Sabtu, 25 Februari 2012

RESUME GANGGUAN GERAKAN TANGKAS VOLUNTER DAN INVOLUNTER

RESUME GANGGUAN GERAKAN TANGKAS VOLUNTER DAN INVOLUNTER Oleh : Yayang Nur Enida
GANGGUAN GERAKAN TANGKAS VOLUNTEER PEREDARAN DARAH OTAK Aliran darah otak dimuali dari : arteri karotis, Arkus aorta, Arteri karotis komunis interna dan externa komunis. Bagian-Bagian Otak 1.Otak Depan hemisfer cerebri Talamus Hipotalamus 2.Otak tengah / diencepalon 3.Otak belakang, Pos varolili, Medula oblongata, Serebelum, Otak dan sum – sum tulang belakang diselmuti “meningia “ yg bersifat melindungi struktur saraf yg halus. Meningia terdiri dari 3 lapisan : Piamater melekat pada otak dan sum – sum tulang belakang Pemisa antara pia dan duraArachnoid Duramater melapisi tengkorak lapisan luar Lapisan dalam bersatu dengan lapisan luar, Daerah brocca ( hubungan dengan kemampuan bicar ) Pada orang biasa — daerah brocca terletak pada hemisfer kiri kidal — hemisfer kanan Daerah wernicke,s kesan ( hub. Dengan kemampuan untuk mendengar ) atas suara diterima dan ditafsirkan. Co : bunyi gendang berbeda dengan bunyi bisisng usus Bagian – bagian saraf yg mempersarafi dan fungsinya , serta cara pengkajiannya : klien ditutup Nervus 1 : Olfaktorius , mempersarafi penyiuman disuruh menyium bau matanya lalu tutup hidung yg sebelah. Nervus 2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,dan 12. PERAWATAN UMUM NEUROLOGI Gangguan Kesadaran Isi Pikir : Fungsi kognitif Fungsi afektif Derajat Kesadaran Terhadap diri sendiuri Terhadap lingkungan Gangguan Derajat Kesadaran Penyebab : Kerusakan cerebral gangguan metabolisme Defesiensi vitamin Keracunan Sifat : akut Cepat , pelan – pelan, Intermiten, Strok, trauma kepala , hemoragic, TIK Cepat. TEKANAN INTRAKRANIAL MENINGKAT Penyebab : Oedema otak Perdarahan otak Tumor otak Gejala yang muncul : sirkulasi menurun nyeri kepala : tek. Pembuluh meningkat muntah : tek. Meningkat pada medulla oblongata Pernapasan lambat : tek. Dan anoksia medulla oblongata Papila edema Ggn motorik tek pd area 4 Kejang Kontrol Spinkter hilang….impuls inhibisi Ggn kesadaran + sensorik ….tek. Pd kortek & ascending reticular system. Ggn regulasi suhu …. Tek. Hipotalamus Ubun-ubun menonjol : tek. Pd tulang tengkorak TANDA AWAL HERNIASI OTAK Berpindahnya sebagian masa otak bagian supratentorial kedalam otak tengah. Penilaian dilakukan : • Cepat dan akurat • Didasarkan atas respon pasien terhadap stimulus yang diberi : Suara ,sentuhan, nyeri, cahaya • Ketahui adanya komplikasi Pernapasan, cardiovascular, hilang reflex proteksi • Nilai pupil → Gangguan lobus temporalis • Cek adanya peningkatan TIK Iskemia,aritmia,pulmonary arrest Tanda – tanda adanya Komplikasi : • TTV labil • Napas cheyne stokes , Biots • Tanda obstruksi napas • Lakukan pencegahan adanya aspirasi Tangani Komplikasi : a.Resiko peningkatan TIK b.Eliminasi c.Mobilisasi d.Gangguan Nutrisi e.Integritas kulit f.Gangguan persepsi sensorik Untuk keluarga: Peningkatan kemampuan koping, Peningkatan pengetahuan. Gangguan Fungsi Kognitif : a.Menurun perhatian b.Menurunnya memory c.Penurunan kemampuan bahasa dan persepsi d.Penurunan kemampuan untuk mempuat rencana Penyebab : Kerusakan system limbic dari kortex cerebri, Penyakit metabolic, Hipotiroid, TIA Intoksikasi obat, Gangguan cairan elektrolit, Penyakit degenaratif. Gangguan Memory : Penyebab : Penyakit yang mengenai lobus temporal pda pusat memory Trauma kepala Tumor Hemoragik Infark Kejang Penyakit degeneratif Intervensi : Lakukan tindakan dengan pengulangan Mendemonstrasikan Beri petunjuk yang jelas dan sederhana Pakai alat – alat untuk mengingat Buat strategi khusus dalam pendidikan Beri feed back ( + ) Orientasikan kerealitas Petunjuk sifat konsisten, nyata Hindari yang sifat abstrak Pendidikan kesehatan Discharge planning APASIA: Tak mampu untuk bicara Ada dua hemisfer pada otak, salah satu dominan Jika terjadi kerusakan pada hemisfer dominan , maka akan terjadi dua hal : 1.Tak mampu dalm mengtarakan maksud 2.Tak mampu menangkap maksud Apasia dibagi dua : 1.Apasia motorik 2.Apasia sensorik 1.Apasia motorik Area brocca pada lobus prontal posterior – anterior Tidak bisa untuk menyampaikan maksud Peran penting perawat Awas → frustasi 2.Apasia Sensorik Area wernicke,s pada hemisfer kiri → giru angular Tidak mampu menangkap maksud dengan cara biasa Intervensi : Apasia motorik, Pertanyaan dengan jawaban Ya dan tidak, Antisipasi kebutuhan, Gunakan alat tulis, Apasia Sensorik, Gunakan komunikasi non verbal, Beri petunjuk visual, Bicara pendek, sederhana, Hindari pembicaraan abstrak. AGNOSIA Ketidakmampuan untuk mengenaldan interpretasikan suatu rangsang indera Agnosia Visual : tidak mampu mengenal fungsi suatu benda Agnosia warna Agnosia muka Agnosia taktil Agnosia astereognosis : tidak mampu menyebutkan bentuk dan ukuran benda yang diraba APRAKSIA: Ketidak mampuan untuk mengerti , memformulasikan suatu perbuatan yang kompleks , tangkas dan volunteer. Penyebab : Lesi pada kedua hemisfer → pada premotor area lobus frontal dan sebagian parietal. Tindakan : sama dengan Apasia. Gangguan Tingkah laku Dan Proses Pikir. Penyebab : Penyakit yang mengena pada lobus prontal a.Trauma kepala b.Demensia alkoholik c.Atropi cerebral Masalah : Kepribadian influsif, Konsentrasi menurun, Mood labil, Miskin dalam mengambil keputusan. Gejala : Sakit kepala, Irritable, Hypersensitif terhadap stimulus, Pusing, Konsentrasi amat terbatas. Intervensi : Orientasi realita, Bicara pelan dengan kalimat pendek, Tatap muka, Jaga lingkungan Buat daftar kegiatan konsisten GANGGUAN PERGERAKAN Bersifat volunteer, Dipersarafi oleh motor kortex primer dan asosiasinya, Lobus prontal, Basal gangglio, Cerebelum, Saraf tepi. A.GANGGUAN MOTORIK MATA Penyebab : Parese Nervus 3,4 dan 6, Tidak ada koordinasi antara ektra okuler. Masalah : ▪ Diplopia ▪ Nistagmus → Gerakan involunter ▪ Strabismus Intervensi : Tutup sebelah mata yang sakit B.GANGGUAN MEMBUKA MENUTUP MATA Penyebab : Parese saraf cranial 7, Ptosis, Exoftalmus. Masalah : Ulserasi kornea, Gangguan penampilan. Intervensi : Tutup dengan kain tipis dan basah, Beri eye drops secara teratur, Jika nyeri terus menerus→ Tanda kerusakan kornea → kolaborasi. GANGGUAN EXPRESI MUKA Penyebab : Axon perifer N. 7, Kortiko bulbar → inti saraf 7, Gangguan cerebellum → korteks motorik dan batang otak. Masalah : Gangguan bicara → disartria, Tidak mampu untuk menghasilkan suara, Gangguan makan. C.GANGGUAN DALAM MENGELOLAH MAKANAN DALAM MULUT Menelan, Buka mulut, Mengolah, Mengunyah, Menelan. Penyebab : Parese Nervus 5.7.9.10 dan 12 Akibat : – Aspirasi - Obstruksi jalan napas Disfagia: Makanan melalui NGT, Penurunan nafsu makan, Gangguan interaksi social, Kehilangan kemandirian. Latih secepat mungkin dengan es batu yang telah dihancurkan D.GANGGUAN PERGERAKAN EXTERMITAS PARALISIS : Tetra parese, Hemi parese, Para parese, Imobilisasi → butuh bantuan meningkat. Komlikasi : Kerusakan kulit, Distensi bladder, Konstipasi, Osteo porosis. Intervensi : Meningkatkan kemandirian pasien, Segera untuk latihan jalan, Gunakan tongkat ROM. TEMPERATUR Suhu normal sangat penting untuk mempertahankan fungsi normal dari semua sel tubuh Pusat : Hipotalamus : Dasar ventrikel III Refle spinal pada spinal cord → fungsi autonom ↓ Dilatasi dan kontiksi pembuluh darah perifer Hipotermia Hipertermia Intervensi : Hipotermia, Selimut, Peningkatan suhu ruangan. Hipertermia Tapid sponge Selimut dingin ELIMINASI Pusat pengendalian pada emua tingkat persarafan Kortex motorik untuk menghambat pengosonganbladder dan bowel Kortex sensorik : dapat mencetuskan distensi bladderdan bowel → menahan dan mengeluarkan Pada alur kortex – sacral → pengendalian otonom ↓ Reflex berkemih Gangguan yang dapat terjadi Kerusakan lobus frontal → Inkontinensiua reflex neurologikj bladder Kerusakan pada sekmen sacral → autonomi neurologik bladder Dampak : Over distensi, Batu bladder, Infeksi ( cystitis ). Intervensi : Bowel training, Pasang poly cateter → jika distensi, Berikan bladder training. Bowel training : Minum hangat, 20 – 30 beri supositoria, Posisi duduk → 15 menit kemudian defekasi terjadi. SAKIT KEPALA ( HEADACHE ) A. Pengertian Sakit kepala atau sefalgia adalah suatu keluhan fisik paling utama manusia. Sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan dapat menunjukan penyakit organic atau penyakit lain, respon stress , vasodilatasi atau migren , tegangan otot rangka ( sakit kepala tegang ), kombinasi respon tersebut. B. Penyebab : Tumor intra cranial, Infeksi sistemik, Cedera Kepala, Hypoxia Cerebral, Penyakit kronik, mata, telinga, Stress. C. Klasifikasi : Sakit kepala sukar dikategorikan dan ditetapkan . sedikit bukti fisiologis patologis atau uji dianostik dapat mendukung diagnosa sakit kepala. Sakit kepala mempunyai perbedaan manifestasi individual selama proses kehidupan, dan tipe sakit kepala yang sama mungkin mempunyai karakteristik yang berbeda diantara individu yang berbeda. Sakit kepala dapat diklasifikasikan sebagi berikut : 1. Migren ( dengan dan tanpa aura ) 2.Sakit kepala tegang 3.Sakit kepala klaster D. Patofisiologi : Vasospasme arteri kepala → Suplay nutrisi keotak berkutang, Ischemia berkepanjangan, Dinding vascular fkasid tidak mempertahankan tonus otot, Tekanan darah meningkat, Pembuluh darah berdilatasi, Peregangan dinding arteri, Neuro kinin. PENGKAJIAN Temuanya tergantung pada jenis / penyebab dari sakit kepala tersebut Riwayat yang lengkap merupakan suatu hal yang penting untuk membedakan diagnostik. Pengkajian meliputi : Aktivitas / Istirahat : Lelah, letih , malaise, Ketegangan mata, Kesulitan membaca, Insomnia. Sirkulasi : Denyutan vaskuler misalnya daerah temporal, Pucat, wajah tampak kemerahan Integritas ego : Ansietas, peka rangsang selama sakit kepala Makanan / Cairan Mual / muntah , anoreksia selama nyeri Neuro sensori : Pening, Disorientasi (selama sakit kepala) Kenyamanan : Respon emosional/ perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah Interaksi social :Perubahan dalam tanggung jawab peran Diagnosa keperawatan : 1.Nyeri akut berhubungan dengan stress dan ketegangan atau vasospasme 2.Gangguan pola istirahat tidur b/d nyeri 3.Kurang pengatahuan berhubungan dengan kurang dengan informasi/keterbatasan kognitif. 4.Resiko Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual/muntah/ anoreksia 5.Cemas b/d krisis situasi Intervensi : 1. Nyeri : 2.Kaji faktor-faktor fisik/emosi dari keadaan seseorang 3.Catat intensitas nyeri (skala 0-10) 4.Catat karakteristik nyeri (berat/ berdenyut/konstan),lokasinya,lamanya,factor yang memperburuk/meredakan 5.Observasi tanda-tanda nyeri non verbal; seperti ekspresi wajah,tubuh gelisa,menangis atau meringis,perubahan frek.jantung,pernapasan,dan observasi tekanan darah 6.anjurkan untuk beristirahat dalam ruangan tenang,tehnik relaksasi 7.Masage daerah kepala/leher /lengan jika pasien dapat mentoleransi pasien dengan sentuhan 8.Kolaborasi berikan obat sesuai dengan dengan indikasi analgetik, misalnya asetaminofen,ponstan dan lain-lain. Pola istirahat tidur : 1.Hilangkan kebisingan / stimulus eksternal yang berlebihan 2.Bicara yang tenang,. Perlahan dengan menggunakan kalimat yang pendek sesuai kebutuhan. 3.Berikan kesempatan untuk beristirahat / tidur 4.Berikan oabt sesuai indikasi ( kolaborasi ) Kurang Pengetahuan : 1. Diskusikan etiologi indifidual dari sakit kepala bila diket 2. Bantu pasien dalam mengidentifikasi kemungkinan factor predisposisi,seperti stress emosi, suhu yang berlebihan,alergi terhadap makanan/lingkungan tertentu. 3. Diskusikan tentang obatnya dan efek sampingnya . 4. Diskusikan mengenai pentingnya posisi/letak tubuh yang normal. 5. Anjurkan pasien atau orang yang terdekat untuk menyediakan waktu agar deapat relaksasi dan bersenang-senang 6. Sarankan pemakaian musik-musik yang bernuansa meyenangkan. Cemas b/d krisis situasi : 1.Kaji status mental dan tingkat kecemasan pasien / keluarga 2.Berikan penjelasan hubungan antara proses penyakit dan gejalanya. 3.Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan isi pikiran dan perasaan takutnya. 4.Berikan petunjuk mengenai sumber- sumber penyokong yang ada, seperti keluarga , konselor dll 5.Jawab Setiap pertanyaan dengan penuh perhatian dan berikan informasi tentang prognosa penyakit. Resiko ketidak seimbangan nutrisi 1.Berikan makanan dalam jumlah kecil dalam waktu yang sering dengan teratur 2.Timbang berat badan sesuai indikasi 3.Kolaborasi : Konsultasi dengan ahli gizi 4.Kaji cairan lambung, muntah SARAF CRANIAL XII Saraf otak ada 12 pasang Memeriksa saraf otak (I-XII) dapat membantu menentukan lokasi dan jenis penyakit. Tiap saraf otak harus diperiksa dengan teliti, karenaitu perlu dipahami anatomi dan fungsinya , serta hubungannya dengan struktur lainya lesi dapat terjadi pada serabut atau bagian paniten(infranuklir), pada inti (nuklir)atau hubungannya kesentral (supranuklir). Bila ini rusak,hal ini diikuti oleh degenerasi saraf perifernya,inti saraf otak yang terletak dibatang otak letaknya saling berdekatan dengan struktur lain,sehingga jarang kita jumpai lesi pada satu inti saja tanpa melibatkan bagian lainnya. Anatomi Dan Fisiologi Saraf XII mengandung serabut somato-motorik yang menginervasi otot ekstrinsik lidah, fungsi otot ekstrinsik lidah ialah menggerakan lidah,dan otot intrinsic mengubah-ubah bentuk lidah. Inti saraf ini menerima serabut dari kortex traktus priamidalis dari satu sisi, yaiti sisi kontra lateral. Dengan demikian ia sering terkena pada gangguan peredaran darah otak (stroke),misalnya di korteks dan kapsula interna. Pemeriksaan Infeksi : Penderita di suruh membuka mulut dan perhatikan lidah dalam keadaan istirahat dan bergerak. Dalam keadaan istirahat kita perhatikan besarnya lidah, kesamaan bagian kiri dan kanan dan ada tidaknya atrofi, apakah lidah berkerut? Apakah lidah mencong? Tremor lidah dapat di jumpai pada pasien yang sakit berat (lemah),demensia paralitik dan intoksikasi. Fasikulasi dijumpai pada lesi nuklir, misalanya pada siringobulbi,kadang-kadang kita sulit membedakan antara tremor dan fasikular terlebih lagi pada lidah yang tersungkur.Untuk memudahkan perbedaanya, lidah diistirahatkan pada dasar mulut. Pada keadaan ini, tremor biasanya berkurang atau menghilang. Pada Atetose didapatkan gerakan yang lidah terkendali,lidah sulit dijulurkan atau hal ini dilakukan dengan sekoyong-koyong dan kemudian tanpa kendali ditarik secara mendadak.Jika terdapat kumpulan pada dua sisi,lidah tidak dapat digerakan atau dijulurkan.Terdapat disatria (cadel,pelo)dean kesukaran menelan, selain itu juga didapatkan kesukaran bernafas, karena lidah dapat terjatuh kebelakang sehingga menghalangi jalan nafas. Untuk menilai tenaga lidah kita suru penderita menggerakan lidahnya ke segalah jurusan dan perhatikan kekuatan geraknya, kjemudian penderita di suruh menekankan lidahnya pada pipinya,kita nilai daya tekanya dengan jalan menekankan jari kita pada pipi sebelah luar. Gangguan Pada Nervus XII Dan Penyebabnya: Lesi nervus dapat bersifat supra nuklir, misalnya pada lesi di kortex atau kapsula interna yang dapat di debabkan oleh misalnya pada strok, dalam hal ini didapatkan kelumpuhan otot lidah tanpa adanya atropi dan fasikular. Pada lesi nuklir didapatkan atropi dan fasikular hal ini disebabkan oleh siringgobulbi,ALS,radang,gangguan peredaran darah dan neoplasma. Pada lesi infra nuklir didapatkan atropi. Hal ini dapat disebabkan oleh proses diluar medulla oblongata tetapi masih di dalam tengkora, misalnya trauma,fraktur dasar tulang tengkorak ,meningitis atau dapat juga oleh kelainan yang berada di luar tulang tenkorak misalnya abses atau dislokasi vetebra servikalis. GANGGUAN GERAKAN TANGKAS INVOLUNTER Cerebral palsy ETIOLOGI Penyebab cerebral palsy dapat dibagi dalam tiga periode yaitu: 1) Pranatal : a) Malformasi kongenital. b) Infeksi dalam kandungan yang dapat menyebabkan kelainan janin (misalnya; rubela, toksoplamosis, sifihis, sitomegalovirus, atau infeksi virus lainnya). c) Radiasi. d) Tok gravidarum. e) Asfiksia dalam kandungan (misalnya: solusio plasenta, plasenta previa, anoksi maternal, atau tali pusat yang abnormal). 2) Natal : a) Anoksialhipoksia. b) Perdarahan intra kranial. c) Trauma lahir. d) Prematuritas. 3) Postnatal : a) Trauma kapitis. b) Infeksi misalnya : meningitis bakterial, abses serebri, tromboplebitis, ensefalomielitis. c) Kern icterus. Beberapa penelitian menyebutkan faktor prenatal dan perinatal lebih berperan daripada faktor pascanatal. Studi oleh Nelson dkk (1986) (dikutip dari 13) menyebutkan bayi dengan berat lahir rendah, asfiksia saat lahir, iskemi prenatal, faktor genetik, malformasi kongenital, toksin, infeksi intrauterin merupakan faktor penyebab cerebral palsy. Faktor prenatal dimulai saat masa gestasi sampai saat lahir, sedangkan faktor perinatal yaitu segala faktor yang menyebabkan cerebral palsy mulai dari lahir sampai satu bulan kehidupan (11,13). Sedang1 faktor pasca natal mulai dari bulan pertama kehidupan sampai 2 tahun (Hagberg dkk 1975), atau sampai 5 tahun kehidupan (Blair dan Stanley, 1982), atau sampai 16 tahun (Perlstein, Hod, 1964) (dikutip dari 12). GAMBARAN KLINIK Gambaran klinik cerebral palsy tergantung dari bagian dan luasnya jaringan otak yang mengalami kerusakan(6,7,10). 1) Paralisis Dapat berbentuk hemiplegia, kuadriplegia, diplegia, monoplegia, triplegia. Kelumpuhan ini mungkin bersifat flaksid, spastik atau campuran. 2) Gerakan involunter Dapat berbentuk atetosis, khoreoatetosis, tremor dengan tonus yang dapat bersifat flaksid, rigiditas, atau campuran. 3) Ataksia Gangguan koordinasi ini timbul karena kerusakan serebelum. Penderita biasanya memperlihatkan tonus yang menurun (hipotoni), dan menunjukkan perkembangan motorik yang terlambat. Mulai berjalan sangat lambat, dan semua pergerakan serba canggung. 4) Kejang Dapat bersifat umum atau fokal. 5) Gangguan perkembangan mental Retarçlasi mental ditemukan kira-kira pada 1/3 dari anak dengan cerebral palsy terutama pada grup tetraparesis, diparesis spastik dan ataksia. Cerebral palsy yang disertai dengan retardasi mental pada umumnya disebabkan oleh anoksia serebri yang cukup lama, sehingga terjadi atrofi serebri yang menyeluruh. Retardasi mental masih dapat diperbaiki bila korteks serebri tidak mengalami kerusakan menyeluruh dan masih ada anggota gerak yang dapat digerakkan secara volunter. Dengan dikembangkannya gerakan-gerakan tangkas oleh anggota gerak, per kembangan mental akan dapat dipengaruhi secara positif. 6) Mungkin didapat juga gangguan penglihatan (misalnya: hemianopsia, strabismus, atau kelainan refraksi), gangguan bicara, gangguari sçnsibilitas. 7) Problem emosional terutama pada saat remaja. KLASIFIKASI Banyak klasifikasi yang diajukan oleh para ahli, tetapi pada kesempatan ini akan diajukan klasifikasi berdasarkan gambaran klinis dan derajat kemampuan fungsionil (2,3,4,5). Berdasarkan gejala klinis maka pembagian cerebral palsy adalah sebagai berikut: 1) Tipe spastis atau piramidal. Pada tipe ini gejala yang hampir selalu ada adalah : a) Hipertoni (fenomena pisau lipat). b) Hiperrefleksi yang djsertai klonus. c) Kecenderungan timbul kontraktur. d) Refleks patologis. Secara topografi distribusi tipe ini adalah sebagai berikut: a) Hemiplegia apabila mengenai anggota gerak sisi yang sama. b) Spastik diplegia. Mengenai keempat anggota gerak, anggota gerak bawah lebih berat. c) Kuadriplegi, mengenai keempat anggota gerak, anggota gerak atas sedikit lebih berat. d) Monoplegi, bila hanya satu anggota gerak. e) Triplegi apabila mengenai satu anggota gerak atas dan dua anggota gerak bawah, biasanya merupakan varian dan kuadriplegi. 2) Tipe ekstrapiramidal Akan berpengaruh pada bentuk tubuh, gerakan involunter, seperti atetosis, distonia, ataksia. Tipe ini sering disertai gangguan emosional dan retardasi mental. Di samping itu juga dijumpai gejala hipertoni, hiperrefleksi ringan, jarang sampai timbul klonus. Pada tipe ini kontraktunjarang ditemukan, apabila mengenai saraf otak bisa terlihat wajah yang asimetnis dan disantni. 3) Tipe campuran Gejala-gejalanya merupakan campuran kedua gejala di atasmisalnya hiperrefleksi dan hipertoni disertai gerakan khorea. Berdasarkan derajat kemampuan fungsional. 1) Ringan: Penderita masih bisa melakukan pekerjaanlaktifitas sehari-hari sehingga sama sekali tidak atau hanya sedikit sekali membutuhkan bantuan khusus. 2) Sedang: Aktifitas sangat terbatas. Penderita membutuhkan bermacam-macam bantuan khusus atau pendidikan khusus agar dapat mengurus dirinya sendiri, dapat bergerak atau berbicara. Dengan pertolongan secara khusus, diharapkan penderita dapat mengurus diri sendiri, berjalan atau berbicara sehingga dapat bergerak, bergaul, hidup di tengah masyarakat dengan baik. 3) Berat: Penderita sama sekali tidak bisa melakukan aktifitas fisik dan tidak mungkin dapat hidup tanpa pertolongan orang lain. Pertolongan atau pendidikan khusus yang diberikan sangat Sedikit hasilnya. Sebaiknya penderita seperti ini ditampung dalam rumah perawatan khusus. Rumah perawatan khusus ini hanya untuk penderita dengan retardasi mental berat, atau yang akan menimbulkan gangguan sosial-emosional baik bagi keluarganya maupun lingkungannya. Distonia PENDAHULUAN Di dalam ilmu faal, gerakan itu dibedakan dalam gerakan fasik dan gerakan tonik. Gerakan fasik ditimbulkan oleh impuls piramidalis, dan gerakan tonik oleh impuls ekstrapiramidalis. Gerakan yang ditimbulkan oleh impuls piramidalis adalah gerakan yang halus, jitu dan tangkas, sedangkan gerakan yang ditimbulkan oleh impuls ekstrapiramidalis adalah gerakan masal. Tonus otot-otot ditentukan oleh keadaan susunan ekstrapiramidalis. Dengan demikian susunan ekstrapiramidalis memegang peranan utama dalam hal menentukan kedudukan (“posture”) tubuh dan anggota tubuh. Susunan piramidalis dalam melaksanakan fungsinya selalu bekerja sama dengan susunan ekstrapiramidalis. Gerakan yang ditimbulkan oleh impuls piramidalis baru akan bersifat tangkas, bila susunan ekstrapiramidalis dapat melakukan fungsinya dengan baik. Ketangkasan suatu gerakan ditentukan oleh keadaan susunan piramidalis, tetapi susunan ekstrapiramidalis memberikan landasan yang menentukan agar gerakan tangkas itu dapat dilakukan. Agar gerakan yang tangkas itu dapat berlangsung, perlu kiranya otot-otot itu memiliki tonus yang memadahi (bukan hipo, bukan hiper) dan koordinasi harus dapat berlangsung denagn baik. Hal ini hanya mungkin dapat terlaksana bila penghantaran impuls umpan-balik (“feedback”) dan impuls pra-kontrol dapat berlangsung dengan sempurna. Hal-hal itu hanyalah dapat terwujud bila susunan ekstrapiramidalis berfungsi dengan baik. Bila ada kelainan pada susunan ekstrapiramidalis, maka gerakan yang akan timbul bukanlah suatu gerakan yang tangkas lagi. Traktus piramidalis adalah traktus yang lalu dipiramis medulla oblongata. Dengan demikian maka semua susunan yang berada di luar susunan piramidalis dapatlah dikelompokkan dalam susunan ekstrapiramidalis. Susunan ekstrapiramidalis terdiri atas inti-inti, lintasan-lintasan lingkaran (“circuit”), dan lintasan subkortikospinalis. Gangguan gerakan akibat lesi di sistema ekstrapiramidalis dapat dibeda-bedakan dalam (1) gangguan akibat lesi pada bagian striatum, (2) gangguan akibat lesi pada susunan retikularis desendens, (3) gangguan akibat lesi pada sistema serebeler. Gangguan akibat lesi pada bagian striatum dapat berupa: (1) sindroma Parkinson, (2) sindroma Atetosis, (3) khorea, (4) distonia, (5) hemibalismus. Pada hal ini akan dibahas mengenai “distonia”. DEFINISI DAN MANIFESTASI KLINIS Distonia adalah gerak lengan involunter atetotik dilakukan oleh lengan dengan tangan berfleksi di sendi pergelangan serta jari-jari dalam sikap lurus berfleksi pada sendi metakarpofalangeal. Distonia erat hubungannya dengan atetosis, perbedaannya hanya terletak pada otot-otot yang terserang, di mana yang lebih sering terserang adalah otot aksial yang lebih besar dibandingkan otot-otot apendikular. Ditemukan bentuk tungkai atau tubuh yang membesar dan aneh akibat tonus otot yang berlebihan. Pada atetosis, gerakan sendi bahu, siku dan pergelangan tangan menyerupai gerakan menari. Sebaliknya pada distonia terdapat gerakan lengan memutar pada porosnya (torsi) yang dilakukan dalam sikap yang lurus dan kaku pada semua persendiannya. Maka dari itu gerakan lengan distonik dinamakan juga torsi-distonia. ETIOLOGI Distonia disebabkan oleh adanya lesi di bagian striatum pada nucleus lentiformis (putamen dan globus palidus) atau pada nucleus kaudatus. Terutama di korteks serebri ekstrapiramidalis berikut putamen dan thalamus. PATOFISIOLOGI Lesi di bagian striatum dapat dijumpai pada nucleus lentiformis (putamen dan globus palidus) atau pada nucleus kaudatus. Walaupun demikian, apa yang disebut gangguan striatal adalah gangguan yang timbul akibat lesi di salah satu mata rantai dari lintasan lingkaran. Jadi lesi di substansia nigra (penyakit Parkinson), di inti dari Luys (hemibalismus), bagian luar dari putamen (atetosis), di nucleus kaudatus terutama dan nucleus lentiformis sebagian kecil (khorea) dan di korteks serebri ekstrapiramidalis berikut putamen dan thalamus (distonia), semuanya tercakup dalam lesi striatal. Otot-otot sepanjang kolumna vertebralis berkejang secara torsodistonik juga. Leher berputar pada porosnya dan kepala bergeleng-geleng secara kaku ke samping dan belakang. Pada distonia gerakan-gerakan voluntar mengalami gangguan hebat, dan kadang-kadang seluruh otot tubuh mengalami spasme hanya karena pasien berusaha untuk bicara. Distonia tidak sering dijumpai, jika dibanding dengan khorea atau atetosis. Kerusakan neural yang mendasari gerakan involunter tersebut terdapat terutama di nucleus kaudatus dan putamen. Sebagian kecil terlihat juga pada korpus subtalamikus, hipotalamus dan nucleus dentatus. Di dalam klinik dapa dijumpai juga distonia sebagai gejala bagian dari penyakit Wilson, suatu penyakit yang terkait pada gangguan metabolisme Cu. Sedangkan distonia sebagai gambaran penyakit khas merupakan penyakit herediter atau familial pada orang-orang yahudi. TERAPI Pembedahan lesi pada thalamus ventrolateral dapat memberikan perbaikan. Cerebral Phalsy pada anak CP adalah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi pada suatu kurun waktu dalam perkembangan anak, mengenai sel-sel motorik di dalam susunan saraf pusat, bersifat kronik dan tidak progresif akibat kelainan atau cacat pada jaringan otak yang belum selesai pertumbuhannya. CP ditandai oleh buruknya pengendalian otot, kekakuan, kelumpuhan, dan gangguan fungsi saraf lainnya. Cerebral Phalsy adalah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi pada suatu kurun waktu dalam perkembangan anak, mengenai sel-sel motorik di dalam susunan saraf pusat, bersifat kronik dan tidak progresif akibat kelainan atau cacat pada jaringan otak yang belum selesai pertumbuhannya. CP ditandai oleh buruknya pengendalian otot, kekakuan, kelumpuhan, dan gangguan fungsi saraf lainnya. Cerebral palsy (CP), adalah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi pada suatu kurun waktu dalam perkembangan anak, mengenai sel-sel motorik di dalam susunan saraf pusat, bersifat kronik dan tidak progresif akibat kelainan atau cacat pada jaringan otak yang belum selesai pertumbuhannya. CP ditandai oleh buruknya pengendalian otot, kekakuan, kelumpuhan, dan gangguan fungsi saraf lainnya. Yang pertama kali memperkenalkan penyakit ini adalah William John Little (1843), yang menyebutnya dengan istilah Cerebral Diplegia, sebagai akibat prematuritas atau afiksia neonatorum. Sir William Olser adalah yang pertama kali memperkenalkan istilah Cerebral Palsy, sedangkan Sigmund Freud menyebutnya dengan istilah Infantile Cerebral Paralysis. CP bisa disebabkan oleh cedera otak atau trauma yang terjadi pada saat bayi masih berada dalam kandungan, saat proses persalinan berlangsung, pada bayi baru lahir, dan bisa juga pada anak yang berumur kurang dari 5 tahun. Akan tetapi pada umumnya, penyebab CP tidak diketahui. 10-15% kasus terjadi akibat cedera lahir dan berkurangnya aliran darah ke otak sebelum, selama, dan segera setelah bayi lahir. Bayi prematur sangat rentan terhadap CP, kemungkinan karena pembuluh darah ke otak belum berkembang secara sempurna dan mudah mengalami perdarahan atau karena tidak dapat mengalirkan oksigen dalam jumlah yang memadai ke otak. Walaupun cukup sulit, etiologi CP perlu diketahui untuk tindakan pencegahan. Meskipun fisioterapi dini memberi hasil baik, namun adanya gangguan perkembangan mental dapat menghalangi tercapainya tujuan pengobatan. Etiologi CP dapat dibagi menjadi tiga periode: 1. pre natal (sebelum lahir) • malformasi congenital (kelainan struktur tubuh karena proses dalam kandungan) • infeksi dalam kandungan yang dapatb menyebabkan kelainan janin (misalnya infeksi TORCH,virus toksoplasma, atau virus2 lainnya) • radiasi (X-ray) • asfiksia dalam kandungan (misalnya: solusio plasenta, plasenta previa, anoksia maternal, atau tali pusat yang abnormal) 2. natal (kelahiran) • anoksia atau hipoksia (tidak ada atau kekurangan oksigen) • pendarahan intra cranial (di dalam tengkorak) • trauma lahir • prematurnitas (lahir sebelum 36 minggu) 3. post natal (setelah lahir) • trauma kepala (misalnya karena benturan benda keras, jatuh mengenai kepala, dll) • infeksi (misalnya: meningitis bacterial, abses cerebri, trombofebilitis, encefalomielitis) • kernicterus (kekuningan, yaitu kekurangan cairan atau air susu pada saat baru lahir) Gejala biasanya timbul sebelum anak berumur 2 tahun dan pada kasus yang berat, bisa muncul pada saat anak berumur 3 bulan. Gejalanya bervariasi, mulai dari kejanggalan yang tidak tampak nyata sampai kekakuan yang berat, yang menyebabkan perubahan bentuk lengan dan tungkai sehingga anak harus memakai kursi roda. + Paralisis Dapat berbentuk hemiplegia (lumpuh setengah badan), kuadriplegia (lumpuh pada kedua tangan dan kaki), diplegia (lumpuh pad kedua kaki), monoplegia (lumpuh pada salah satu kaki), dan triplegia (lumpuh pada kedua kaki dan salah satu tangan). Kelumpuhan ini mungkin bersifat flaksid, spastik (kejang), atau campuran. + Gerakan involunter Dapat berbentuk atetosis, khoreoatetosis (ketidaksinkronan gerakan), tremor (gerakan bergetar) dengan tonus yang dapat bersifat flaksid, rigid (kaku), atau campuran. + Ataksia Gangguan koordinasi ini timbul karena kerusakan cerebellum (otak kecil). Penderita biasanya memperlihatkan tonus yang menurun (hipotoni), dan menunjukkan perkembangan motorik yang terlambat. Mulai berjalan sangat lambat, dan semua pergerakan serba canggung. + Kejang Dapat bersifat umum atau fokal (sebagian tubuh saja). + Gangguan perkembangan mental CP yang disertai dengan retardasi mental pada umumnya disebabkan oleh anoksia serebri (otak yang tidak mendapatkan oksigen) yang cukup lama, sehingga terjadi atrofi serebri yang menyeluruh. Retardasi mental masih dapat diperbaiki bila korteks serebri tidak mengalami kerusakan menyeluruh dan masih ada anggota gerak yang dapat digerakkan secara volunter. Dengan dikembangkannya gerakan-gerakan tangkas oleh anggota gerak, perkembangan mental akan dapat dipengaruhi secara positif. + Gangguan penglihatan (misalnya: hemianopsia, strabismus -juling, atau kelainan refraksi misalnya rabun jauh), gangguan bicara, dan gangguan sensibilitas. + Problem emosional terutama pada saat remaja. CP dibagi menjadi 4 kelompok: 1. Tipe Spastik (50% dari semua kasus CP), otot-otot menjadi kaku dan lemah. Kekakuan yang terjadi bisa berupa: - Kuadriplegia (kedua lengan dan kedua tungkai) - Diplegia (kedua tungkai) - Hemiplegia (lengan dan tungkai pada satu sisi tubuh) Khas: scissors phenomenon (saat bayi diangkat tubuhnya, kedua lutut akan bertumpang tindih). 2. Tipe Diskinetik (Koreoatetoid, 20% dari semua kasus CP), otot lengan, tungkai, dan badan secara spontan bergerak perlahan, menggeliat dan tak terkendali; tetapi bisa juga timbul gerakan yang kasar dan mengejang. Luapan emosi akan menyebabkan keadaan semakin memburuk, gerakan akan menghilang jika anak tidur. 3. Tipe Ataksik, (10% dari semua kasus CP), terdiri dari tremor, langkah yang goyah dengan kedua tungkai terpisah jauh, gangguan koordinasi dan adanya gerakan abnormal. 4. Tipe Campuran (20% dari semua kasus CP), merupakan gabungan dari 2 jenis diatas, yang sering ditemukan adalah gabungan dari tipe spastik dan koreoatetoid. CP tidak dapat disembuhkan dan merupakan kelainan yang berlangsung seumur hidup. Namun banyak hal yang dapat dilakukan agar anak dapat hidup semandiri mungkin. Penatalaksanaan yang dilakukan biasanya tergantung kepada gejala dan bisa berupa: o fisioterapi, o penggunaan braces (penyangga), o pemberian obat antikonvulsan (anti kejang) saat kejang berlangsung, o pemberian obat muscle relaxant (untuk mengurangi tremor dan rigiditas), o terapi okupasional (agar anak dapat mengurus dirinya sendiri dan akhirnya nanti dapat bekerja menghasilkan sesuatu), o terapi bedah ortopedik (bila terjadi kontraktur, yang disebabkan persendian jarang digerakkan, terutama pada kaki), o terapi wicara, dll. gejala anak mengalami CP: * pharalisis : dapat berbentuk kelumpuhan sebagian anggota badan (hemiplegia), lumpuh pada tangan dan kaki (kuadriplegia), lumpuh pada salah satu kaki (monoplegia), lumpuh pada kedua kaki dan satu tangan (triplegia) * gerakan involunter : ketidaksinkronan gerakan, tremor (gerakan bergetar), dengan tonus yang dapat bersifat flaksid, rigid (kaku), atau campuran. * ataxia : Gangguan koordinasi ini timbul karena kerusakan cerebellum (otak kecil). Penderita biasanya memperlihatkan tonus yang menurun (hipotoni), dan menunjukkan perkembangan motorik yang terlambat. Mulai berjalan sangat lambat, dan semua pergerakan serba canggung * kejang: Dapat bersifat umum atau sebagian tubuh saja * gangguan perkembangan mental : CP yang disertai dengan retardasi mental pada umumnya disebabkan oleh anoksia serebri (otak yang tidak mendapatkan oksigen) yang cukup lama, sehingga terjadi atrofi serebri yang menyeluruh. Retardasi mental masih dapat diperbaiki bila korteks serebri tidak mengalami kerusakan menyeluruh dan masih ada anggota gerak yang dapat digerakkan secara volunter. Dengan dikembangkannya gerakan-gerakan tangkas oleh anggota gerak, perkembangan mental akan dapat dipengaruhi secara positif. *gangguan penglihatan, gangguan bicara, dan gangguan sensibilitas TINJAUAN KASUS Jika tidak terdapat gangguan fisik dan kecerdasan yang berat, banyak anak dengan CP yang tumbuh secara normal dan masuk ke sekolah biasa, dan sebetulnya lebih dari 90% dapat bertahan hidup sampai dewasa. Namun pada kasus pasien di atas, yang mana dalam hal ini penanganannya dapat dibilang sudah cukup terlambat, hanya dapat diberikan terapi suportif. Pasien tersebut harus dilatih untuk duduk dan dibantu untuk menggerakkan kakinya. Karena bila tidak, akan timbul kontraktur yang nantinya akan memerlukan penanganan bedah. Anak tersebut juga perlu dijemur di bawah sinar matahari pagi untuk mendapatkan tambahan vitamin D yang berguna untuk perkembangan tulangnya. Kemudian sebisa mungkin dilatih hal-hal kecil (contoh: menyikat gigi), agar nanti seminimal mungkin dapat mengurus dirinya sendiri ketika dewasa. DAFTAR PUSTAKA • Adnyana,Oka. Cerebral Palsy Ditinjau dari Aspek Neurologi.Laboratorium/UPF Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/ Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah. Denpasar. • Prof. Dr. I. Gusti Ng. Gd. Ngoerah. Nervi Kranialis. Dalam: Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Saraf. Penerbit Universitas Airlangga. Surabaya. 1990: 4 – 10. • Mardjono M, Sidharta P. Sarafotak dan Patologinya. Dalam: Neurologi Klinis Dasar. Penerbit PT. Dian Rakyat. Jakarta. 2000: 42 – 7. • Sylvia A. Price. Lorraine M. Wilson. Pemeriksaan Saraf Kranial. Dalam: Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1995: 989 – 94. • Judana A, Santoso D, Kusumoputro S. Saraf – Saraf Otak. Dalam: Pedoman Praktis Pemeriksaan Neurologi. Penerbit Bagian Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 1978: 28 – 33. • Http://www.yahoo.net/seach/cache?/neuro24.de/hirnsindrom_ekstrapiramidal.htm • Http://www.yahoo.net/search/cache?/angelfire.com/nc/neurosurgery/Topik.html.

2 komentar: