN DENGAN DHF

ASKEP KLIEN DENGAN DHF Oleh : Yayang Nur Enida
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wabah Dengue pertama kali ditemukan di dunia tahun 1635 di Kepulauan Karibia dan selama abad 18, 19 dan awal abad 20, wabah penyakit yang menyerupai Dengue telah digambarkan secara global di daerah tropis dan beriklim sedang. Vektor penyakit ini berpindah dan memindahkan penyakit dan virus Dengue melalui transportasi laut. Seorang pakar bernama Rush telah menulis tentang Dengue berkaitan dengan break bone fever yang terjadi di Philadelphia tahun 1780. DBD di Indonesia pertama kali ditemukan di Surabaya tahun 1968, tetapi konfirmasi virologis baru diperoleh tahun 1970. Kasus pertama di Jakarta dilaporkan tahun 1968, diikuti laporan dari Bandung (1972) dan Yogyakarta (1972) (Soedarmo, 2002). Angka kesakitan rata-rata DBD di Indonesia terus meningkat dari 0,05 (1968) menjadi 8,14 (1983), dan mencapai angka tertinggi tahun 1998 yaitu 35,19 per 100.000 penduduk dengan jumlah penderita sebanyak 72.133 orang (Soegijanto S., 2004).Selama awal tahun epidemi di setiap negara, penyakit DBD ini kebanyakan menyerang anak-anak dan 95% kasus yang dilaporkan berumur kurang dari 15 tahun. Jumlah kasus dan kematian Demam Berdarah Dengue di Jawa Timur selama 5 tahun terakhir menunjukkan angka yang fluktuatif, namun secara umum cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2001 dan 2004 terjadi lonjakan kasus yang cukup drastis karena adanya KLB, yaitu tahun 2001 sebanyak 8246 penderita (angka insiden: 23,50 per-100 ribu penduduk), dan tahun 2004 (sampai dengan Mei) sebanyak 7180 penderita (angka insidens: 20,34 per 100 ribu penduduk). Sasaran penderita DBD juga merata, mengena pada semua kelompok umur baik anak-anak maupun orang dewasa, baik masyarakat pedesaan maupun perkotaan, baik orang kaya maupun orang miskin, baik yang tinggal di perkampungan maupun di perumahan elite, semuanya bisa terkena Demam Berdarah (Huda AH., 2004). Case Fatality Rate penderita DBD pada tahun 2004 sebesar 0,7 dan insidence rate sebesar 45. Morbiditas dan mortalitas DBD yang dilaporkan berbagai negara bervariasi disebabkan beberapa faktor antara lain status umur penduduk, kepadatan vektor, tingkat penyebaran virus, prevalensi serotipe virus Dengue, dan kondisi metereologis. DBD secara keseluruhan tidak berbeda antara laki-laki dan perempuan, tetapi kematian ditemukan lebih banyak pada anak perempuan daripada anak laki-laki (Soegijanto S., 2003; Soegijanto S., Sustini F., 2004). Distribusi umur pada mulanya memperlihatkan proporsi kasus terbanyak adalah anak berumur <15 tahun (86-95%), namun pada wabah selanjutnya jumlah kasus dewasa muda meningkat (Soedarmo, 2002). Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu : 1. Lingkungan : dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), contohnya :  Menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu. Mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali.  Menutup dengan rapat tempat penampungan air. Mengubur kaleng-kaleng bekas di sekitar rumah. 2. Biologis : menggunakan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-14). 3. Kimiawi: Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batasfenthion) dan memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air. 1.2 Tujuan Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut : a. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah KMB I. b. Menambah pengetahuan dan wawasan tentang DHF dari materi yang dicari diluar bangku kuliah. BAB II PEMBAHASAN 2.2 Konsep Dasar Penyakit 2.2.1 Definisi DHF Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Christantie Efendy,1995 ). Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina) (Seoparman , 1990). DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik. (Sir,Patrick manson,2001). Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty (Seoparman, 1996). Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. 2.2.2 Etiologi Virus dengue (arbovirus) yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti yang menggigit manusia pada siang hari, hidup di air jernih, bersih dan berbentuk batang, stabil pada suhu 70o C. Penyakit DBD disebabkan oleh Virus Dengue dengan tipe DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. Virus tersebut termasuk dalam group B Arthropod borne viruses (arboviruses). Keempat type virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia antara lain Jakarta dan Yogyakarta. Virus yang banyak berkembang di masyarakat adalah virus dengue dengan tipe satu dan tiga 2.2.3 Faktor Predisposisi o Lingkungan tempat tinggal yang kurang bersih o Kurangnya informasi mengenai DHF 2.2.4 Patofisiologi Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus-antibody, dalam asirkulasi akan mengaktivasi sistem komplemen (Suriadi & Yuliani, 2001). Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi pertama kali menyebabkan demam dengue. Reaksi tubuh merupakan reaksi yang biasa terlihat pada infeksi oleh virus. Reaksi yang amat berbeda akan tampak, bila seseorang mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan. Dan DHF dapat terjadi bila seseorang setelah terinfeksi pertama kali, mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya. Re-infeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi anamnestik antibodi, sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen-antibodi (kompleks virus-antibodi) yang tinggi (Noer, dkk, 1999). 2.2.5 Klasifikasi Derajat beratnya DBD berdasarkan patokan WHO 1975 : a. Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positif, trombositopeni dan hemokonsentrasi. b. Derajat II : Manifestasi klinik pada derajat I dengan manifestasi perdarahan spontan di bawah kulit seperti peteki, hematoma dan perdarahan dari lain tempat. c. Derajat III : Manifestasi klinik pada derajat II ditambah dengan ditemukan manifestasi kegagalan system sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah, hipotensi dengan kulit yang lembab, dingin dan penderita gelisah. d. Derajat IV : Manifestasi klinik pada penderita derajat III ditambah dengan ditemukan manifestasi renjatan yang berat dengan ditandai tensi tak terukur dan nadi tak teraba. 2.2.6 Tanda dan Gejala 1. Demam tinggi yang timbul secara mendadak tanpa sebab yang jelas disertai dengan keluhan lemah, lesu, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut. Gejala menyerupai influenza biasa. Ini berlangsung selama 2-7 hari 2. Hari ke 2 dan 3, timbul demam. Uji tourniquet positip karena terjadi perdarahan di bawah kulit (peteki, ekimosis) dan di tempat lain seperti epistaksis, perdarahan gusi, hematemisis akibat perdarahan dalam lambung, melena dan juga hematuria massif 3. Antara hari ke 3 dan ke 7 syok terjadi saat demam menurun. Terdapat tanda kegagalan sirkulasi (renjatan), kulit teraba dingin dan lembab terutama pada ujung jari tangan dan kaki, nadi cepat dan lemah sampai tak teraba, takanan darah menurun, gelisah, capillary refill lebih dari 2 detik. 4. Hepatomegali(pembesaran hati) pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit, bervariasi dari yang hanya sekedar diraba sampai 2-4 cm dibawah lengkung iga sebelah kanan. Nyeri tekan pada hepar tampak jelas pada anak besar, ini menandakan telah terjadi perdarahan. 2.2.7 Pemeriksaan Diagnostik Laboratorium : Trombositopenia : trombosit turun, penurunan progresif pada pemeriksaan periodic dan waktu perdarahan memanjang Hemokonsentrasi : Hematokrit saat masuk rumah sakit > 20 % atau meningkat progresif pada pemeriksan periodik Hb meningkat > 20 % Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hiponatremia, hipokloremia, pada hari ke-2 dan ke-3 terjadi leucopenia(penurunan leukosit) SGOT dan SGPT mungkin meningkat : ureum, pH darah bisa meningkat Foto thorax : Foto thorax lateral dekubitus kanan terdapat efusi pleura dan bendungan pembuluh darah Darah rutin Hb, leukosit, hitung jenis (limfosit plasma darah 6 – 30%) Waktu perdarahan dengan cara LVY ( n = 1-7 menit) 2.2.8 Prognosis Infeksi dengue pada umumnya mempunyai prognosis yang baik, DF dan DHF tidak ada yang mati. Kematian dijumpai pada waktu ada pendarahan yang berat, shock yang tidak teratasi, efusi pleura dan asites yang berat dan kejang. Kematian dapat juga disebabkan oleh sepsis karena tindakan dan lingkungan bangsal rumah sakit yang kurang bersih. Kematian terjadi pada kasus berat yaitu pada waktu muncul komplikasi pada sistem syaraf, kardiovaskuler, pernapasan, darah, dan organ lain: Kematian disebabkan oleh banyak faktor, antara lain : o Keterlambatan diagnosis o Keterlambatan diagnosis shock o Keterlambatan penanganan shock o Shock yang tidak teratasi o Kelebihan cairan o Kebocoran yang hebat o Pendarahan masif o Kegagalan banyak organ o Ensefalopati o Sepsis dan kegawatan saat tindakan. 2.2.9 Theraphy/tindakan penanganan a. Pengganti cairan (volume plasma) 1) DBD tanpa renjatan : a) Minum banyak 1,5–2Liter/hari,berupa air gula, susu teh dengan gula/ air buah. b) Pemberian cairan intravena, bila : o Penderita muntah-muntah terus o Intake tidak terjamin o Pemeriksaan berkala hematokrit cenderung meningkat terus. Jenis cairan RL atau asering 5 10 ml / kg bb / hari. 2) DBD dengan renjatan a) Derajat IV : Infus asering 5 / RL diguyur atau dibolus 100-200 ml sampai nadi teraba serta tensi terukur. Biasanya sudah tercapai dalam 15-30 menit. b) Derajat III: Infus asering5/RL dengan kecepatan20 tetes permeni /kg bb/ jam. c) Kecepatan tetesan diubah jadi 10 ml / kg bb / jam selam 4 – 8 jam. Bila keadaan umum tetap bik, jumlah caoiran dibatasi sekitar 5 – 7 ml / kg bb / jam dengan larutan RL / Dextrose 5 % 1:1 atau asering 5. Infus dipertahankan 48 jam setelah renjatan d) Pada renjatan berat dapat diberikan cairan plasma atau pengganti plasma (expander plasma /dextran L) dengan kecapatan 10–20 ml/ kg bb /jam dan maksimal 20 – 30 ml / kg bb / hari. b. Tindakan Lain 1) Transfusi darah dengan indikasi : a) Perdarahan gastrointestinal berat: melena, hematemesis. b) Dengan pemeriksaan hb, hct secara periodic terus terjadi penurunan, sedang penderita masih dalam renjatan atau keadan akut semakain menurun. Jumlah yang diberikan 20 ml/kg bb/hari. 2) Anti konvulsan, bila disertai kejang maka diberi : Diasepam 10 mg secara rectal/ IV. 3) Antipiretik dan kompres pada penderita dengan hiperpireksi. Obat yang diberikan paracetamol 10 mg / kg bb / hari 4) Oksigen diberikan pada pendertita renjatan dengan cianosis 2 – 4 L / menit 5) Antibiotika pada penderita dengan renjatan lama atau terjadi infeksi infeksi sekunder 6) Korticosteroid diberikan pada pasien dengan ensefalopati 2.2.10 Penatalaksanaan  Medik DHF tanpa Renjatan - Beri minum banyak (1 ½ - 2 Liter / hari). - Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan kompres. - Jika kejang maka dapat diberi luminal ( antionvulsan ). - Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat. DHF dengan Renjatan - Pasang infus RL. - Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander (20 – 30 ml/kg BB). - Tranfusi jika Hb dan Ht turun.  Keperawatan 1. Pengawasan tanda – tanda Vital secara kontinue tiap jam. - Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam. - Observasi intik output. - Pada pasien DHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap 3 jam , periksa Hb,Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1½ liter–2 liter per hari, beri kompres. - Pada pasien DHF derajat II : Pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht, Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus. - Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri o2 pengawasan tanda – tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, obsrvasi productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt. 2. Resiko Perdarahan - Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena. - Catat banyak, warna dari perdarahan. - Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro Intestinal. 3. Peningkatan suhu tubuh - Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik - Beri minum banyak - Berikan kompres BAB III KASUS FIKTIF DHF Seorang Ibu datang ke RSUD ciamis pada hari rabu tanggal 1 Desember 2010 pukul 10.00 WIB, ditemani oleh suaminya dibawa ke IGD RSUD Ciamis, lalu ibu mendapat No. Register 23. Lalu ibu mendapatkan diagnosa dari dokter dia mengalami DHF. Setelah dokter memberikan diagnosis medis lalu perawat bertanya kepada pasien tersebut dan didapatkan data dari pasien tersebut, nama pasien Ny. R, umur 30 tahun, jenis kelamin Perempuan, agama Islam, Suku bangsa sunda, sehari – hari menggunakan bahasa sunda, Pendidikan SMA, Profesi sebagai karyawati TOSERBA, status sudah menikah, alamat jalan sukasenang no. 3 Rt/Rw. 09/03 kecamatan cijeungjing kabupaten Ciamis. Setelah didapatkan data oleh perawat maka pasien dibawa ke ruang teratai RSUD ciamis. Ny. R datang dengan panas yang sudah timbul sejak 4 hari yang lalu. panas dirasakan pada seluruh tubuhnya, selain itu pasien juga mengeluh mual namun tidak sampai muntah serta nafsu makan hilang. Aktifitas pasien terganggu karena panas yang dirasakannya dan sakit kepala karena demam tersebut. Panas dan malaise yang hebat dirasakan lebih sering terjadi pada malam hari. Setelah ditanyakan riwayat kesehatan keluarga, pasien mengatakan bahwa tidak adanya anggota keluarga yang mengalami sakit serupa. Pasien terlihat sedikit lemas dengan kesadaran yang composmetis, BB sebelum sakit 60 Kg dan BB pasien sekarang 57 Kg, Tinggi pasien 160 cm status gizi pasien anoreksia, mukosa bibir sedikit kering, turgor kulit (-), gigi karies (+),TD 100/85 MmHg, Suhu 390C, Nadi 80 x / menit, Frekuensi pernapasan 24 x / menit. Bunyi nafas nomal. Pada abdomen normal, Pada pemeriksaan ekstremitas pada tangan didapat kasar dan kering, pada kaki terasa dingin bilateral (masih hangat), kuku kaki bersih. Setelah dilakukan pemeriksaan diagnostik hasilnya Hasil Pemeriksaan Lab (Darah): HB (13,3 gr/dl), Ht (40,0%), Trombosit (40.000), protein darah rendah, ureum PH bisa meningkat. Hasil Serology : HI (hemaglutination inhibition test) : Rontgen thorax ada efusi pleura, uji test tourniket (+). Sehari-hari pasien adalah seorang karyawati di toserba. kurang memperhatikan kebersihan di lingkungan rumahnya.Terapi yang sudah dilakukan pemberian paracetamol. 3.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 3.3.1 Pengkajian FORMAT PENGKAJIAN PENGKAJIAN Tanggal/jam memeriksa : 1 Desember 2010/ 10.00 WIB Ruang : Teratai RSUD Ciamis No. Register : 23 Dx. Medis : DHF Tgl Pengkajian : 1 Desember 2010 A. IDENTITAS KLIEN Nama : Ny. R Suami/ Orang tua Umur : 30 Tahun Nama : Tn. D Jenis kelamin : Perempuan Alamat : Jln.sukasenang no. 3, Agama : Islam kec. Cijengjing kab ciamis Suku/ bangsa : Indonesia Pekerjaan : Karyawan Bahasa : Indonesia Pendidikan : SMA Pekerjaan : Karyawati Penanggung jawab Status : menikah Nama : Dr. Biyang Alamat : jalan sukasenang Alamat : jalan cimekar no. 3 Rt/Rw. 09/03 no. 5 rt/rw. 02/03 kecamatan cijeungjing kec. ciamis kabupaten Ciamis. Kab. Ciamis B. KELUHAN UTAMA Badan panas C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Pasien datang ke IGD dengan, mengalami demam yang dirasa tinggi sudah 4 hari yang lalu. Panas dirasakan pada seluruh tubuhnya, selain itu pasien juga mengeluh mual namun tidak sampai muntah serta nafsu makan hilang. Aktifitas pasien terganggu karena panas yang dirasakannya dan sakit kepala karena demam tersebut. Panas dan malaise yang hebat dirasakan lebih sering terjadi pada malam hari. Upaya yang sudah dilakukan : Tidak ada upaya yang dilakukan oleh ny. R Terapi yang sudah diberikan : Minum parasetamol yang dibeli dari warung dekat rumahnya D. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU Pasien pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya. E. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA Pasien menyangkal adanya anggota keluarga yang mengalami sakit serupa. F. PEMERIKSAAN FISIK 1. Status kesehatan umum a. Keadaan umum : Terlihat sedikit lemas. b. Kesadaran : Compposmetis c. BB sebelum sakit : 60 Kg d. BB saat ini : 57 Kg e. Status gizi : anoreksia f. Status hidrasi : - g. Tanda – tanda vital : TD : 100/85 MmHg, Suhu : 390C, N : 80 x / menit, RR : 24 x / menit GCS : E: 4 V: 5 M: 6 TB : 160 Cm 2. Kepala : simetris, bersih. 3. Leher : - 4. Dada : simetris, bunyi nafas nomal. 5. Abdomen : Bising usus 8x/ menit. 6. Tulang belakang : - 7. Ekstremitas : Tidak ada oedem, tidak ada gangguan gerak dan tidak ada deformitas baik pada ekstremitas atas maupun bawah. Atas : - Mata : pupil isokor ka/ki, reflek cahaya (+/ +), conjungtiva ka/ki tidak anemis, sclera ka/ki tidak ikterik. - Hidung : tidak ada deviasi septum, napas cuping hidung (-/-). - Telinga : simetris, otore (-/-). - Mulut : bibir sedikit kering, bibir tidak sianosis, lidah tidak kotor, gigi karies (+). Bawah : kuku kaki bersih, pada kaki terasa dingin bilateral (masih hangat). 8. Genetalia & anus : - 9. Pemeriksaan neurologis: - 10. Pola fungsi kesehatan : Ny. R adalah seorang karyawati di toserba. Ny.R kurang memperhatikan kebersihan di lingkungan rumahnya. 11. Psikologis sosial : - 12. Pemeriksaan diagnostik : Hasil Pemeriksaan Lab (Darah): HB (13,3 gr/dl), Ht (40,0%), Trombosit (40.000), protein darah rendah, ureum PH bisa meningkat. Hasil Serology : HI (hemaglutination inhibition test) : Rontgen thorax ada efusi pleura, Uji test tourniket (+) 13. Terapi : Paracetamol Analisis Data No Data Etiologi Problem 1 Ds : Ny. R mengeluh badannya panas, sakit seluruh badan, sakit kepala. Do : Suhu : 390C N : 80 x / menit. Gigitan nyamuk Aides Aigepty Virus dengue masuk ke tubuh Bereaksi dengan antibody Terbenntuk kompleks antibody Sistem kompleks aktif Viremia demam dengue Hipertermi Hipertemi berhubungan dengan proses penyakit/ viremia. 2 Ds : -Ny. R mengeluh mual namun tidak sampai muntah. -Mengeluh tidak nafsu makan. Do : Porsi makan hanya habis setengah porsi. Hipertermi Anoreksia Mual Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah, tidak ada nafsu makan. 3.3.2 Diagnosa Keperawatan Dari pengkajian yang telah diuraikan, maka ada beberapa diagnosis keperawatan yang dapat ditegakan yaitu : 1. Hipertemi berhubungan dengan proses penyakit/ viremia. 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada nafsu makan. 2.3.1 Intervensi Keperawatan No dx Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional 1 Tujuan : Setelah diberikan askep klien tidak mengalami peningkatan suhu tubuh. Kriteria hasil : Suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C) Mandiri 1. Kaji saat timbulnya demam 2. Observasi tanda – tanda vital klien : suhu, nadi, tensi, pernapasan, tiap 4 jam atau lebih sering 3. Beri penjelasan tentang penyebab demam atau peningkatan suhu tubuh. 4. Menjelaskan pentingnya tirah baring bagi pasien dan akibatnya jika hal tersebut tidak dilakukan. 5. Berikan kompres hangat pada kepala dan axilla 6. Catat intake dan out put. Kolaborasi 1. Pemberian antipiretik 1. U/menidentifikasi pola demam klien dan sebagai indikator untuk tindakan selanjutnya. 2.Tanda –tanda vital merupakan acuan u/ mengetahui keadaan umum pasien. 3. Penjelasan tentang kondisi yang dialami klien dapat membantu klien/keluarga mengurangi kecemasan yang timbul. 4. Penjelasan yang diberikan akan memotivasi klien untuk kooperatif. 5. Pemberian kompres akan membantu menurunkan suhu tubuh. 6.U/ tau adanya ketidakseimbangan cairan tubuh. 1.U/kurangi demam dgn aksi sentralnya pada hipotalamus. 2 Tujuan : Setelah diberikan askep kebutuhan nutrisi klien terpenuhi. Kriteria hasil : -Klien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan. - Mual (-), anoreksia (-). Mandiri 1. Kaji keluhan mual, muntah, dan sakit menelan yang dialami klien 2. Kaji cara/pola menghidangkan makanan klien 3. Berikan makanan yang mudah ditelan seperti: bubur dan dihidangkan saat masih hangat. 4. Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering 5. Jelaskan manfaat nutrisi bagi klien terutama saat sakit. 6. Berikan umpan balik positif saat klien mau berusaha mengahiskan makannya. 7. Catat jumlah porsi yang dihabiskan klien 8. Ukur berat badan kilen tiap hari. Rasional 1.U/menetapkan cara mengatasinya. 2.Cara menghidangkan makanan dapat mempengaruhi nafsu makan klien. 3.Membantu mengurangi kelelahan klien dan meningkatkan asupan makanan karena mudah ditelan. 4. Untuk menghindari mual dan muntah serta rasa jenuh karena makanan dalam porsi banyak. 5.U/ meningkatkan pengetahuan klien tentang nutrisi sehingga motivasi untuk makan meningkat 6.Memotivasi&meningkatkan semangat klien. 7.Mengetahui pemasukan/pemenuhan nutrisi klien. 8. U/mengetahui status gizi klien. 3.3.1 Implementasi Keperawatan Setelah intervensi keperawatan, selanjutnya rencana tindakan tersebut diterapkan dalam situasi yang nyata untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Tindakan keperawatan harus mendetail. Agar semua tenaga keperawatan dapat menjalankan tugasnya dengan baik dalam jangka waktu yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, perawat dapat langsung memberikan pelayanan kepada klien dan atau dapat juga didelegasikan kepada orang lain yang dipercayai dibawah pengawasan yang masih seprofesi dengan perawat. 3.3.1 Evaluasi Keperawatan Evaluasi adalah merupakan salah satu alat untuk mengukur suatu perlakuan/ tindakan keperawatan terhadap pasien. Dimana evaluasi ini meliputi evaluasi formatif / evaluasi proses yang dilihat dari setiap selesai melakukan implementasi yang dibuat setiap hari sedangkan evaluasi sumatif / evaluasi hasil dibuat sesuai dengan tujuan yang dibuat mengacu pada kriteria hasil yang diharapkan. Evaluasi : 1. Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh. - Suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C) 2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi. - Klien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan. - Mual (-),anoreksia (-) BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan Kesimpulan pada makalah ini dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Dengue Haemorhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. 2. Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu dari lingkungan, biologis, kimiawi. 4.2. Saran Saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut : 1. DHF harus dipelajari untuk lebih memaksimalkan dalam pemahaman ilmu keperawatan. 2. Akademik hendaknya menyediakan buku-buku yang berhubungan dengan DHF, umumnya materi-materi yang berkaitan dengan keperawatan medikal bedah. DAFTAR PUSTAKA Doengoes,ME, 2001, diagnosa keperawatan, EGC: Jakarta. http://askep.blogspot.com/2008/01/asuhan-keperawatan-pada-anak-dengan_6163.html http://neti-ardiyantini.blogspot.com/2010/10/laporan-pendahuluan-pada-pasien-dhf.html International,Philadelphia,2005. Mansjoer,Arif.2000.Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta:Media aesculapius fk.ui. Nanda,Nursing Diagnosis: Definition and Classification 2005-2006,Nanda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar