Kamis, 23 Februari 2012

Metode Pembelajaran

Metode Pembelajaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pendidikan tinggi keperawatan merupakan tingkatan pendidikan yang bertujuan menghasilkan perawatan professional. Proses pendidikan ini dilaksanakan melalui dua tahap, yaitu tahap akademik dan tahap profesi. Proses pendidikan tahap profesi di Indonesia dikenal dengan pembelajaran klinik dan lapangan, yang bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menerapkan ilmu yang dipelajari dikelas (pada tahap akademik) ke praktik klinik. Program profesi (pengalaman belajar klinik – PBK dan pengalaman belajar lapangan- PBL) merupakan proses transformasi mahasiswa menjadi perawat professional. Dengan kata lain, peserta didik dengan perilaku awal sebagai mahasiswa keperawatan, setelah memperoleh PBK dan PBL dia akan memiliki perilaku sebagai perawat professional. Dalam fase ini, peserta didik mendapat kesempatan beradaptasi pada perannya sebagai perawat professional dalam masyarakat keperawatan dan lingkungan pelayanan atau askep. Pada bab ini akan dibahas mengenai : (1) pengelolaan program frofesi ; (2) konsep dasar PBK dan PBL ; (3) karakteristik tepat praktik ; (4) metode PBK dan PBL ; (5) model bimbingan praktik pada pendidikan keperawatan. Program Profesi Pengalaman belajar klinik (PBK) dan pengalaman belajar lapangan (PBL) adalah suatu proses transformasi mahasiswa menjadi perawata professional yang memberikan kesempatan mahasiswa untuk beradaptasi dengan perannya sebagai perawat professional dalam melakasanakan praktik keperawatan professional di situasi nyata pada pelayanan kesehatan klinik / komunitas dengan melakukan hal-hal berikut ini. • Melaksanakan askep dengan benar. • Menerapkan pendekatan proses keprawatan. • Menampilkan sikap atau tingkah laku professional. • Menerapkan keteranpilan professional. Tempat praktik Tempat praktik adalah suatu institusi di masyarakat dimana peserta didik berpraktik pada situasi nyata melalui penumbuhan dan pembinaan keterampilan intelektual, teknikal, dan interpersonal. Komponen yang harus ada pada tatanan tempat praktik adalah sbb : • Keempatan kontak dengan klien. • Tujuan praktik (termasuk umpan balik). • Bimbingan yang kompeten (centre of inquiri). • Praktik keterampilan. • Dorongan untuk berfikir kritis (problem-based learning -BPL). • Kesempatan mentransfer pengetahuan. • Kesempatan dalam mengintegrasikan pengetahuan. Strategi Pembelajaran Sebagai pendidikan profesi, pendidikan dalam keperawatan memiliki landasan profesi yang kokoh, yang selalu mengikutiperkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan dan ilmu penunjang serta menumbuhkembangkan keterampilan dasar dan kemampuan sebagai tenaga keperawatan. Memiliki landasan profesi yang kokoh, bermakna menumbuhkan dan membina sikap, tingkah laku, dan kemampuan profesional keperawatan untuk melakukan praktik keperawatan ilmiah. Masa pertumbuhan dan membina landasan profesi keperawatan ini disebut sebagai sosialsisasi profesional (profesional socialzation) atau adaptasi profesional (profesional adaptation), yaitu masa ketika seseorang peserta didik menjadi perawat profesional. Pada pendidikan tinggi keperawatan, pelaksanaan sosialisasi profesional dilaksanakan secara simultan dan/atau terpisah serta terintegrasi dengan pembinaan kemampuan akademik. Adaptasi profesional bagi peserta didik yang dilaksanakan dalam bentuk pengalaman belajar klinik dan lapangan keperawatan dilakukan dalam tatanan nyata pelayanan/asuhan keperawatan, dimana juga terdapat komunitas profesional keperawatan yang sarat dengan panutan (role mode) dengan suasan dan lingkungan yang kondusif untuk perubahan perilaku peserta didik. 1.2 Tujuan - Untuk mengetahui metode pembelajaran dan pengaplikasiannya dalam dunia keperawatan - Untuk memberikan gambaran tentang metode pembelajaran BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Metode pembelajaran merupakan suatu metode untuk mendidik peserta didik di klinik yang memungkinkan pendidik memilih dan menerapkan cara mendidik yang sesuai dengan tujuan dan karakteristik individual peserta didik berdasarkan kerangka konsep pembelajaran. Jenis metode pembelajaran klinik/lapangan yang biasanya digunakan adalah eksperensial, konferensi, observasi, ronde keperawatan, dan bed side teaching. 2.2 Eksperensial Kegunaan dari metode eksperensial adalah sebagai berikut. 1. Membantu menganalisis situasi klinik melalui proses identifikasi masalah. 2. Menentukan tindakan yang akan diambil. 3. mengimplementasikan pengetahuan ke dalam masalah klinik. 4. Menekankan hubungan antara pengalaman belajar yang lalu dengan pengalaman terhadap masalah lalu. 5. Berasal dari teori kognitif yang dipadukan dengan teori proses informasi dan teori pengambilan keputusan. 6. Kegiatan pada metode ini meliputi : • Situasi penyelesaian masalah; • Membantu peserta didik meningkatkan sikap profesional; • Mampu menerapkan masalah konseptual keperawatan dalam kurikulum berdasarkan masalah aktual. 7. Menggambarkan secara tertulis kejadian/peristiwa klinik dengan tujuan : • Menanggulangi masalah yang terdapat di klinik ; • Mengidentifikasi data relevan yang menunjang masalah; • Mengajukan hipotesis yang relevan; • Merencanakan tindakan keperawatan ; • Menerapkan teori ke dalam praktik. 8. Situasi pengambilan keputusan . 9. merupakan situasi penyelesaian masalah yang memerlukan penghambilan keputusan. 10.peserta didik melakukan : Pengujian data yang ada; Pengidentifikasian alternatif tindakan; Penentuan prioritas tindakan; Pembuatan keputusan. 11.Melengkapi situasi pengambilan keputusan secara individual atau kelompok. 12.Berdiskusi dan menggali proses berfikir dalam menanggapi situasi. 2.3 Proses insiden Kegunaan dari proses insiden adalah sebagai berikut. 1. membantu peserta didik mengembangkan keterampilan reflektif berdasarkan kejadian klinik/insiden. 2. Insiden berasal dari pengalaman praktik aktual atau dikembangkan secara hipotesis. 3. bisa dalam bentuk insiden terkait klien, staf, atau tatanan praktik. 2.4 Konferensi Kegunaan metode konferensi adalah sebagai berikut. 1. Dirancang melalui diskusi kelompok. 2. Meningkatkan pembelajran penyelesaian masalah dalam kelompok melalui analisis kritikal, pemilihan alternatif pemecahan masalah, dan pendekatan kreatif. 3. Memberi kesempatan mengemukakan pendapat dalam menyelesaikan masalah. 4. Menerima umpan balik dari kelompok atau pengajar. 5. Memberi kesempatan terjadinya peer review, diskusi kepedulian, isu dan penyelesaian masalah oleh disiplin ilmu lain. 6. Berinteraksi dan menggunakan orang lain sebagai narasumber. 7. Meningkatkan kemampuan memformulasikan ide. 8. adanya kemampuan peserta didik untuk berkontribusi. 9. Meningkatkan rasa percaya diri dalam berinteraksi dengan kelompok. 10.Kemampuan menggali perasaan, sikap, dan nilai-nilai yang mempengaruhi praktik. 11.Mengembangkan keterampilan beragumentasi. 12.Mengembangkan keterampilan kepemimpinan. 2.5 Jenis konferensi Berikut ini adalah jenis-jenis konferensi. • Konferensi praklinik (preconference) dan konferensi paska klinik (postconference) • Umpan balik dari kelompok (peer review) • Isu (issue) • Multidisiplin Konferensi praklinik. Kegiatan berdiskusi kelompok tentang praktik klinik yang akan dilakukan keesokan hari. Tujuan, cara pencapaian tujuan, dan rencana tindakan (mulai dari fokus pengkajian sampai kepada rencana evaluasi), serta tambahan didiskusikan bersama. Konferensi pasca klinik. Kegiatan berdiskusi kelompok untuk membahas hal yang telah dilakukan pada praktik klinik/lapangan, tingkat pencapaian tujuan praktik klinik hari tersebut, kendala yang dihadapi dan cara mengatasinya, serta kejadian lain yang tidak direncanakan termasuk kejadian kegawatan klien yang harus dihadapi peserta didik. 2.6 Urutan kegiatan konferensi Urutan kegiatan konferensi adalah sebagai berikut. Hari Pertama 1. Konferensi praklinik • Pembimbing klinik (PK) menjelaskan karateristik ruang rawat, staf, dan tim pelayanan kesehatan lain dimana para peserta didik akan ditempatkan, tujuan keberadaan peserta didik di tempay praktik, perilaku peserta didik yang diharapkan sesuai dengan objektif dan falsafah praktik keperawatan klinik, serta waktu dan tempat dimana peserta didik dapat menemui pembimbing klinik apabila menemui kesulitan, baik teknik maupun interpersonal. • PK mengkaji kembali persiapan peserta didik untuk menghdapi dan memberi asuhan keperawatan kepada klien mulai dari aspek perencanaan (fokus pengkajian) sampai ke rencana evaluasi. • Mengingatkan peserta didik untuk membawa perlengkapan dasar. 2. Konferensi pasca klinik • Konferensi ini dapat dilakukan pada hari yang sama atau ketika akan melakukan konferensi praklinik hari ketiga. • PK berdiskusi dengan peserta didik untuk membahas klien, tempat praktik, dan pengalaman belajar yang dicapai pada hari pertama. • Prinsip diskusi : memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengutarakan pendapat, mengekspresikan perasaan, mengklarifikasi rasional tindakan yang telah dilakukan peserta didik, dan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengemukakan usulan perbaikan yang dapat diterapkan pada hari selanjutnya. • Diskusi ini sebaiknya ditempat khusus yang terpisah dari klien. Hari kedua dan selanjutnya 1. Konferensi praklinik • PK membahas perkembangan klien dan rencana tindakan untuk hari kedua ini, termasuk cara penulisan catatan perkembangan klien (progress note), yaitu SOAP. • Menyiapkan kasus baru untuk mengantisipasi kemungkinan adanya kondisi satu klien yang akan diasuh oleh beberapa peserta didik. • Memotivasi peserta didik untuk melakukan prosedur keperawatan yang belum diperoleh pada hari pertama. • Beberapa pertanyaan yang perlu ditanyakan pada konferensi praklinik adalah : apakah diagnosis keperawatan hari pertama masih berlaku ; apakah diagnosis/ masalah keperawtan yang ditemukan berdasarkan pengkajian akurat; Apa rencana dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan pada hari ini. 2. Konferensi pasca klinik a. Dilakukan seggera setelah praktik dilaksanakan. b. Tujuan : • Untuk menilai kemampuan peserta didik dalam mengevaluasi perkembangan klien. • Menilai kemampuan peserta didik dalam menyiapkan praktik pada hari tersebut. • Menilai perkembangan kemampuan menulis diagnosis keperawatan pada hari tersebut. c. Konferensi ini berguna untuk memperoleh kejelasan tentang asuhan yang telah diberikan, membagi pengalaman antar peserta didik, dan mengenali kualitas keterlibatan peserta didik dalam praktik. Tidak jarang pada hari kedua PK menemukan masalah individu peserta didik yang perlu penanganan lebih lanjut secara individual pula. Contoh, peserta didk mengalami kecemasan hebat dan tidak mampu menggunakan koping secara efektif. Guna mengatasi hal ini sebaiknya PK berada dengan peserta didik tersebut dan mengklarifikasi hal-hal yang menjadi penyebab kecemasannya. 2.7 Observasi Manfaat dari observasi adalah sebagai berikut. • Mendapatkan pengalaman/ contoh nyata. • Mengembangkan perilaku baru untuk pembelajaran masa mendatang. • Kegiatannya meliputi : observasi lapangan, fieldrip, demontrasi, dan ronde keperawatan. 2.8 Ronde keperawatan Ronde keperawatan merupakan suau metode pembelajaran klinik yang memungkinkan peserta didik mentransfer dan mengaplikasikan pengetahuan teoretis ke dalam praktik keperawatan secara langsung. Tujuan ronde keperawatan adalah sebagai berikut. 1. Menumbuhkan cara berpikir kritis (Problem-Bassed Learning-PBL). 2. Menumbuhkan pemikiran bahwa tindakan keperawatan berasal dari masalah klien. 3. Meningkatkan pola pikir sistematis. 4. meningkatkan validitas data klien. 5. Menilai kemampuan menetukan diagnosis keperawatan. 6. Meningkatkan kemampuan membuat justifikasi, menilai hasil kerja, dan memodifikasi rencana asuhan keperawatan (renpra). Karasteristik ronde keperawatan adalah sebagai berikut. 1. klien dilibatkan secara langsung. 2. Klien merupakan fokus kegiata peserta didik. 3. peserta didik dan pembimbing melakukan diskusi. 4. Pembimbing memfasilitasi kreatifitas peserta didik, sehingga timbul berbagai ide baru. 5. Pembimbing klinik membantu mengembangkan kemampuan peserta didik untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah. Kelemahan metode ini adalah klien dan keluarga merasa kurang nyaman serta privasinya terganggu. Peran/tugas peserta didik adalah sebagai berikut. 1. Menjelaskan data demografi. 2. Menjelaskan masalah keperawatan utama. 3. Menjelaskan intervensi yang dilakukan 4. Menjelaskan hasil yang didapatkan. 5. Menentukan tindakan selanjutnya. 6. Menjelaskan alasan ilmiah terhadap tindakan yang diambil. Peran pembimbing adalah sebagai berikut. 1. Membantu peserta didik untuk belajar. 2. Mendukung dalam proses pembelajaran. 3. Memberi justifikasi. 4. Memberi reinforcement. 5. Menilai kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan serta rasional tindakan. 6. Mengarahkan dan mengoreksi. 7. Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari. Masalah yang biasanya terdapat pada metode ini adalah sebagai berikut. 1. Berorientasi pada prosedur keperawatan. 2. Persiapan sebelum praktik kurang memadai. 3. Belum ada keseragaman tentang laporan hasil ronde keperawatan. 4. Belum ada kesempatan tentang model ronde keperawatan. 2.9 Bed-side teaching Bed-side teaching merupakan metode mengajar peserta didik yang dilakukan disamping tempat tidur klien, meliputi kegiatan mempelajari kondisi klien dan asuhan keperawatan yang dibutuhkan oleh klien. Manfaat Bed-side teaching Pembimbing klinik dapat mengajarkan dan mendidik peserta didik untuk menguasai keterampilan prosedural menumbuhkan sikap profesional, mempelajari perkembangan biologis/fisik, dan melakukan komunikasi melalui pengamatan langsung. Prinsip Pelaksanaan Prinsip Pelaksanaan bed-side teaching adalah sebagai berikut: 1. Sikap fisik maupun Psikologis dari pembimbing klinik,peserta didik,dan klien. 2. Jumlah peserta didik dibatasi,yaitu sekitar lima orang. 3. Diskusi pada awal dan pascademonstrasi di depan klien dilakukan seminimal mungkin. 4. Lanjutkan dengan demonstrasi ulang. 5. Evaluasi pemahaman peserta didik segera mungkin terhadap apa yg didapatnya saat itu. 6. Kegiatan yang didemonsrtasikan adalah sesuatu yang belum pernah diperoleh peserta didik sebelumnya atau kesulitan yang dihadapi peserta. Persiapan Persiapan dalam melakukan bed-side teaching adalah sebagai berikut. 1. Mendapatkan kasus yang sesuai dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menerapkan keterampilan teknik prosedural dan interpersonal. 2. Koordinasi dengan stap klinik agar tidak mengganggu jalannya rutinitas perawatan klien. 3. Melengkapi peralatan/fasilitas yang akan digunakan. 2.10 Model Bimbingan Praktik Model bimbingan praktik merupakan suatu upaya untuk menumbuhkan kemampuan profesional (intelektual,teknikal,dan interpesional)peserta didik melalui upaya integrasi berbagai konsep,teori dan prinsip keperawatan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar klien secara komprehensif(diagram model di balik halaman). Tujuan Tujuan model ini adalah membantu peserta didik dalam tujuan yang ditetapkan dalam pembelajaran klinik melalui proses peningkatan kemampuan intelektual,teknikal,dan interpersonal yang dilandasi etika keperawatan. Kemampuan intelektual yang harus dicapai pada metode ini adalah sebagai berikut. 1. Menganalisis data subjektif dan objektif. 2. Menetapkan diagnosis keperawatan. 3. Menetapkan rencana interpensi keperawatan. 4. Mengevaluasi keperawatan. 5. Memodifikasi rencana keperawatan. Kemampuan teknik yang harus dicapai pada metode ini adalah sebagai berikut. 1. Melakukan berbagau keterampilan . 2. Kemampuan interpesional: • Melakukan wawancara. • Melakukan komunikasi teurapeutik. Upaya Mencapai Tujuan Praktik Upaya yang dilakukan dalam mencapai tujuan praktik adalah sebagai berikut. 1. Menentukan jenis-jenis kasus yang akan dirawat oleh peserta didik. 2. Menentukan tujuan spesifik yang akan dicapai. 3. Menetapkan suatu kasus untuk setiap peserta didik. 4. Setiap peserta didik membuat pendahuluan tentang kasus yang akan dikelolanya. 5. Melakukan prakonferensi untuk menilai kesiapn peserta didik. 6. Menentukan keterampilan teknik yang harus dicapai baik melalui klien atau dari klien lain. 7. Rasio pembimbing dan pesrta adalah 1:6-8. 8. Keberadaan pembimbing klinik dari pendidikan diterapkan dalam rangka membantu mencapai tujuan belajar peserta didik 9. Jika tidak terpenuhi,bisa menunjuk satu pembimbing klinik dari ruangan. 10.Posteonference bisa dilakukan dengan analisis sintesis melalui formulir proses keperawatan. 11.Umpan balik perlu diberikan secapatnya. 13.Pembimbing klinik dari pendidikan maupun pelayanan perlu memiliki persepsi dan sistematika yang sama mengenai proses bimbingan. Penjelasan Setiap Fase Fase prainteraksi 1. Peserta didik harus mampu mengkaji perasaan,fantasi,dan ketakutannya,sehingga kesadaran dan kesiapan peserta didik untuk melakukan hubungan dengan klien dapat dipertanggungjawabkan. 2. Peserta didik mampu mengoptimalkan dirinya secara efektif,artinya dapat memaksimalkan penggunaan kekeuatannya dan meminimalkan pengaruh bkelemahan yang ada pada dirinya. 3. Pada fase peser4ta didik diharapkan mendapatkan informasi tentang klien dan menentukan kontak pertama serta menuliskan dalam laporan pendahuluan tentang bkasus yang akan diamnbil. Peran PK adalah mengidentifikasi kesiapan peserta didik melalui konferensi praklinik.Jika peserta didik belum siap,sebaiknya harus diatasi terlebih dulu sebelum melepaskan peserta didik pada tahap berikutnya. Fase introduksi (perkenalan) 1. Tugas utama peserta dididk pada fase ini adalah membina perasaan meneri8ma dan mengerti,komunikasi yang terbuka,serta perumusan kontrak dengan klien. 2. Elemen kontrak peserta didik dan klien adalah sebagai berikut. • Nama individu ( pesesrta didik klien-klien). • Peran ( peserta didik-klien). • Tanggung jawab (peserta didik-klien). • Harapan ( peserta didik-klien). • Tujuan hubungan. • Waktu dan tempat pertemuan. • Situasi terminasi. • Privasi. Tugas lain peserta didik adalah mengeksplorasi pikiran, perbuatan klien, mengidentifikasi masalah,serta merumuskan tujuan bersama klien. Tugas PK adalah memberi dukungsn dan arahan,bahkan memberi contoh peran cara-cara memuliai hubungan dengan klien yang disertai kontrak. Fase kerja Fase ini merupakan periode dimana terjadi interaksi antara peserta didik dan klien dalam upaya membantu klien mengatasi masalah yang sedang dihadapinya.Tahapan fase ini adalah sebagai berikut. 1. Peserta didik-klien mengeksplorasi penyebab stres (stressor)dan mendukung perkembangan kesadaran diri dengan menghubungkan persepsi,pikiran,perasaan,dan perbuatan klien. 2. Peserta didik membantu klien dalam mengatasi kecemasan,serta mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif. 3. Pada fase ini dibutuhkan PK yang ahli terampil,karena dapat terkait dalam tindakan dan prosedur keperawatan. 4. Fase ini merupakan periode yang btepat dalam melaksanakan metode bimbingan klinik,misalnya ronde keperawatan. Fase Terminasi 1. Pada fase ini peserta didik dan klien akan merasakan kehilangan.Tugas peserta didik adalah menghadapi realitas perpiasahan pesarta didik dan klien ber4sama-sama mengevaluasi proses keperawatan yang telah dilalui dan upaya pencapaian tujuan. 2. Terminasi yang mendadak dan tanpa persiapan dapat diartikan sebagai penolakan. 3. Tugas PK adalah menilai kemampuan interpersonal. DAFTAR PUSTAKA Nursalam, FerryEfendi. Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba medika, 2008. Departemen pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Pola Pengembangan Pengalaman Belajar Lapangan Pendidikan Dokter Indonesia.Jakarta, 1983. Nursalam, Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik KeperwatanProfesional, Jakarta, Salemba medika, 2002.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar