Kamis, 23 Februari 2012

MATERNITAS ASKEP infeksi puerperalis

MATERNITAS ASKEP infeksi puerperalis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian ibu bersalin di Indonesia masih sangat tinggi yaitu 373/100.000. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap angka kematian ibu adalah terjadinya infeksi post partum karena penanganan keperawatan yang kurang memadai pada saat perawatan sendiri oleh ibu di rumah. Hal ini diduga karena kurangnya pengetahuan ibu dalam melakukan perawatan perineum secara mandiri, oleh karena itu pendidikan kesehatan perawatan perineum diperlukan bagi ibu post partum sebagai tamabahan pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan perawatan perineum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan ibu post partum dengan episiotomi dalam melakukan perawatan perineum sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan Metode: penelitian ini menggunakan metode Pre-eksperimen dengan rancangan one group pre test – post test. Sampel diambil sebanyak 30 responden ibu-ibu post partum dengan episiotomi yang dirawat di bangsal B RSUD Sukoharjo, diambil dengan tehnik purposive sampling. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi, data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan uji beda mean (Paired Sample t test) Hasil: (1) Terdapat perbedaan kemampuan ibu post partum dalam perawatan perineum sebelum dan sesudah pemberian pendidikan kesehatan. Hal ini dibuktikan dengan uji hipotesis menggunakan uji t, nilai t hitung sebesar 2,336 lebih besar dari t tabel sebesar 2,00 pada taraf signifikansi 5%; (2) Terjadi peningkatan kemampuan ibu post partum dalam perawatan perineum setelah dilakukan pendidikan kesehatan, karena tidak ada lagi responden dengan kategori buruk di kelompok umur, pendidikan, dan paritas. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan barometer pelayanan kesehatan ibu di suatu negara, bila AKI masih tinggi berarti pelayanan ibu masih belum baik dan sebaliknya bila AKI rendah berarti pelayanan kesehatan ibu sudah baik. World Health Organization (WHO) pada bulan November 1999 melaporkan hampir 600.000 ibu hamil dan bersalin meninggal setiap tahun di seluruh dunia. Peristiwa ini sebagian besar terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia (Ntion, 2003). Berdasarkan survey WHO pada tahun 1997 AKI di Indonesia 373/100.000 (Manuaba, 1998), sedangkan menurut Survey Demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/2003 AKI di Indonesia masih berada pada angka 307/100.000 dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih berada pada kisaran 20/1000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2004). Kematian maternal seharusnya tidak perlu terjadi karena lebih dari 80% kematian ibu sebenarnya dapat dicegah melalui kegiatan yang efektif, seperti pemeriksaan kehamilan, pemberian gizi yang memadai, peningkatan kesehatan ibu melahirkan dan lain-lain, karena itu upaya penurunan AKI serta peningkatan derajat kesehatan ibu tetap merupakan prioritas utama dalam pembangunan kesehatan menuju tercapainya Indonesia Sehat 2010. Penyebab kematian maternal yang terpenting di Indonesia seperti halnya di negara lain 95% disebabkan trias klasik, yaitu perdarahan, preeklamsi dan eklamsi, serta infeksi. Penyebab tak langsung seperti penyakit hepatitis, tuberculosis, anemia, malaria, diabetes mellitus (Manuaba, 1998). Kematian dan kesakitan ibu juga berkaitan dengan pertolongan persalinan dukun sebanyak 80% dan berbagai faktor sosial budaya dan faktor pelayanan medis (Manuaba, 1998). Infeksi atau sepsis puerperalis menyebabkan 15% dari seluruh kematian ibu yang terjadi di negara berkembang, jika tidak menyebabkan kematian sepsis puerperalis dapat menyebabkan masalah-masalah kesehatan menahun seperti penyakit radang panggul kronis (Pelvic Inflammatory Disease) dan infertilitas (Maryunani, 2002). Hasil penelitian Florentina (2000) di Kabupaten Lombok Propinsi Nusa Tenggara Barat menunjukkan bahwa kejadian demam nifas masih relatif tinggi (23%), dari seluruh demam nifas 46% dapat diidentifikasi sebagai infeksi (Sustini, 2000). Gambaran yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa kejadian infeksi nifas disebabkan oleh penolong persalinan yang tidak mencuci tangan dengan sabun sebelum menolong persalinan, lama persalinan lebih dari 24 jam, ibu melakukan pengasapan pasca persalinan, anemia sewaktu ibu hamil, lan persalinan terbuat dari tanah. Demam nifas merupakan manifestasi dari infeksi nifas, jika tidak diobati secara tepat dan cepat dapat berlanjut menjadi sepsis nifas dan kematian maternal. Deteksi dini terhadap infeksi selama kehamilan, persalinan yang bersih, dan perawatan semasa nifas yang benar dapat menanggulangi masalah ini. Salah satu faktor penyebab terjadinya infeksi nifas berasal dari jalan lahir itu sendiri, misalnya bekas tempat plasenta lengket di dalam rahim masih terbuka, adanya luka pada vagina karena robek atau karena tindakan episiotomi. Daya tahan tubuh yang rendah ditunjang perawatan yang kurang baik dan kebersihan yang kurang terjaga menyebabkan kuman-kuman pada jalan lahir tersebut terutama di vagina yang tadinya bersifat tidak patogen bisa berubah menjadi patogen. Kondisi ini akan diperparah oleh luka pada jalan lahir tersebut yang merupakan media yang amat baik untuk berkembang biaknya kuman (Masjhur, 2004). Episiotomi dilakukan untuk mencegah regangan yang berlebihan pada otot dasar panggul karena hal ini dapat menimbulkan robekan jalan lahir yang merupakan faktor resiko terjadinya infeksi post partum. Episiotomi menggantikan irisan pembedahan yang lurus dan rapi untuk laserasi yang tidak beraturan, lebih mudah diperbaiki dan sembuh lebih baik dari robekan. Menurut Cunningham et.al (1989) penggunaan episiotomi dalam semua ks mencegah trauma perineal yang serius, episiotomi mencegah trauma pada otot dasar panggul sehingga mencegah stres urinarius yang inkontinen (Burhan, 2003). Penelitian yang dilakukan oleh Tasnim (2001) di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta tentang tingkat pengetahuan ibu post partum dengan episiotomi sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan perineum diperoleh gambaran bahwa terjadi peningkatan pengetahuan responden tentang perawatan perineum sesudah diberikan pendidikan kesehatan. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif non analitik yaitu dengan mendeskripsikan tingkat pengetahuan responden tentang perawatan perineum serta menggunakan tehnik observasional untuk mengikuti dan mengamati secara langsung pelaksanaan perawatan perineum. Angka persalinan Di RSUD Sukoharjo tahun 2004 antara Januari sampai Desember 2004 adalah 215 orang yang ternyata memerlukan tindakan episiotomi 90% (Rekam Medik RSUD Sukoharjo, 2005). Pasien post partum normal dengan tindakan episiotomi dirawat selama 3 hari di Rumah Sakit, oleh karena itu pendidikan kesehatan tentang perawatan perineum sangat diperlukan agar pasien dapat melakukan perawatan perineum selama di rumah. Perawatan perineum perlu diperhatikan agar proses penyembuhan luka episiotomi menjadi lebih cepat sehingga tidak terjadi infeksi. Pendidikan kesehatan merupakan salah satu tindakan keperawatan yang mempunyai peranan yang penting dalam memberikan pengetahuan praktis kepada klien tentang tata cara perawatan perineum sehingga klien dapat melakukan perawatan perineum secara baik dan benar. B. Tujuan Adapun tujuan dalam penyususnan makalah ini : 1. Mahasiswa memahami mengenai infeksi puerperalis 2. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah maternitas BAB II LANDASAN TEORI A. Definisi Infeksi puerperalis adalah semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas (Sarwono Prawirohardjo, 2005 : 689 ). Infeksi puerperalis adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat genetalia dalam masa nifas (Mochtar Rustam, 1998 : 413). Infeksi puerperalis adalah infeksi peradangan pada semua alat genetalia pada masa nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu badan melebihi 380 C tanpa menghitung hari pertama dan berturut-turut selama 2 (dua) hari B. Etiologi Penyebab dari infeksi puerperalis ini melibatkan mikroorganisme anaerob dan aerob patogen yang merupakan flora normal serviks dan jalan lahir atau mungkin juga dari luar. Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50 % adalah streptococcus dan anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir. Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi puerperalis antara lain : • Streptococcus haematilicus aerobic Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang ditularkan dari penderita lain , alat alat yang tidak steril , tangan penolong , dan sebagainya. Streptokukos hemolitikusaerobikus dan stafilokokusaureus, factor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi adalah sebagai berikut. 1. Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh ibu seperti perdarahan, anemia, nutrisi buruk, status social ekonomi rendah, dan imunosupresi. 2. Partus lama, terutama dengan ketuban pecah lama. 3. Tindakan bedah vagina yang menyebabkan perlukaan pada jalan lahir. 4. Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban, dan bekuan darah. • Staphylococcus aurelis Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi di rumah sakit. • Escherichia coli Sering berasal dari kandung kemih dan rectum , menyebabkan infeksi terbatas • Clostridium welchii Kuman anaerobik yang sangat berbahaya , sering ditemukan pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari luar rumah sakit. C. Faktor predisposisi Faktor predisposisi dari infeksi puerperalis yaitu : • Semua tindakan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh ibu seperti perdarahan, anemia, nutrisi buruk, status sosial ekonomi rendah, dan imunosupresi. • Partus lama terutama dengan ketuban pecah lama. • Tindakan bedah vagina yang menyebabkan perlukaan pada jalan lahir. • Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban, dan bekuan darah D. Patofisiologi Setelah kala III, daerah bekas insersio plasenta merupakan sebuah luka dengan diameter kira-kira 4 cm. Permukaannya tidak rata, berbenjol – benjol karena banyak vena yang ditutupi trombus. Daerah ini merupakan tempat yang baik untuk tumbuhnya kuman-kuman dan masuknya jenis-jenis yang patogen dalam tubuh wanita. Serviks sering mengalami perlukaan pada persalinan, demikian juga vulva, vagina dan perineum yang semuanya merupakan tempat masuknya kuman-kuman patogen. Proses radang dapat terbatas pada luka-luka tersebut atau menyebar di luar luka asalnya. Adapun infeksi dapat terjadi sebagai berikut: • Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain adalah bahwa sarung tangan atau alat – alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kuman-kuman. • Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau petugas lainnya yang berada di ruangan tersebut. Oleh karena itu, hidung dan mulut petugas yang bertugas harus ditutup dengan masker dan penderita infeksi saluran nafas dilarang memasuki kamar bersalin. • Dalam rumah sakit selalu banyak kuman-kuman patogen, berasal dari penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa dibawa oleh aliran udara kemana-mana, antara lain ke handuk, kain-kain yang tidak steril, dan alat-alat yang digunakan untuk merawat wanita dalam persalinan atau pada waktu nifas. • Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting, kecuali jika menyebabkan pecahnya ketuban. • Infeksi Intrapartum sudah dapat memperlihatkan gejala-gejala pada waktu berlangsungnya persalinan. Infeksi intraparum biasanya terjadi pada waktu partus lama, apalagi jika ketuban sudah lam pecah dan beberapakali dilakukan pemeriksaan dalam. Gejal-gejala ialah kenaikan suhu, biasanya disertai dengan leukositosis dan takikardia; denyut jantung janin dapat meningkat pula. Air ketuban biasanya menjadi keruh dan berbau. Pada infeksi intra partum kuman-kuman memasuki dinding uterus pada waktu persalinan, dan dengan melewati amnion dapat menimbulkan infeksi pula pada janin. E. Klasifikasi Infeksi puerperalis dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu : 1) Infeksi yang terbatas pada perineum , vulva , vagina , serviks , dan endometrium . a. Infeksi perineum, vulva, dan serviks Tanda dan gejalanya : • Rasa nyeri dan panas pada tempat infeksi, disuria, dengan atau tanpadistensi urine. • Jahitan luka mudah lepas, merah, dan bengkak. • Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaan tidak berat, suhu sekitar 38oC, dan nadi kurang dari 100x/menit. • Bila luka terinfeksi tertutup jahitan dan getah radang tidak dapat keluar, demam bisa meningkat hingga 39-40oC, kadang-kadang disertai menggigil. b. Endometritis • Kadang –kadang lokhea tertahan dalam uterus oleh darah sisa plasenta dan selaput ketuban yang disebut lokiametra. • Pengeluaran lokia bisa banyak atau sedikit, kadang-kadang berbau/tidak, lokhea berwarna merah atau coklat. • Suhu badan meningkat mulai 48 jam postpartum, menggigil, nadi biasanya sesuai dengan kurva suhu tubuh. • Sakit kepala, sulit tidur, dan anoreksia. • Nyeri tekan pada uterus, uterus agak membesar dan lembek, his susulan biasanya sangat mengganggu. • Leukositosis dapat berkisar antara 10.000-13.000/mm³. 2) Penyebaran dari tempat tersebut melalui vena , jalan limfe dan permukaan dan endometrium. a. Septikemia dan piemia • Pada septikemia, sejak permulaan klien sudah sakit dan lemah sampai 3 hari postpartum suhu meningkat dengan cepat. Biasanya disertai menggigil dengan suhu 39-40ᵒC. Keadaan umum cepat memburuk, nadi sekitar 140-160x/menit atau lebih. Klien juga dapat meninggal dalam 6-7 hari postpartum. • Pada piemia, suhu tubuh klien tinggi disertai dengan menggigl yang terjadi berulang-ulang. Suhu meningkat dengan cepat kemudian suhu turun dan lambat laun timbul gejala abses paru, pneumonia, dan pleuritis. b. Peritonotis • Pada umumnya terjadi peningkatan suhu, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri,serta ada defensif muskuler. Wajah klien mula-mula kemrahan, kemudian menjadi pucat, mata cekung, kulit wajah dingin, serta terdapat facishipocratica. • Pada peritonitis yang terdapat di daerah pelvis, gejala tidak seberat peritonis umum klien demam, perut bawah nyeri,tetapi keadaan umum tetap baik. c. Selulitis pelvis • Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai rasa nyeri di kiri atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, patut dicurigai adanya selulitis pelvic. • Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di sebelah uterus. • Di tengah jaringan yang meradang itu bisa timbul abses dimana suhu yang mula mula tinggi menetap , menjadi naik turun disertai menggigil. • Klien tampak sakit, nadi cepat, dan nyeri perut. F. Gejala klinis Tanda dan gejala umum dari infeksi puerperalis ini yaitu : 1) Peningkatan suhu 2) Takikardi 3) Nyeri pada pelvis 4) Demam tinggi 5) Nyeri tekan pada uterus 6) Lokhea berbau busuk/ menyengat 7) Penurunan uterus yang lambat 8) Nyeri dan bengkak pada luka episiotomi G. Pemeriksaan fisik 1) Keadaan Umum : Baik, CM, Tidak Anemis 2) Vital Sign 3) Status Generalis • Kepala : Konjungtiva tidak anemis, pupil isokor • Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfonodi dan kelenjar tiroid. • Dada : Pernafasan kanan dan kiri tidak simetris, tidak ada retraksi, tidak ada ronki • Abdomen : Tenang, supel, NT (-), tidak teraba masa dan tidak nyeri tekan • Ekstremitas : Tidak ada gangguan gerak dan edema 4) Status Obstetri Inspeksi : • Mata : Konjungtiva tidak anemis • Dada : Hiperpikmentasi papila dan aerola mamae terlihat • Abdomen : Tenang, Supel, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa, dan tidak nyeri tekan • Ekstremitas : Tidak ada edema H. Pemeriksaan diagnostic • Jumlah sel darah putih (SDP) : normal atau tinggi dengan pergeseran diferensial ke kiri. • Laju endap darah (LED) dan jumlah sel darah merah(SDM) sangat meningkat dengan adanya infeksi. • Hemoglobin atau hematokrit (Hb/Ht) mengalami penurunan pada keadaan anemia. • Kultur (aerobik/anaerobik) dari bahan intrauterus atau intraservikal atau drainase luka atau perwarnaan gram di uterus mengidentifikasi organisme penyebab. • Urinalisis dan kultur mengesampingkan infeksi saluran kemih. • Ultrasonografi menentukan adanya fragmen-fragmen plasenta yang tertahan melokalisasi abses perineum. • Pemeriksan bimanual : menentukan sifat dan lokal nyeri pelvis, massa atau pembentukan abses, serta adanya vena-vena dengan trombosis. I. Prognosis Prognosis baik jika diatasi dengan pengobatan yang sesuai. Menurut derajatnya, septikemia merupakan infeksi paling berat dengan mortalitas tinggi diikuti peritonitis umum. J. Penatalaksanaan 1) Pencegahan • Selama kehamilan, bila ibu anemia diperbaiki. Berikan diet yang baik. • Koitus pada kehamilan tua sebaiknya dilarang. • Selama persalinan, batasi masuknya kuman di jalan lahir. Jaga persalinan agar tidak berlarut-larut. Selesai persalinan dengan trauma sedikit mungkin. Cegah perdarahan banyak dan penularan penyakit dan petugasdalam kamar bersalin. Alat-alat persalinan harus steril dan lakukan pemeriksaan hanya bila perlu dan atas indikasi tepat. • Selama nifas rawat higiene perlukaan jalan lahir. Jangan merawat ibu dengan tanda-tanda infeksi nifas bersama dengan wanita dalam nifas yang sehat. 2) Penanganan medis • Suhu diukur dari mulut sedikitnya empat kali sehari. • Berikan terapi antibiotik prokain penisilil 1,2-2,4 juta unit 1M penisilin G 500.000 satuan setiap 6 jam atau metisilin 1 gr setiap 6 jam 1 M ditambah dengan ampisilin kapsul 4 x 250 mg per oral. • Perhatikan diet ibu : diet tinggi kalori tinggi protein (TKTP). • Lakukan transfusi darah bila perlu. • Hati-hati bila ada abses , jaga supaya nanah tidak masuk ke dalam rongga peritoneum. BAB III TINJAUAN TEORI A. Asuhan Keperawatan 1) Pengkajian a. Pengkajian awal • Dimulai sejak kehamilan yang meliputi keadaan prenatal dan setelah persalinan berlangsung. o G,P,A,H o Usia kehamilan dalam minggu. o Penyakit kehamilan yang menyertai jika ada. o Lama proses persalinan. • Perawatan dan kemajuan selama 1 jam postpartum. o HPP. o Preeklampsia. o Depresi mental o Keadaan umum ibu o Kontraksi dan tinggi fadus uterus o Warna,jumlah dan bau lokia. o Peritonium. o Rektum. o Apakah vesikasi urinaria penuh atau tidak. • Pada waktu pengkajian dilihat bagaimana status emosi ibu,pengetahuan ibu tentang self care,perawatan bayi,dan social budaya. b. Pengkajian berikutnya Observasi setiap 8 jam untuk mendeteksi adanya tanda-tanda kompliksi dengan mengevaluasi system dalam tubuh. Pengkajiannya meliputi: a. Keadaan umum dan tanda-tanda awal o Aktivitas/istirahat : malaise,latargi{persalianan lama, stressor postpartum multipel} o TTV: nadi lebih dari 100 kali permenit,pernapasaan cepat dan dangkal{berat atau prosessistemik}serta suhu 380C atau lebih. b. Sistem vascular o Perdarahan diobservasi setiap 2 jam selama 8 jam. 1 jam pertama kemudian tiap 8 jam berikutnya. o Tekanan darah diawasi setiap 8 jam. o Apakah ada tanda-tanda thrombosis,kaki sakit, bengkak dan merah. o Hemoroid diobservasisetiap 8 jam terhadap besar dan kekenyalannya. c. System reproduksi. o Uterus diobservasi tiap 30 menit selama empat kali postpartum,kemudian setiap 8 jam selama 3 hari meliputitinggi fadus uterus dan posisinya serta konsistensinya. o Lokia diobsevasi setiap setiap8 jam terhadap warna banyak dan bau. o Perineum diobservasi tiap 8 jam untuk melihat tanda-tanda infeksi luka jahitan dan apakah ada jahitan yang lepas. o Vulva dilihat apakah ada edema atau tudak. o Payudara dilihat apakah ada edema atau tidak. d. Traktus urinarius. Diobserasi setiap 2 jam selama 2 hari pertama meliputi miksi lancer/tidak,spontan/tidak. e. Traktus gastrointestinal o Observasi terhadap nafsu makan,anoreksia,mual muntah,haus,membrane mukosa kering. o Apakah ada obstipasi,diare,bising usus mungkin tidak ada bila terjadi paralisis usus. o Distensia abdomen,nyeri lepas{peritonitis} f. Nyeri/ketidaknyamanan o Nyeri local,disuria dan ketidaknyamanan abdomen. o Afterpain berat/lama,neri abdomen bawah atau uterus serta nyari tekan dengan guarding{endometritis} o Nyeri/kekakuan abdomen unilateral/bilateral. o Sakit kepala g. Status psikologis/psikososial. o Ansiestas jelas{peritonius} o Status social ekonomi rendah dengan stressor bersamaan 2) Diagnosa keperawatan a. Nyeri atau ketidaknyamanan yang berhubungan dengan proses tubuh pada agen tidak efektif,sifat infeksi{miksedema kulit atau jaringan,eritema} b. Resiko tinggi komplikasi yang berhubungan dengan adanya infeksi, kerusakan kulit atau jaringan yang trauma,vaskularisasi tinggi pada area yang sakit, prosedr invansif dan peningkatan pemajanan lingkungan,penyakit kronis. c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan intake yang tidak adekuat,anoreksia,mual, mutah, pembatasan medis. d. Resiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua yang berhubungan dengan infeksi pada proses persalinan,penyakit fisik,ancaman yang dirasakan pada kehidupan sendiri 3) Rencana keperawatan a. Nyeri atau ketidanyamanan yang berhubungan dengan proses tubuh pada agen tidak efektif, sifat infeksi. Tujuan 1 : Tujuan : Setelah diberikan askep, diharapkan nyeri hilang atau berkurang dengan kriteria hasil : pasien tampak rileks, skala nyeri 0-3. Intervensi : Mandiri • Kaji lokasi dan sifat ketidakyamanan atau nyeri • Berikan instruksi mengenai membantu mempertahankan kebersihan dan kehangatan. • Instruksi ibu untuk melakukan teknik relakasasi dengan memberikan aktivitas pengalihan seperti radio,televise atau bacaan. • Anjurkan keseimbangan menyusui saat kondisi memungkinkan karena anjurkan dan berikan instruksi dalam memompa payu darah listrik atau manual. Kolaborasi • Beriakan analgesik atau antipiretik. • Beriakn kompresi panas local dengan menggunakan lampu pemanas atau rendam duduk sesuai indikasi. Rasional Mandiri • Membantu dalam diagnosis banding keterlibatan jarinagn pada proses infeksi. • Meningkatkan kesejaterahan umum dan pemulihan ketidaknyamanan. • Memfokuskan kembali perhatia ibu serta meningkatkan prilaku yang positif dan kenyamanan • Mencegah ketidaknymanan dari pembesran payu drah, meningkatkan keadekuatan suplai ASI pada ibu menyusui. Kolaborasi • Menurunkan ketidaknyaman akibat infeksi. • Kompresi panas meningkatkan vasodilatasi, meningkatka srikulasi pada area yang sakit dan meningkatkan Kenyamanan local. b. Resiko tinggi komplikasi yang berhubungan dengan adanya infeksi, kerusakan kulit atau jaringan yang trauma,vaskularisasi tinggi pada area yang sakit, prosedr invansif dan peningkatan pemajanan lingkungan,penyakit kronis. Tujuan 1 : Mencegah dan mengurangi infeksi. Intervensi: Mandiri • Meninjau ulang catatan prenatal,intrapartum,postpartum. • Mempertahankan kebijakan mencuci tangan denga ketat untuk staf, klien,penunjang. • Berikan dan instruksikan pada klien mengenai cara pembungan linen terkontaminasi balutan,duk atau pembalutan dengan tepat. • Demonstrasikan masase fudus yang tepat ,tinjau ualang kepentingan dan waktu prosedur. • Demonstrasikan/anjurkan pembersihan perineum yang benar setelah berkemih dan defekasi,anjurkan agar sering ganti pembalut. • Pantau suhu,nadi dan pernapasan • Obervasi /catat tanda infeksi lain{lokia atau drasinase yng kemerahan yang berbau b usuk subinvolasi uterus} • Anjurkan posisi semi flower. Kolaborasi • Anjurkan penggunaan pemanasan yang lembab dalam bentuk remam duduk dan untuk pemanasan yang kering dengan menyianri perineal selama 15 menit 2-3 kali sehari. • Demonstrasikan penggunaan krim antibiotic perineum sesuai kebutuhan. Rasional Mandiri • Mengidentifikasi factor-faktor yang menempatkan ibu pada kategori resiko tinggi terhadap terjadinya/penyebaran infeksi postpartum. • Membantu mencegah kontaminasi silang. • Mencegah penyebaran infeksi. • Meningkatkan kontraktilitas uterus juga meningkatkan involusi dan jaln untuk fregmen plasenta yang tertahan. • Pembersihan melepaskan kontaminasi urinarius fekal. • Peningkatkan tanda-tanda vital menyertai infeksi,fluktuasi atau perubahan gejala menunjukan perubahan pada kondisi ibu • Memungkinkan identifikasi awal dan tindakan meningkatkan resolusi. • Meningkatkan aliran lokia dan dranase uterus /pelvis • Berikan obat-obtan sesuai indikasi. Kolaborasi • Panas merupakan meditasi pembuluh darah perineum meningkatkan aliran darah local dan meningkatkan pemulihan. • Membasmi organism infeksius local,menurunkan resiko peyebaran infeksi • Menyerang organism pathogen serta membantu mencegah peyebaran infeksi dari jaringan sekitar an aliran darah. BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Meskipun banyak patologi yang terjadi selama masa nifas, hanya sedikit yang merupakan ancaman serius bagi jiwa. Selama ini perdarahan pascapersalinan rupakan kematian ibu, namun dengan meningkatnya persediaan darah dan system rujukan dalam dua decade maka infeksi lebih menonjol dari penyebab kematian dan morbiditas ibu. Patologi yang sering terjadi pada masa nifas adalah: 1. Infeksi nifas 2. Perdarahan dalam masa nifas 3. Infeksi saluran kemih 4. Patologi menyusui Infeksi nifas (infeksi puerperalis) Adalah infeksi luka jalan lahir pascapersalinan, biasanya terjadi dari indometrium bekas insersi placenta. Deman dalam nifas sebagian besar disebabkan oleh infeksi nifas maka demam dalam nifas merupakan gejala penting dari penyakit ini. Demam dalam nifas sering disebut morbiditas nifas dan merupakan indeks kejadian infeksi nifas. Demam dalam nifas selain oleh infeksi nifas dapat juga disebabkan oleh pielitis, infeksi jalan pernafasan, malaria, dan tifus. Morbiditas nifas ditandai dengan suhu 38oC atau lebih, yang terjadi selama 2 hari berturut-turut, kenaikan suhu ini terjadi sesudah 24 jam pascapersalinan lamanya persalinan, aspesis, transpusu darah dan bertambah baiknya kesehatan umum (kebersihan, gizi dll). Mikroorganisme penyebab infeksi puerperalis dapat berasal dari luar (eksogen) atau dari jalan lahir penderita sendiri (endogen) mikroorganisme endogen lebih sering menyebabkan infeksi mikroorganisme yang tersering menjadi penyebab ialah golongan Streptokokkus, basil coli dan Stafilokokkus. Akan tetapi, kadang-kadang mikroorganisme lain memegang peranan seperti Clostridium welchii, gonococcus, salmonella typi atau clostridium tetani. DAFTAR PUSTAKA Bobak M Irene, Deitra Leonasd Lowdermilk dkk. 2004. “Buku Ajaran Keperawatan Maternitas”. Jakarta. EGC Biomed M mitayani,S.ST. 2009.”Asuhan keperawatan maternitas”. Jakarta: Salemba Medika http://www.downloadskripsigratis.com/2010/11/pengaruh-pendidikan-kesehatanperawatan.html http://sobatbaru.blogspot.com/2009/02/infeksi-puerperalis.html http://tiny-tinytrie.blogspot.com/2010/11/asuhan-keperawatan-pada-pasien-dengan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar