Minggu, 26 Februari 2012

RHINITIS ALERGI DAN ASMA

RHINITIS ALERGI DAN ASMA Rhinitis alergi dan asma bronkhial adalah penyakit saluran pernapasan, yang disertai oleh penyempitan jalan napas (obstruksi). Obstruksi dapat disebabkan oleh A.pembengkakan karena radang mukosa bronkhus, B.Penyumbatan lendir pembentukan sekret meningkat dan perubahan komposisinya C.Bronkhokontriksi (bronkhospasme) Rhinitis Alergika : Adalah suatu peradangan membran mukosa hidung dan ditandai oleh bersin, gatal pada hidung, ingus yang cair dan hidung tersumbat. Serangan tejadi karena terpapar dengan alergen sehingga sel mast yang terbungkus IgE melepaska mediator histamin dan leukotrienyang menyebabkan spasme pada bronkus. Asma Bronkhial : Penyakit saluran nafas dengan serangan akut dengan karakteristik ; penyempitan bronkhus dan intensitas kekurangan nafas yang tinggi. OBAT ANTI ASMA A.BRONKODILATOR 1.Agonis β2 Adrenergik Contoh : Epinefrin, Isoproterenol, Metoproterenol, Terbutalin, Albuterol (salbutamol) 2.Metil xantin Contoh : Teofilin 3.Antikolinergik Contoh : Ipatropium B.ANTIINFLAMASI Kortikosteroid (AIS) Na Kromolin (AINS) 1. Agonis β2 adrenergik @ Agonis β2 merupakan bronkodilator poten yang merelaksasi otot polos saluran napas secara langsung, masa kerja cepat dan masa kesembuhan 4 – 6 jam, digunakan untuk asma akut. @ Agonis β2 tidak memiliki aktivitas anti inflamasi shg tidak digunakan sbg obat tunggal untuk asma kronis. @ Contoh : pirbuterol, terbutalin, albuterol (salbutamol) 2. Metil xantin @ Suatu bronkodilator yang membebaskan obstruksi saluran napas pada asma kronik. @ Mempunyai jendela teurapetik sempit dan kelebihan dosis dapat menyebabkan kejang, aritmia dan kematian. selain itu berinteraksi negatif dengan banyak obat. @ Sehingga banyak digantikan oleh agonis β2 dan kortikosteroid. 3. Antikolinergik Kurang efektif dibanding agonis β2 menghambat kontraksi otot polos saluran napas dan sekresi mukus. Berguna bagi pasien yang tidak cocok oleh agonis adrenergik. Contoh : ipatropium inhalasi, mula kerja lambat, bebas efek samping. OBAT ANTI RHINITIS ALERGIKA a. ANTIHISTAMIN (antagonis reseptor H1) Contoh ; dipenhidramin, klorfeniramin,terfenadin, astemizol dan loratadin. b. DEKONGESTAN (Agonis α adrenergik) Contoh ; fenilefrin, oksimetazolin c. ANTIINFLAMASI (Kortikosteroid) Contoh ; beklometason, flutikason, flunisolid triamsinolon a. Antihistamin Antihistamin obat pilihan untuk gejala ingus cair dan bersin yang menyertai rinitis. Kombinasi antihistamin dan dekongestan untuk gejala sumbatan hidung pada rinitis. b. Dekongestan Agonis α adrenergik menyempitkan arteriol yang berdilatasi pada mukosa hidung dan mengurangi resistensi saluran napas Sediaan aerosol memberikan mula kerja cepat dan sedikit efek sistemik. Pemberian oral masa kerja panjang tapi meningkatkan efek sistemik. Tidak boleh digunakan lebih dari beberapa hari akan menimbulkan rebound sumbatan hidung, shg tidak digunakan untuk rinitis jangka panjang. c. Kortikosteroid Efektif sbg sediaan semprot hidung (absorbsi sitemik minimal dan efek samping terlokalisir) Steroid topikal lebih efektif dari pada antihistamin untuk menyembuhkan gejala hidung pada rinitis alergika dan nonalergika. Na Kromolin Kromolin intranasal mungkin berguna bila diberikan sebelum kontak dengan alergen. REFERENSI : google.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar